Tentang Apa yang Tidak Pandai Berkhianat

6.8K 1.5K 149
                                    

Malam itu, di ruang keluarga, di hadapan lilin saat sambungan listrik di rumahku mati, Ibu dan Ayah berselisih pendapat tentang hal apa di dunia ini yang tidak mungkin berkhianat.

Ibuku bilang, pisau dapurlah yang tidak pernah mengkhianatinya. Ia berteman dengan kentang, tomat, dan wortel. Namun, ia mendadak rela menjadi jahat kepada siapa saja saat Ibu yang menggunakannya.

Ayahku menolak opini itu mentah-mentah. Menurutnya, uanglah yang tidak mungkin berkhianat. Mereka rela berpindah tangan pada siapa saja, asalkan Ayah mendapatkan apa yang dimaunya.

Aku menyela perselisihan mereka. Menurutku, tidak ada di antara mereka berdua yang benar.

Saat mereka balik menanyaiku; aku tersenyum singkat. “Bayanganlah yang paling setia. Ia mengikuti ke mana-mana,” kataku dengan tenang.

Ibu dan Ayah tertegun sebentar, sebelum kemudian mengangguk setuju dengan pendapatku.

Saat aku pun mulai merasa opiniku adalah yang paling masuk akal di antara kami bertiga, lilin di meja ruang keluarga kami padam.

Bayangan ikut lenyap. Rupanya, ia lebih setia pada gelap.

Manusia di Balik Kaca JendelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang