Justin Bieber's POV
Aku melirik ke arah pintu saat mendengar suara ketukan.
"Masuk!" Perintahku. Pintu terbuka, assistantku–Rose– melangkah masuk kedalam ruanganku. FYI, aku Justin Bieber, CEO Bieber Company.
"Mr. Bieber, waktu jadwal kunjungan anda ke panti asuhan untuk sumbangan sekitar 10 menit lagi." Rose berkata ketika dia berdiri di depan mejaku.
"Apa hari ini?" Tanyaku. God, jika bukan karena taruhan dari Jason, aku tidak akan terganggu akan menyumbang ke panti asuhan. Jason McCann–sepupuku– bertaruh bahwa aku akan rapuh jika melihat sekumpulan anak kecil panti asuhan, apalagi memberi mereka sumbangan. Ew, aku tidak se-drama itu. Dia bertaruh seperti itu karena aku baru saja kehilangan Little Girl ku 3 hari yang lalu. Dia bilang dia tidak ingin bermain seperti ini lagi dan dia menikah dengan pria lain. She's a bitch, by the way.
"Ya, Mr. Bieber." Rose mengangguk sopan.
"Okay, aku akan bersiap dalam lima menit. Beritahu Dilon dimana letak panti asuhan nya."
"Yes, sir." Rose berbalik badan, melangkah keluar dan menutup pintu kembali.
Aku membuat panggilan kepada Dilon, supirku.
"Dilon, siapkan mobil sekarang untuk mengantarku ke panti asuhan. Rose akan memberitahumu." Aku berbicara ketika Dilon menjawab panggilanku.
"Baik, sir." Aku memutuskan sambungan. Menutup laptopku dan berdiri, merapihkan dasiku dan berjalan keluar ruanganku.
***
"Kami sangat berterimakasih kepada anda, Mr. Bieber. Tuhan memberkatimu." Wanita separuh baya itu berkata, dengan senyum lebar di wajahnya membuat keriputnya lebih terlihat.
"Kalian pantas mendapatkannya." Aku mengangguk sopan.
"Apakah anda mau menyapa anak-anak?" Tawarnya, yang tidak mungkin aku tolak karena merasa tidak enak.
"Tentu." Aku tersenyum.
"Mari, Mr. Bieber." Wanita itu berjalan, aku mengikutinya. Kami berjalan sampai menuju ke ruangan yang cukup besar untuk banyak anak berkumpul. Well, mereka sekarang memang sedang berkumpul.
"Anak-anak, sapalah Mr.Bieber!" Wanita itu mengeraskan volume suaranya agar terdengar oleh semua anak yang ada disini.
"Hi, Mr. Bieber!" Mereka semua menyapaku dengan senyum diwajah mereka dan lambaian tangan. Senyum mereka menular kepadaku.
"Hi semuanya!" Aku melambai kembali.
Mereka semua mendekatiku dan beberapa dari mereka berbicara denganku tentang beberapa hal. Sampai aku menyadari tidak semuanya mendekatiku.
Ada seorang perempuan yang duduk di sudut ruangan, dengan boneka gajah kecil di pangkuannya dan kepalanya tertunduk. Rambut dirty blondenya di kepang, beberapa helai rambut terbebas dan menghalangi sedikit wajahnya. Dan dia bukan anak kecil.
"Um... Ma'am?" Aku menoleh kearah wanita paruh baya tadi.
"Ya?"
"Siapa perempuan itu?" Aku menunjuk kearah perempuan yang duduk di sudut ruangan.
"Oh..." Senyumnya menjadi senyum prihatin. "Dia Bella, salah satu anak panti asuhan disini."
"Dia sudah besar, kenapa dia disini?" Tanyaku penasaran.
"Dia mengalami sedikit gangguan, bisa dibilang autism. Dia baik-baik saja, hanya saja tingkahnya seperti anak kecil. Waktu itu, saat dia masih bayi, ada yang menaruhnya di depan pintu. Kupikir orang tuanya yang tidak mau menerimanya." Dia menggeleng. "Tidak ada yang mau mengadopsinya dari kecil hingga sekarang. Aku mengetahui dia memiliki sedikit gangguan karena orang tuanya-kupikir- meninggalkan catatan namanya dan tentang dia memiliki gangguan."
I think she's what I need.
"Boleh aku menghampiri nya?"
"Tentu."
Aku berjalan menuju perempuan itu. Dia masih menunduk, meremas boneka gajah kecilnya yang berwarna abu-abu tua. Aku duduk mensejajarkannya.
"Hi, kau Bella, kan?" Sapa ku.
Perempuan itu mendongakkan wajahnya sehingga mata hijau terangnya bertemu dengan mata hazelku. Damn beautiful. Bella mengangguk ragu-ragu, lalu menunduk lagi. Dia sedikit gemetar, mungkin dia takut.
"Kau tahu, kau itu cantik."
Dia mendongak kembali, tangannya berhenti meremas bonekanya. Matanya sedikit bersinar, menyukai bahwa dirinya dipuji.
"C-cantik?" Dia bertanya.
"Ya, kau sangat cantik. Tapi maukah kau tetap menjaga kepala mu terangkat dan tidak takut terhadapku?" Tanyaku. Dia mengangguk dan tersenyum antusias.
"Siapa n-nama mu?" Dia memiringkan kepalanya.
"Justin Bieber, dan kau?" Dia tersenyum lagi.
"Bella! Bella Stone, d-dan ini Mr. Elle, yes!" Sederetan gigi rapihnya terlihat saat dia menunjukkan boneka gajah kecilnya padaku.
"Well, hello Mr. Elle." Aku ikut menyapa bonekanya, membuat Bella tertawa kecil.
"Mr. Elle s-suka padamu, please, Mr. Bieber." Dia masih tergagap, aku yakin dia akan terbiasa nanti.
"Kau tidak perlu memanggilku Mr. Bieber." Ujarku, membuat dia bingung.
"L-lalu?" Tanyanya.
Aku menoleh ke arah wanita tadi, yang aku tidak tahu dan tidak ingin mencari tahu namanya.
"Ma'am?"
"Ya, sir?"
"I take her." Ujarku, membuat dia membelalak dan terdiam. Aku beralih kepada Bella lagi yang masih bingung.
"Call me Daddy."
****
YEAAAAY WKWKWKWK
Guysssss gue memutuskan untuk membuat cerita DDLG karena gue suka bgt cerita begini wkwk. Dan jarang juga cerita Justin yg DDLG, trs gue juga gak nemu wattpad Bahasa Indo yg DDLG jadi ya gue bikin deh. Mungkin beberapa dari kalian tau cerita DDLG itu apa. Kalo yg gak tau, gue jelasin sedikit.
1. DDLG (Daddy Dom Little Girl) ini bisa dibilang BDSM. Ya gak separah kek fifty shades sih, cuma mereka kaya role play in daddy sama anak kecil gitu. Daddy Dom nya bikin peraturan, Little Girl nya harus ikutin peraturan itu.
2. Pemeran Little Girl ini bisa diperanin sama yang normal, bisa juga yg autis (kalo di wattpad sih wkwk kalo di real life au dah gimana)
3. Kalo cewenya yg normal, itu dia ada little space sama normal space nya gitu. Jadi kalo dia lagi di little space, dia itu bertingkah kaya bayi. Kalo dia lagi marah karena masalah yg serius, itu dia baru masuk ke normal space nya. Jadi dewasa gitu.
Naaah gue mutusin perannya autis karena gue bingung mikirin jalan ceritanya gimana kalo normal wkwk. Dan pemeran Bella Stone aka Little Girl disini itu Gigi Hadid yaaaaaa. Idk why, it's fit her I guess.
Gue tau hampir semua cerita gue matanya hijaaaau semua wkwk, tapi ketidak sengajaan koook.
I hope you guys liked reading this story till the end. Love ya😘💜💜
YOU ARE READING
Little Bella (DDLG-J.B)
FanfictionMy hands might be tiny, but I still can hold Daddy's hands❤ *** Warning: this story contain sexual and strong language, oh plus cute stuff.