taman (part 2)

7 1 0
                                    


Cukup lama berada di atas pohon ini,arsya mengajak ku ke danau taman ini. Katanya bagus. Katanya!.

Tak cukup jauh jarak danau dari rumah pohon yang tadi,dari kejauhan aku sudah melihat danau yang terbentang cukup luas.
Aku berlari ke arah danau tersebut dan meninggalkan arsya.

Memang indah dunia luar,aku saja yang tidak pernah berkunjung.

"Suka?". Tanya arsya saat sampai di danau.

"Banget". Ucapku.

"Gue ke sana dulu ya". Pamitnya.

"Eh, eng Iya". Ucapku.

Kata iya yang ku lontarkan ikhlas, tak ikhlas. Pasalnya kemana di pergi? Akankah dia meninggalkan ku?.

Pandanganku terlalu fokus ke depan, ke arah danau. Sampai-Sampai aku tak melihat ada sesuatu di hadapanku.

"Nih makan,lo pasti belum makan kan?". Ucapnya dan memberikanku semangkuk bubur ayam.

"Tau aja,btw thanks". Ucapku dan mengambil mangkuk bubur.

"Mereka siapa?". Tanya ku saat melihat rafa,ijal,fahri, ica dan sandra berada di bagian barat taman.

"Adik gue". Ucapnya santai,tapi membuat ku tersedak.

"Nih minum". Ucapnya menyodorkan air putih ke arahku.

Aku mengeguk setengah dari air yang terisi penuh di dalam botol. Ucapan arsya cukup membuatku kaget. Padahal kan arsya anak tunggal,lalu mereka siapa?.

"Gak usah sok kaget, kalo mau tau ceritanya biar lo gak salah paham sama gue,abis ini lo ikut kerumah gue". Ucap arsya.

Asyik! Ke rumah pangeran. Siapa tau bisa sekalian meminta restu.ckck.

"Oke Oke ". Ucapku tanpa penolakan.

Saat aku selesai maemakn bubur ini,mangkuknya ku berikan lagi kepada arsya.

"Nih". Ucapku tanpa dosa.

"Enak banget,balik in sana". Ucapnya kembali datar.

Manusia ini seperti nya hanya baik jika ada saatnya saja. Dan sekarang kembali datar.

"Ayo". Ajaknya dan arsya segera berdiri.

Aneh ini anak. Tadi katanya suruh di balikin mangkuknya sekarang ngajak pergi.

"Biarinin aja mangkuknya disini tadi gue udah ngomong sama abang-abang nya". Jelasnya.

Aku hanya ber-oh ria menanggapi ucapan arsya.

"Jadi?". Tanyanya.

"Ke?".

"Jonggol ".

"Receh". Ucapku.

"Ke rumah gue lah rachel". Ucapnya menyebut namaku.

Cukup membuatku terbang ke angkasa dan melewati langit-langit yang terbentang di alam semesta ini. Lebay!.

Arsya berjalan lebih dulu ek parkiran. Saat kami asmawi di parkiran,rapat seklai mobil ku dan mobil arsya terparkir sebelahan.

"Pake mobil gue aja". Ucapnya.

Artinya?. Kita suatu mobil.
Ulala.... senangnya.

"Mobil gue aja, nanti gue pulang gimana?". Ucapku sok-sok an menolak.

"Nanti gampang"  Ucapnya. Untung saja dia mengucapkan hal itu,jika dia menyuruh ku membawa mobil mobil masing-masing. Moment ku pasti akan terlewatkan.

"Yaudah masuk". Ajaknya.

Tanpa babibu aku segera masuk ke dalam mobil milik arsya,dan meninggalkan mobil milik ku menetap di taman ini.

Saat masuk ke dalam mobil milik arsya wangi nya tak beda jauh dari maskulin yang asrya gunakan,sama seperti laki-laki lainnya.

Di dalam mobil kami tidak mengatakan apa-apa. Arsya yang cukup fokus pada setir nya dan sekali-kali mengikuti lirik lagu yang diputar. Aku hanya dapat meliriknya tanpa dapat mengikuti apa yang sedang ia nyanyikan. Lagu nya rock,aku tidak suka.

Sekitar 20 menit perjalanan dari taman ke rumah arsya, tidak cukup jauh. Melainkan lumayan.

Arsya memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya,saat aki turun dari mobil,banyak mobil yang terparkir di garasi rumah milik arsya, sekitar ada lima mobil ditambah dengan milik arsya jadi enak.

Tajir. Hanya kata itu yang dapat ku deskripsikan.

"Ayo ikut gue ". Ucapnya dan dia segera berjalan mendahului ku. Aku hanya turut mengikuti perintahnya. Sebagai calon yang baik aku harus sesopan mungkin kepada camer.

Rumah arsya bisa dibilang cukup luas, taman nya saja sangat luas, bagaimana dengan rumahnya.

Saat arsya membuka pintu rumahnya dan menyuruhku masuk terlebih dahulu,kesan yang paling utama adalah pajangan lukisan yang tertera di dinding cukup banyak, dari yang ukuran terkecil bahkan samoai yang paling besar. Cat nya yang berwarna klasik menunjukkan desain yang sangat unik. Dan di sini juga banyak sekali ruangan. Ada 3 lantai di rumah ini, tapi tentang kamar, aku tak tau.

"Gue ke atas dulu,lo duduk aja di ruang santai". Ucapnya dan segera menaiki tangga.

Ruang santai? Yang mana?.
Cukup banyak sofa disini,samoai-sampai aku sulit membedakan mana ruang tamu mana ruang santai dan ruangan lainnya.

Akhirnya ku putuskan untuk duduk di sofa yang berada di ruangan tengah, entah ini ruangan apa, tapi aku tidak mungkin berdiri mengunggu arsya turun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hi! BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang