Chapter II

18.2K 1.5K 33
                                        

Helena menghela napasnya panjang melihat suaminya masih duduk di sofa menenangkan wanita tadi. Mengabaikan keberadaan Helena yang jelas-jelas juga masih berada di apartemen itu.

Ralat. Bayu tidak sepenuhnya mengabaikan Helena. Karena tadi, setelah berpelukan selama kurang lebih lima menit, Bayu membimbing wanita yang kalau Helena tidak salah dengar bernama Celine itu untuk duduk di sofa. Lalu meminta Helena membuatkan minuman untuk wanita itu.

Hah.. WAW sekali suami Helena ini bukan? Sudah berpelukan mesra di depannya, malah dengan tampang tanpa dosa meminta Helena membuatkan minum untuk wanita asing yang datang-datang langsung memeluk suami orang.

Lalu setelah itu apa? Meminta Helena menyiapkan kamar untuk mereka berdua?

Ingin sekali Helena meneriakkan pertanyaan bodoh itu. Tapi? Kenapa Helena harus marah? Apa Helena cemburu? Bukankah cemburu itu tanda cinta?

Hellow.. Coba tukar posisi dengan Helena satu menit saja. Baru kemarin lelaki itu menjabat tangan tua papanya. Baru kemarin lelaki itu menyematkan cincin nikah di jari manisnya. Namun sore ini, lelaki itu malah sibuk menenangkan wanita yang entah siapa itu. Pake acara berpelukan mesra segala lagi. Wanita mana yang tidak marah coba?

"Kamu ngapain berdiri di situ?"

Sialnya Helena ketahuan berdiri di perbatasan dapur menghadap ke arah mereka. Tapi.. ke mana perginya wanita bernama Celine tadi?

"Loh? Mbaknya mana, Mas?"

Bayu menarik alisnya dalam. "Bukannya kamu dari tadi berdiri di situ? Seharusnya kamu lihat kan waktu Celine pulang."

Kapan?

Ah.., sepertinya terlalu banyak waktu yang Helena habiskan untuk melamun.

"Yang tadi itu siapa, Mas?" tanya Helena langsung.

"Cuma teman kantor," jawab Bayu lalu berlalu kembali ke kamarnya.

Cuma teman kantor katanya? Memangnya ada teman kantor yang bersikap seperti tadi. Kecuali jika..

"Bukannya tadi Mas masih tidur ya? Kok bangun pas Mbak yang tadi datang?"

Helena menyusul suaminya ke kamar mereka dan menemukan Bayu yang kembali bersiap untuk melanjutkan mimpi panjangnya yang sempat terusik karena kedatangan Celine.

"Kebangun pas dengar suara bel. Lupa kalau ada kamu. Ya aku bangkit mau bukain pintu."

"Ya kan Mas Bayu bisa masuk ke kamar lagi pas lihat Helen udah buka pintunya."

"Aku udah terlanjur keluar kamar," jawab lelaki itu asal. "Kamu kenapa sih? Mau bertindak seperti istri sungguhan?" tanya Bayu menantang Helena.

"Ya.., Helen heran aja lihat Mbak yang tadi. Bertamu kok langsung nyelonong gitu aja. Nggak sopan banget."

Bayu sebenarnya tidak puas mendengar jawaban Helena. Namun lelaki itu menggedikkan bahunya lalu kembali memeluk guling di sampingnya.

Memang sial pria satu ini, batin Helena.

Helena tak mau menghancurkan moodnya yang sudah buruk saat melihat wanita tadi menubruk dada bidang suaminya. Dia saja yang berstatus sebagai istri sah Bayu belum merasakannya. Malah wanita itu yang bukan siapa-siapanya Bayu tanpa pikir panjang mendahului Helena.

Cacing-cacing di perutnya kembali berdemo. Mau tidak mau, Helena keluar dari kamar tersebut untuk melanjutkan aktivitas memasaknya yang sempat tertunda.

Setelah memastikan Helena sudah keluar dari kamarnya, -kamar mereka maksudnya- Bayu membuka matanya dan menghela napasnya cukup panjang.

Bayu tidak sepenuhnya berbohong. Ia memang sempat lupa jika sejak hari ini, ia tidak lagi tinggal sendiri di apartemennya. Ada wanita cantik berstatus istrinya yang akan menemaninya di apartemen ini.

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang