Chapter III

17.2K 1.5K 80
                                        

Helena terbangun saat mendengar suara azan dari mesjid yang letaknya hanya berjarak sekitar 50 meter dari gedung apartemennya. Helena sudah ingin bangkit saat merasakan ada lengan kekar yang melingkari tubuh polosnya.

Tadi malam mereka memang sudah melakukan kewajiban mereka sebagai pasangan suami istri. Meski tanpa ada cinta di antara keduanya, Bayu tetap menuntut haknya dari Helena. Tahu apa alasan yang diberi Bayu saat menuntut haknya?

"Meski kita menikah bukan atas dasar cinta, aku kira nggak ada salahnya aku mendapatkan apa yang sudah menjadi hakku sebagai suami kamu. Aku nggak mau ada drama seperti kamu yang menolak ML sama aku karena kita tidak saling mencintai. Aku nggak mau dirugikan, Helena. Buat apa aku menikah tapi tidak bisa menyentuh istriku sendiri."

Itu kalimat yang dikatakan Bayu. Terdengar menyakitkan memang karena Bayu membahas untung atau ruginya dia menikahi Helena. Tapi Helena bisa apa selain memberikan Bayu apa yang diinginkan suaminya itu. Karena Helena tahu akan menjadi dosa besar jika dia tidak memberikan apa yang diinginkan suaminya.

Helena memang bukan muslim yang seratus persen taat, tetapi Helena masih takut dosa. Meski ibadahnya terkadang masih sering bolong, tetapi setidaknya Helena masih mau bersujud kepada penciptanya.

"Mas.. Mas Bayu.. Bangun, Mas. Subuh dulu."

Bayu hanya bergumam saat ada yang mengganggu tidurnya.

"Mas Bay-"

"Apa, Cel?"

Degg..

Hati Helena seperti tertohok saat nama yang diucap suaminya itu bukan namanya, tetapi nama wanita lain. Lalu apa arti dari semua yang mereka lakukan tadi malam?

"Mas.."

Bayu membuka matanya pelan lalu melihat istrinya yang berbaring tepat di sampingnya.

"Bangun dulu, Mas. Udah azan itu."

"Hm.." gumamnya malas lalu berbalik melepas pelukannya dari Helena.

Helena ingin menangis, bukan karena Bayu yang menyebut nama Celine saat ia membangunkan lelaki itu tadi. Tetapi karena rasa sakit pada pangkal pahanya.

"Kenapa? Sakit?" tanya Bayu yang dapat menangkap rintihan pelan Helena.

Helena mengangguk lalu mencoba berjalan pelan untuk mengambil handuk yang ia gantung di dekat pintu kamar mandi.

"Kamu pakai kamar mandi yang di sini aja. Aku pakai yang di luar."

Sudah. Hanya itu saja yang dikatakan Bayu. Sedangkan ia melihat sendiri bagaimana Helena kesulitan berjalan. Padahal Helena seperti itu karena ulah siapa? Ulah lelaki itu bukan.

Dasar lelaki. Hanya ingin enaknya saja.

Dua puluh menit kemudian, Helena keluar dari kamar mandi dengan masih memakai bathrobe. Dilihatnya Bayu sudah duduk santai di atas kasur mereka dengan tablet di tangannya. Baju koko yang ia kenakan cukup menjawab pertanyaan Helena jika lelaki itu sudah menunaikan kewajibannya. Tanpa menunggu Helena.

"Kamu lama, aku salat duluan jadinya."

"Nggak papa, Mas," jawab Helena sambil membentangkan sajadah.

Bayu meletakkan tabletnya saat Helena sudai memulai gerakan shalat. Dipandanginya istrinya dari belakang.

Beberapa kali Celine memang pernah masuk ke apartemennya. Tetapi Bayu tidak pernah membawa Celine masuk ke kamarnya. Sama seperti Helena, Bayu memang bukan muslim yang seratus persen taat tetapi masih takut akan dosa. Padahal meninggalkan salat sekali saja sudah menambah catatan dosa mereka.

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang