Chapter 4 -Aura's side- : langit biru

42 3 2
                                    

   Setelah bimbingan wali kelas rutin –yang katanya begitulah setiap harinya– tepat setelah bu Ellen keluar kelas, murid-murid berkerumun di meja paling belakang sebelah jendela yang menghadap keluar dengan langit biru membentang sejauh mata memandang dan lapangan olahraga di bawahnya, meja siapa? Mejaku
"Kamu dari sekolah mana? Daerah mana?"
"Sekarang tinggal dimana?
"Aura itu nama cewek kan?" "Tukeran id LINEAR​ messenger dong! Atau WhosApp messenger"
"Wajahmu kayak cewek, yakin kamu cowok?" Dan beberapa pertanyaan konyol yang tak bisa ku jawab dan ku dengar.

   "Oi-oi, kalau mau nanya satu-satu dong" seorang anak laki-laki, badannya tinggi dan atletis, lebih tinggi dariku aku sendiri tingginya normal, posisi duduk tepat di depanku sepertinya semua menurut ya meskipun jumlah mereka gak berkurang
   "ok pertanyaan pertama" entah sejak kapan ini jadi seperti sesi tanya-jawab​ pers, dan sejak kapan dia mengambil alih?!

   "Pertama yang paling penting dulu deh, memang benar namaku Aura dan tak bisa ku pungkiri wajahku seperti ini tapi aku 100% cowok" aku sedikit menekankan di beberapa kata terakhir lagipula yang namanya aneh di kelas ini bukan cuma aku kan? Ingin rasanya aku berkata demikian...
    "Nama Aura buatku bagus kok" nah baru diomongin, gadis yang ku temui tadi pagi, berambut hitam pendek diatas bahu yang tak memperlihatkan kesan tomboy, ditambah penjepit rambut khas kota ini dan sudah tak dijual lagi semenjak 10 tahun yang lalu, suara merdunya, wajah imut dengan tinggi yang tak mencolok meskipun sebenarnya sedikit lebih pendek dari tinggi gadis normal dan 'warna' indahnya terpancar jelas, Shine Lightwise.

   "Kita ternyata sekelas ya?" Senyum yang diperlihatkan dari bibirnya yang imut menambah kesan menariknya "iya ya, aku juga gak sangka" seketika kelas menjadi ribut "kalian sudah kenal sejak kapan?" Begitulah yang diributkan mereka
   "Tadi pagi di taman, berkat dia juga aku gak terlambat hari ini" ada beberapa cowok yang mengusap dadanya layaknya orang lega dengan suatu hal, mungkin Shine adalah orang populer, mungkin dugaanku bahwa dia seorang musisi itu benar.

   Beberapa pertanyaan berhasil kujawab, sisanya aku tolak karena menyangkut masalah pribadi yang tak ingin ku bahas "terima kasih ya, sudah mengatur yang lain" kataku ke anak tadi
   "gak masalah-gak masalah, toh sebagai perlakuan selamat datang dariku, omong-omong namaku Elonio Burnheart pangil aja Nio" warna anak ini warna yang sering ku lihat apabila menonton acara olahraga, warna oranye tapi lebih cerah dari itu namun tak sampai kuning aku menyebutnya warna semangat, meskipun tanpa harus melihat warnanya aku tau dari gaya bicaranya yang akrab.
   Guru pelajaran berikutnya adalah pelajaran bahasa dan literatur, tapi gurunya tak masuk jadi belajar sendiri, meski begitu ya namanya juga anak muda pada akhirnya kelas dipenuhi keramaian, tentunya ada yang ngobrol, main-main, bahkan ada yang nonton bareng, aku sendiri sudah cukup lelah karena banyak pertanyaan jadi aku membuka sketchbook milikku dan pensil yang ku genggam mulai menari diatasnya, goresan dan coretan sketsa terlihat tipis dan mulai memperlihatkan wujudnya, tentu hambatan berupa salah ukuran atau salah goresan membuatku menghapus beberapa kali, ku gambar sebuah pohon alder yang berdiri tegak di sebuah taman, diatasnya ada seorang anak perempuan ditemani burung-burung kecil, aku mulai menggambar wajahnya, saat kulirik dia ternyata dia memang berada di sebelahku sambil melihat gambar dirinya tadi pagi
  "Gambar aku ya?" Senyum Shine "stop! jangan ganti ekspresi" mendengarnya Shine agak kaget dan berusaha kembali ke ekspresi senyumnya "bercanda-bercanda, nurut aja sih lagian" tawaku yang membuat Shine mengembungkan pipinya "jahat"
   "Udah jangan ngambek dong nanti ini gak selesai" seru juga isengin anak ini "huuh yaudah deh, tapi kenapa tiba-tiba gambar aku?"
   "Pemandangan seperti ini tuh langka, jarang-jarang kutemui" ya memang hobiku sih "kalau selesai aku kasih lihat deh"
   "Oh Aura bisa gambar rupanya" kali ini orang yang kulihat di 'kerumunan pers' tadi, orang yang duduk di sebelah Shine, rambut panjang pirang lebih tinggi dari Shine, badannya memberikan kesan seksi namun elegan, mungkin sportif juga, warnanya...cerah, kuning namun lebih terang lagi dan berkilau, yang satu ini aku baru lihat tapi kalau kekuningan biasanya orang yang riang
    "Aku Elvira Wood, pinjam sebentar dong" tangannya dengan cepat mengambil sketchbook milikku   
   "oi! Pelan-pelan!" Reflek aku berkata, aku memang tak keberatan apabila gambar-gambar ku dilihat namun ya kadang agak risih
   "iya-iya, jadi ini Shine dimata Aura? Hmmm...." Ia mendekatkan wajahnya ke gambar ku
    "huaa Shine dimanapun tetap imut~" itu kalimat yang keluar kemudian,
   "itu pujian buatku?" Kataku "pujian buat Shine"  emang yang gambar Shine?!
   "Elvi, Aura mau lanjut gambar tuh" jeweran Shine mendarat di kuping Elvira
   "adududuh Shine kalau ditarik melulu nanti aku jadi Elf nih!" Akhirnya sketchbook ku kembali
   "Aura, gambarnya bagus, kalau sudah jadi aku minta ya~" senyumnya
   "Bakal lama sih tapi ok" aku memang tak keberatan, lagipula untuk mewarnai aku menggunakan komputer.

-------------------▷▶▷▶jam istirahat

   Tak terasa​ perutku sudah keroncongan mengaung minta diisi, aku bawa roti dari rumah—milik pamanku— tapi mungkin aku harus keluar,
Begitu pikirku saat kulihat Shine keluar, sebenarnya aku ingin makan bersama Nio tapi ada rapat OSIS mendadak, ya percaya gak percaya dia itu wakil ketua OSIS, pantas saja semua menurut

   "Mau kemana? Gak sama temanmu?" Kutanya padanya, kotak ditangannya itu menandakan dia membawa bekal "mau ikut? Kalau soal Elvi dia setiap istirahat ke kantin sekolah"
   "Kamu gak ikut?" Sambil berjalan ke arah tangga aku bertanya "hmm aku punya tempat bagus buat makan"
   "Dimana?"
"Atap" jawaban singkat tapi jelas, sepertinya Shine bukan orang yang suka bertele-tele "ok" karena aku belum pernah makan di atap, kebetulan sekolah ini atapnya datar, jadi aku memutuskan untuk ikut

   Sembari menelusuri koridor sekolah aku menanyakan beberapa hal, tentu yang berkaitan dengan sekolah dan beberapa hal tentang kota ini, dia juga bertanya hal-hal yang ingin ia ketahui.

   "Oh iya Shine itu musisi ya? Main gitar juga ya?" Aku teringat akan hal itu "eh? Kok tau? Memang aku dari ekskul musik ringan sih, Nio atau Elvi ya yang kasih tau?" Wajahnya menunjukkan rasa penasaran dan kaget
"enggak, tadi pagi kan aku memegang tanganmu, tekstur tanganmu sama seperti temanku yang seorang gitaris, lalu Shine juga nyanyi lagu yang bukan dari grup band manapun setidaknya bukan masa ini jadi aku menyimpulkan bahwa kau seorang musisi" mendengar penjelasan tentang dirinya sendiri ia memasang wajah kagum
"waah Aura hebat banget kayak Holmes aja" wajahnya mendekat kepadaku
"a-aku juga tau kalau kau dari band sekolah yang namanya Star★Color" lagi-lagi dia kagum "tau darimana?" Dengan mantap kujawab: "dari poster di mading belakangmu" dia hanya merespon ah.. saja dengan wajah sebal mungkin ia merasa ditipu

   Sesampainya di pintu atap pintunya terkunci "tenang, aku bawa kuncinya, dulu kami sering latihan disini sebelum punya ruang ekskul, dan sekarang ini jadi tempat milikku, guru-guru juga bilang boleh" dibukanya pintu seiring angin berhembus dan cahaya masuk, langit biru membentang luas sejauh mata memandang.

Chapter 4 End

«Pojok ★ penulis»

Salam, penulis disini panggil saja saya Zen, pertama saya ucapkan terima kasih kepada para pembaca dan orang-orang yang sudah memberikan saya saran, bagi para pembaca maaf apabila updatenya lama, maklum penulis masih sekolah, terima kasih pula kepada yang sudah sabar menunggu sampai chapter ini, kira-kira apa yang akan terjadi diantara Aura dan Shine? Lalu sebenarnya apa yang terjadi di laboratorium prof.Zen? Kenapa nama ayah Aura sama seperti nama pena penulis? (Eeh suka-suka itu mah) kenapa Aura dinamakan Aura padahal cowok? (Ih dibilang suka-suka) kenapa semua nana tokoh utama aneh-aneh? (Tanya sono sama ortunya) penasaran? Sama!

Special thanks (≧▽≦)
NadineWidyaAmalia
EzraTaufik
Elloaris
Keluarga
Dan yang paling penting kepada Allah SWT

Between: Star★Color MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang