chapter 3 -Aura's Side-: warna

61 3 2
                                    

Setelah kejadian tadi pagi kami berpisah, setidaknya itu yang ku kira. Di ruang guru aku diberi tahu beberapa peraturan sekolah, seperti sekolah ini tak begitu ketat tentang seragam "asal kelihatan bahwa seragam sekolah ini ya gak apa-apa" begitu jawaban yang kudapat. Setelah itu aku diantar ke ruang kepala sekolah, memang aku ada urusan dengannya.

Sejak hari itu entah kenapa aku menjadi bisa melihat hal yang tak dapat dilihat orang lain, bukan hal gaib semacam hantu atau roh halus, tapi kemampuan untuk melihat warna manusia, sekalipun aku bilang bisa melihatnya warna yang ku lihat bukan warna utama ataupun yang lainnya, warnanya agak sudah dijelaskan contohnya wali kelas tadi, warnanya kebiruan namun ada hijau, tapi bukan cyan atau tosca, warnanya pernah kulihat sebelumnya di asramaku yang lama, biasanya warna ini menunjukkan orang yang sedang tenang warna ini umum kulihat, warna manusia bisa berubah-ubah sesuai perasaan. Selain melihatnya aku juga bisa merasakannya kadang ada rasa menggelitik apabila ada orang mengendap-endap di belakangku atau ada rasa hangat atau sejuk apabila mendekat, dan karena itu aku tak pernah diajak main petak umpet.

Kepala Sekolah Albus Mithrandhil, ia adalah teman lama ayahku, ayahku sepertinya juga sempat mengajar di sini selama beberapa tahun "Aura, Professor Zen adalah temanku jadi ia juga menitipkan ini padaku" aku diberi 2 kunci, salah satunya kunci rumah kami dulu sedangkan yang satunya lagi... Entah tak pernah kulihat kunci aneh semacam ini "yang satu lagi adalah kunci lab ayahmu, namun bapak tak pernah diberi tahu dimana tempatnya" aku hanya diam dan mengangguk, ayah punya banyak laboratorium, kebakaran itu juga salah satu dari sekian banyaknya laboratorium miliknya.

Keluar dari ruang kepala sekolah aku dibimbing wali kelas –bu Ellen Baker– ke kelasku, kelas XI-A, aku memperkenalkan diriku pada mereka.

Wajah-wajah baru, warna yang bercampur membuatku harus berkonsentrasi lebih untuk mengembalikan pengelihatan normalku...namun aku menghentikan niatku, sekali lagi aku melihat warna indah yang kutemui tadi pagi, warna dari gadis berambut pendek dengan jepit rambut khas yang hanya dijual 10 tahun lalu di kota ini dengan headphone di lehernya, wajah imut dengan bibir mungil, badan yang lebih pendek dariku tapi tetap terlihat proporsional, dan mata berkilau yang tampak kaget sekarang, satu-satunya wajah yang lebih dulu ku kenal, ia sekarang tersenyum

Chapter 3 end

Between: Star★Color MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang