4. Kelas

82 30 14
                                    

Matahari tampak malu-malu dengan sinarnya. Awan sepertinya tengah ingin bermain dengan sinar mentari. Sedang Neta tetap sama akan semangatnya untuk sekolah, angin dingin menusuk jiwanya tak dihiraukan. Karena tekadnya lebih besar dari sebuah hembusan angin yang menggetarkan bulu halus tubuhnya.

Hari ini siswa baru kelas sepuluh diberi tugas untuk memilih kepengurusan kelas dilanjutkan untuk membersihkan kelasnya masing-masing.

1. Efandi Ardimora
2. Gibran Al Musyairi

Kedua nama tersebut adalah calon ketua kelas X Ipa 3. Voting dipimpin oleh Elma, walaupun perempuan tapi sesungguhnya ia memiliki jiwa kepemimpinan. Terlihat jelas cara ia berkata dan memimpin voting.

"Oalah cowok tengil itu namanya Gibran toh, baru nyadar," gumam Neta.

Beberapa menit kemudian
.
.
.
Jreng jreng jreng...
Terpilihlah ketua kelas X IPA 3 Gibran Al Musyairi.

Kenyataan barusan membuat Neta cukup terpelongoh. Heran si Gibran terpilih menjadi ketua kelas. Namun apa daya Neta yang hanya bisa menerima sebuah keputusan dari kesepakan bersama ini.

"Ini kelas kesambet apa bisa milih ketua kelas semacam Gibran," gerutu Neta.

"Assalamu'alaikum teman-teman, di sini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepada saya sebagai ketua kelas. Saya berjanji akan bertanggung jawab atas kewajiban saya. Semoga kalian semua merasa aman, tenang dan damai di kelas ini." rangkaian kalimat yang tersusun sangat rapi terucap dari bibir Gibran dengan gayanya sok cool.

"Gilakkk! Apa-apaan ini, udah seperti walikota yang menang pilkada saja. Jakarta saja masih puyeng mikir walikota, lha nih orang malah mau nyaingin," gumam Neta kesal.

Berlanjutlah kepengurusan yang lain.

--

Ketika Gibran melangkahkan kakinya keluar kelas tiba-tiba Neta menghampirinya.

"Eh, alasan apa lo tadi nunjuk aku jadi bendahara kelas?" tanya Neta terhadap Gibran.

"COCOK," jawabnya singkat sesingkat dia memandang Neta lalu pergi.

"Eh tunggu! Gue serius, pasti ada alasan lain?"

"Hmm.. Lo dapat dipercaya dan tanggung jawab."

"Idih sotoy banget lo ya, kek peramal nyasar gak pulang-pulang."

"Lo tadi tanya pas udah gue jawab malah dikatain kek peramal nyasar, mau lo apa sih?!!! Ganggu orang mau istirahat saja." balas Gibran kesal.

Kata hati gue aja tadi bisa nunjuk lo jadi bendahara. Gilak ngapain gue kepikiran dia. Batin Gibra.

Typo bertebaran---

Arneta Pecandu AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang