8. Senja Ardani Putra

44 9 5
                                    

"Gib, gue mau curhaaaaat," teriak neta sembari berlari menghampiri Gibran yang tengah duduk di taman sekolah.

"Eh dasar cewek, dimana-mana itu kalau mau curhat pasti diem-diem bukan asal jeplak nyrocos kek lo,"

"Semangat bro, hati gue lagi dugem nih rame bener," ucap Neta asal.
"Oke kita mulai curhatnya, lo mau dengar gak?" lanjutnya.

"Hmm,"

Neta bercerita mengenai kejadian yang ia alami kemarin. Tentang cowok yang ia kagumi, dan ternyata cowok itu memiliki rasa yang sama dengannya. Senja, namanya adalah Senja, ia anak kelas XI Ipa 5. Sejak awal masuk SMA, Neta sudah mengaguminnya sebab pandangan mata yang saling bertemu. Tentu juga dengan kejadian itu.

Flashback On

"Gilak, gue bakal telat di hari pertama masuk sekolah,"

Neta masih menanti berubahnya lampu merah menjadi hijau. Menghitung mundur angka yang berada di samping trafic light.

"Woy, santai! Lo pikir nih jalan milik nenek lo?! Mentang-mentang naik mobil seenaknya srempet-srempet orang," bentak Neta kepada pengendara mobil yang hampir saja bersrempetan dengannya.

"Hmm," jawabnya singkat, seorang lelaki yang turun dari mobil.

"Lo punya telinga ngga sih, gue udah marah-marah kayak orang kesambet dan lo cuma membalas dengan HMM,"

"Dari pada lo, punya mulut nggak dijaga," ucap lelaki itu dengan perlahan tepat di telinga Neta.

Grekkk, hening... Dan berlalulah lelaki itu meninggalkan Neta, sedangkan Neta masih bengong akibat ucapannya. Senja Ardani P adalah nama yang tertempel pada seragam sekolah si lelaki itu dan tidak sengaja terbaca oleh Neta. Lambang sekolah yang sama tertempel pada lengan kiri mereka.

"Mampus. Itu pasti kakel gue, mana ganteng pisan. Nyesel udah marahin, tau gitu biar aja gue disrempet habis itu ditolongin,"

Flashback off

"Bayangin aja Gib, cewek mana yang ngga mau sama tu orang," lanjut curhatan Neta kepada Gibran.

"Coba kalau gue cewek gue gabakal mau,"

"Idih sok jual mahal,"

"Lha emang kok weeeeeee," jawab gibran sambil nyengir.

Neta dan Gibran sudah tak canggung lagi untuk saling berbagi segala curahan. Malahan banyak yang mengira kalau mereka berdua pacaran.

"Persabatan lo belum bisa dibilang tingkat tinggi jika belum ada yang bertanya, 'Kalian pacaran ya?" :v

Neta berlalu, tertinggal Gibran yang hingga kini masih memandang langkah Neta.
"Semoga suatu saat lo bisa tau gimana hancurnya perasaan seseorang saat orang yang ia cintai mencintai orang lain. Dan lebih parahnya, kenapa lo harus curhat semua itu ke gue, Net."

Membuang botol minumnya dan beranjak pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arneta Pecandu AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang