3. Diary Neta

78 29 21
                                    

21 Maret

Ayah...
Sesunggunya dermaga telah menantimu untuk kembali berlabuh
Namun mustahil!

Kan ku tuliskan rinduku pada cahaya pagiku
Sinar senja yang mewakili indahmu

Kan kuikuti langkahmu
Segala rima tertuah untukmu
Pesan kesan dan rindu

Putri kecilmu ini kini sudah dewasa
Andai senyummu masih dapat aku lihat
Kan ku berikan setitik cahaya untukmu
Agar kita tetap bersama dalam keterangan

Ayah
Akankah air mataku dapat mengembalikanmu?
Sedetik saja
Atau sekadar dalam mimpi dihening malamku
Aku hanya ingin memelukmu erat
Melepas sejuta rindu yang bersemayam dalam jiwaku
Aku ingin berterima kasih padamu
Cukup hanya itu

Doa ku mengalir bersama waktu
Derasnya hidup akan ku hadapi
Hanya untukmu kupersembahkan

Senandung irama dari rasa
Seucap kata sayang yang belum sempat terucap

Semesta dengarkan aku
Dengarkan segala rintihan sayangku pada Ayah
Yang telah lama melangkah meninggalkan bintanya

***

Hingga kini Neta masih sering menitihkan air mata rindunya dikesendirian malamnya. Memang berat untuk bercerita hingga ia hanya dapat menuangkan segala rasa pada sebuah kata. Sekadar elegi yang mewakili seribu isi hatinya. Hanya ketika sendiri ia dapat menangis. Tertuanglah segalanya.

"Bertemu denganmu dalam mimpi saja sudah kurasa sangat bahagia, Ayah." Gumam Neta memulai memejamkan matanya.

Arneta Pecandu AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang