21 Maret
Ayah...
Sesunggunya dermaga telah menantimu untuk kembali berlabuh
Namun mustahil!Kan ku tuliskan rinduku pada cahaya pagiku
Sinar senja yang mewakili indahmuKan kuikuti langkahmu
Segala rima tertuah untukmu
Pesan kesan dan rinduPutri kecilmu ini kini sudah dewasa
Andai senyummu masih dapat aku lihat
Kan ku berikan setitik cahaya untukmu
Agar kita tetap bersama dalam keteranganAyah
Akankah air mataku dapat mengembalikanmu?
Sedetik saja
Atau sekadar dalam mimpi dihening malamku
Aku hanya ingin memelukmu erat
Melepas sejuta rindu yang bersemayam dalam jiwaku
Aku ingin berterima kasih padamu
Cukup hanya ituDoa ku mengalir bersama waktu
Derasnya hidup akan ku hadapi
Hanya untukmu kupersembahkanSenandung irama dari rasa
Seucap kata sayang yang belum sempat terucapSemesta dengarkan aku
Dengarkan segala rintihan sayangku pada Ayah
Yang telah lama melangkah meninggalkan bintanya***
Hingga kini Neta masih sering menitihkan air mata rindunya dikesendirian malamnya. Memang berat untuk bercerita hingga ia hanya dapat menuangkan segala rasa pada sebuah kata. Sekadar elegi yang mewakili seribu isi hatinya. Hanya ketika sendiri ia dapat menangis. Tertuanglah segalanya.
"Bertemu denganmu dalam mimpi saja sudah kurasa sangat bahagia, Ayah." Gumam Neta memulai memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arneta Pecandu Aksara
De Todo[Alurnya telah direvisi] Ketika cinta melukis luka. Dan suatu cinta tak terkira datang menyembuhkan luka lama. Dari tiap kata pertanda hati Neta. Perempuan pecandu aksara, kecintaannya menulis sajak-sajak bermetafora demi menenangkan hati kecilnya. ...