6. Taman Kota

68 24 11
                                    

Beberapa bulan kemudian Neta makin akrab dengan Gibran, bagaimana tidak disetiap harinya mereka saja selalu duduk satu bangku.

Neta POV

Buku berukuran sedang bersampul biru bergambar rangkaian bunga terlihat sederhana namun indah. Itu sahabatku, bertahun-tahun tempatku mengadu.

Senja yang kini bersamaku dan diary ini. Ketika waktu memberiku kesempatan menghirup kedamaian suasana di taman kota yang tak jauh dari tempat tinggalku.

Terduduk di bawah pohon rindang bersama irama hembusan angin bersamaku dan buku kecil tak lupa pena temanku. Mereka seperti paket jamuanku di senja ini.

~~~~~~~~~~~~~
7 April

Aku bersama sunyi yang telah lama disisiku. Terkadang aku ingin bertanya pada waktu. Yaa sekadar bertanya untuk sebuah jawaban, bolehkah aku bertemu kembali dengan ayahku? Namun sampai saat ini hanya kemustahilan yang sudah nyata.

Ayah, aku ingin bercerita tentang masa ku diusia 16 th ini.

Dia
Aku mengaguminya sejak pertama bertemu. Namun, hanya peluang sepersekian detik dapat melihatnya dalam waktu yang tak menentu. Aku mengaguminya namun tak bisa mengungkapkannya. Sungguh bibirku kaku akan segala rasa ini.
~~~~~~~~~~~~~~

Bingkisaan...
Tiba-tiba aku teringat bingkisan yang ditemukan Anan malam itu.
Aku buka ranselku dan mengambilnya, anehnya tertulis angka 17 untuk membukanya. Maksudnya apa?

Pukul ke 17 kah? Mana adaa
Jam ke 17?
Hari ke 17?
Tanggal 17?
Tahun ke 17?

Ahh lama-lama makin tidak bermutu saja khayalanku.

Kira-kira siapa sih yang ngirim kayak ginian. Atau jangan-jangan bom? Tapi ini ringan sekali, mau aku buka namun sudah tertulis jelas membukanya sesuai angka 17, itu apaaaa ya Tuhan? Aku ngga suka misteri-misteri kaya gini, pengagum rahasia mungkin. Mungkiiiin.

"Oyy!" suara yang tiba-tiba datang menghampiriku.

"Eh lo eh ko katak terbang.. Hihh ngagetin ya hobinya," jawabku latah, ternyata ada Gibran
"Ngapain lo ada di sini?" sambungku

"Lo sendiri ngapain coba sore-sore di taman kota, mangkal ya neng?"

"Itu mulut bisa dijaga ngga?!" balasku sedikit kesal

"Udah-udah santai aja cuma becanda, auwwah tuh dapet bingkisan dari siapa? Lo ulang tahun ya?"

"Ngga tau nih, Selasa malam Anan nemuin ini di depan rumah tapi ngga tau juga dari siapa."

"Trus ngapain sampai sekarang ngga lo buka? Mana gue bukain," ucap Gibran dan dengan tiba-tiba mengambil bingkisan tersebut.

"Eh jangan, ini ada tulisan mbukanya 17 tapi maksudnya apa gue juga ngga tau," jawabku kembali meraih bingkisan itu.

---

Mentari kian tenggelam kembali di persinggahannya, tidak terasa sudah lebih dari tiga jam aku dan Gibran saling berbincang di taman kota ini. Tak menghiraukan lalulalang orang berjalan di hadapan kami. Yang jelas aku selalu dapat tertawa bahagia saat bersama Gibran, walau kita baru kenal rasanya sudah bertahunan berteman dengannya.

Gibran itu ternyata humoris dan mudah nyambung, dia satu paham denganku makanya klik banget kalau sedang ngobrol. Bahkan bisa sampai lupa waktu kalau sudah bercakap dengannya.

"Gue anterin pulang, udah mau maghrib ngga tega liat perempuan pulang sendirian," tawar Gibran.

"Eh bentar, lo tadi kok bisa sampai sini, rumahlo bukannya cukup jauh ya kalau kesini?" Tanyaku memastikan kehadiran Gibran di sore ini

"Lha gue mah mana aja pasti tak lewatin, mau jauh mau deket yang penting gue bisa santai dan membebaskan sedikit masalah yang ada."

"Haha yaudah deh ngga jauh beda sama diriku."

Gibran mulai melajukan mobilnya mengantarku pulang ke rumah. Selang sepuluh menit kemudian tiba-tiba ia menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan.

"Loh ngapain berhenti, Gib?" Tanyaku kebingungan

"Kita makan dulu yuk, habis itu sholat di masjid itu, baru aku antar kamu ke rumah," jawabnya sambil menunjuk masjid di seberang jalan.

"Oke," jawabku mengiyakan tawaran Gibran karena aku sendiri juga sudah lapar.

Ini adalah kali pertamaku makan bareng sama cowo, dan dia adalah Gibran Al Musyairi. Cowo yang pernah aku tabrak sewaktu pertama kali masuk kelas.

Baksooooooo
Ini lezaaaaat sekali bagiku 😄

Arneta Pecandu AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang