21 - "Gavin's House"

2.1K 141 48
                                    

Saat turun dari motor, matanya terus memandangi rumah besar didepannya. Rumah mewah bergaya mediterania bercat kan ivory dengan halaman depan dan belakang yang luas serta pagar yang menjulang. Elegan, klasik dan mewah. Belum lagi dengan taman indah yang mengelilingi rumah ini. Rumahnya bahkan tak seberapa jika dibandingkan dengan rumah milik Gavin ini.

"Gav? Ini rumah lo?" tanya Graciella.

Gavin menggelengkan kepalanya pelan. "Ini rumah nyokap sama bokap. Gue disini cuman numpang."

Graciella mengalihkan pandangannya pada Gavin. Benarkan cowok di sebelahnya itu sangat humble. Lagi-lagi Graciella tersenyum karena kagum padanya.

Mereka berdua berjalan masuk dengan berbarengan. Desain interior rumah itu pun mengikuti tampilan luarnya. Furniture seperti sofa, meja makan, kursi, meja dan perabot lainnya kebanyakan berdesain klasik dan elegan dengan nuansa warna gold dan silver.  Tapi anehnya rumah ini nampak sepi. Sedari tadi Graciella hanya melihat Pak satpam di depan dan tukang kebun. Tak ada lagi selain itu.

"Lo ngapain bawa gue kesini?" tanya Graciella.

Yang ditanya pun kini mengahadapkan badannya ke arah Graciella. "Ketemu nyokap."

"Biar apa?"

"Biar lo makin terbiasa sama nyokap gue."

"Bi? Bibi?" Gavin berteriak memanggil pembantunya. Beberapa waktu kemudian Bibi yang dipanggil pun ada dihadapan mereka berdua.

"Mamah mana Bi?" tanya Gavin.

"Anu, Den. Nyonya belum pulang. Tadi sempet kesini bawa dokumen-dokumen. Abis itu kayanya balik lagi Den," jawab wanita paruh baya yang bernama Ika itu dengan gugup.

Gavin tersenyum ramah. Bi Ika memandangi Graciella dari atas ke bawah. Gavin memang pria yang baik juga tampan. Tak aneh jika perempuan yang suka ia bawa ke rumah itu cantik-cantik. Termasuk Kaylene, mantan pacarnya. Graciella tersenyum mendapati Bi Ika yang terus menatapnya.

"Ya sudah, Den, Non. Bibi ke belakang dulu ya," pamit Bi Ika kemudian pergi.

Gavin mengajak Graciella memasuki ruangan yang isinya dipenuhi oleh alat-alat musik. Atau bisa dibilang Studio Musik Pribadi milik Gavin. Di dalamnya tersimpan banyak alat musik seperti, drum, gitar, bass,  speaker, mikrofon, piano, keyboard musik atau bahkan alat DJ. Ruangan ini sudah seperti toko alat musik saja.

Kecurigannya dari awal itu memang benar. Gavin itu adalah anak dari keluarga ternama. Hanya saja dia tidak suka menunjukkan dirinya yang sebenarnya pada orang lain.

Gavin tiba-tiba melepas kancing bajunya yang bagian atas. Graciella yang melihat itu lantas terkejut.

"Stop! Lo mau ngapain?" tanya Graciella histeris.

"Buka baju," jawab Gavin dengan santai.

"Ke-kenapa?"

"Gerah," ucapnya sambil menaik turunkan kerah bajunya agar udara bisa masuk ke dalamnya.

"Lo gak malu apa disini ada Gue? Gue cewek!" protes Graciella lagi.

"Gue gak bilang lo cowok," balas Gavin.

Bukannya mengurungkan niatnya. Gavin malah mendekat ke arah Graciella. Ia membuka satu-persatu kancing baju seragamnya di depan Graciella. Cewek yang melihat itu lantas menutup matanya rapat-rapat dengan tangannya.

"Lo gila Gav!" seru Graciella penuh penekanan.

Jarak diantara mereka begitu dekat. Gavin tak segan-segan melepaskan baju seragamnya disana. Kemudian Graciella mendengar Gavin yang malah tertawa kecil seperti menggodanya.

My Music Partner [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang