Part 10

21K 1K 2
                                    

Daren pov

Matahari belum beranjak dari peraduannya entah mengapa rasanya waktu berjalan sangat lambat saat ini. Sudah kesekian kalinya aku melihat jam setelah aku terbangun dua jam yang lalu.

Rasanya aku tak sabar lagi melihat wanitaku secara langsung, bagaimana dia tersenyum, mendengar suaranya cara dia berjalan dan segalanya. Baru berpikir sebentar lagi aku akan bertemu dengannya sudah membuat jantungku berdebar seperti orang yang baru saja berlari marathon.

"Shit" umpatku

bertemu dengannya membuatku teringat bahwa alasan apa yang bisa ku gunakan untuk menemuinya secara langsung, secara ia sama sekali tak mengenali aku.

Ray, ya Ray hanya dia yang bisa membantuku saat ini. Segera kuambil ponselku dan menghubungi Ray peduli setan dia mo marah atau apapun terserah deh. Setelah dering ke empat terdengar suara dari seberang.

"Halo...Ray ke kamar gue sekarang, tidak terima penolakan" kataku lalu menutup sambungan telephon.

Tak perlu waktu lama terdengar suara bel dari luar kamarku, aku segera beranjak dan membuka pintu di sana sudah terlihat Ray masih dengan muka bantalnya.

"Masuk!" titahku pada Ray

"Ada apa sih, ada masalah?" tanya Ray sambil berjalan menuju ke ranjang king sizeku.

"Iya ini masalah penting banget masalah hidup mati gue" kataku yang sontak membuat Ray melotot seakan bertanya

"loe gak papa?"

"Iya gue gak papa" kataku seakan menjawab pertanyaan yang ada diotaknya.

"Trus tadi loe bilang ada masalah penting banget, emang masalah apa yang penting banget sampe loe bangunin gue jam segini" tanya Ray kemudian.

"Ray gue bingung ntar kalau ketemu Namnam gue pake alasan apa, secara diakan gak kenal gue?" tanyaku yang sontak membuat Ray melongo tak bisa berkata apa-apa lagi.

"Ray jawab donk" tanyaku lagi dan menyadarkan Ray.

"Anjir loe, loe gangguin mimpi indah gue dan bangunin gue di pagi-pagi buta gini cuma buat nanyain alasan apa yang bisa loe pake buat nemuin tu cewek. Gue rasa kali ini loe bener-bener butuh psikiater deh Ren" kata Ray dengan kesal.

"Ray bantuin gue dong" bujukku pada Ray.

"Bodo...serah lo deh gue mo tidur lagi" kata Ray lalu menarik selimut dan kembali melanjutkan tidurnya di tempat tidurku.

"Ray...." panggilku namun tak ada sahutan yang terdengar hanyalah suara dengkuran.

"Untung loe sohib gue kalau gak udah jadi perkedel deh loe." ucapku lalu menarik selimut yang digunakan Ray.

*********

Sinar mentari menembus jendela kamar Daren dilihatnya jam yang berada diponselnya, lalu beranjak menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Cekrek

suara pintu kamar mandi yang dibuka. Daren keluar dari kamar mandi. Setelah berpakaian Daren membangunkan Raymon yang masih betah bergelung di balik selimut.

"Ray.....bangun loe" kata Daren sambil menggoyangkan badan Ray.

"Eumm........ada apa lagi sih bro, gue masih ngantuk nih" gumam Ray dengan mata yang masih tertutup.

"Bangun udah pagi nih, c'mon kita sarapan trus langsung nemuin bidadari gue" beo Daren sambil membuka tirai jendelanya dan membiarkan sinar matahari masuk.

"Iya sebentar lagi Ren" kata Raymon dan sontak membuat Daren memutar matanya jengah.

"Bangun gak loe, atau gue jatuhin loe dari tempat tidur." Kata Daren sambil menarik kaki Raymon hingga Ray terjatuh dari tempat tidur.

"Aduh......"teriak Ray sambil mengusap bokongnya yang sukses mendarat di lantai

Mendengar Ray meringis menahan sakit Daren hanya tersenyum.

"Gila loe ya Ren jatuh cinta sampe segitunya, loe yang jatuh cinta gue yang kesakitan" kata Ray sambil terus mengelus bokongnya yang masih sedikit sakit.

"Udah cepetan loe mandi trus kita sarapan. Awas aja ya loe kalau sampe gue gak ketemu ama bidadari gue, bonus loe gue potong" kata Daren dengan tatapan datarnya.

"Ow...sabar bro, oke gue ke kamar dulu siap-siap loe tenang aja gue pastiin loe ketemu ama tu bidadari loe asal jangan loe potong bonus gue" kata Ray sambil beranjak menuju ke kamarnya untuk bersiap-siap.

MY STALKER BILLIONAIRE (SUDAH TERBIT)  TERSEDIA DI GOOGLE PLAY STORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang