Part 12

19.4K 921 2
                                    

Author pov

Di sebuah restoran terlihat sangat ramai di siang itu. Para pelanggan yang ada di restoran itu terfokus pada satu meja yang berada ditaman. Di sana sudah duduk empat orang yang membuat  mereka tak mampu mengalihkan pandangan mereka.

Para wanita menatap lapar pada dua pria yang ada di meja itu sedang para pria tak mampu mengalihkan pandangannya dari Namira. Sementara Namira yang ditatap hanya bisa menunduk dan memainkan ponselnya sambil menunggu pesanan mereka datang.

" Hm.....saya jadi berasa gak pantas berada di dekat kalian bertiga deh" beo Dian yang membuat tiga orang lain yang semeja dengannya sontak mengalihkan pandangan ke arahnya seakan bertanya ada apa?

"Liat aja tuh para perempun udah ileran liat kalian berdua dan para cowok matanya semua sama Nami terus buat apa saya di sini."Ucap Dian sambil memonyongkan bibirnya tanda merajuk.

Melihat tingkah Dian yang merajuk Nami, Daren dan Ray saling berpandangan lalu pecahlah tawa mereka bertiga.

"hahaahahahaha"

"Di kalau mau ngambek ingat umur donk" ucap Ray sambil mengusap air matanya yang keluar akibat tertawa

"Di dasar ya kamu perihal gitu aja ngambek. Kalau tu perempuan saya juga yakin fokus mereka pasti sama mereka berdua tapi kalau para cowok yang kamu bilang gak mungkinlah mereka liat saya mungkin mereka cuma mau liat pemandangan secara di sini kan view terindah di resto ini." Ucap Nami sambil tersenyum setelah mampu menguasai tawanya.

Melihat dan mendengar tawa Nami secara langsung membuat jantung Daren berdetak semakin kencang.

"Ren bisa belubang tuh mukanya si Nami kalau loe liatin kayak gitu" ucap Ray yang membuat Daren terkejut dan memelototkan matanya seakan berkata awas aja loe nanti. Sementara Nami yang di tatap oleh Daren hanya menunduk menutupi wajahnya yang memerah seperti udang rebus.

"Udah ah yuk makan, nanti makanannya dingin" ucap Dian memecah kebisuan yang terjadi antara mereka.

Tak lama kemudian yang terdengar hanyalah suara sendok dan piring. Merasa diperhatikan Nami melirik ke arah Daren dan benar saja tatapan mereka bertemu untuk kesekian kalinya.

Apa yang terjadi antara Daren dan Nami tidak lepas dari tatapan Dian dan Ray. Ada gurat kekecewaan yang tergambar di wajah Dian mengetahui Daren yang sejak tadi menjadi incarannya ternyata lebih melirik sahabatnya itu. Sementara Ray hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat sahabatnya yang sedang jatuh cinta.

Saat sedang asyik mengobrol sehabis makan tiba-tiba dering ponsel Nami berbunyi. Pada dering kedua Nami langsung mengangkat panggilannya.

"Halo....Assalamu Alaikum, kak" sapa Nami lalu permisi untuk mengangkat panggilannya.

"(…...........)"

"Iya kak, ini lagi makan siang sama teman, kak Dave gimana sehat kan?udah makan blum?" tanya Nami bertubi-tubi.

"(..............)

"Gimana masalah di situ?"

"(..............)

"Iya gak papa kak selesaikan aja dulu masalah yang ada di situ baru balik lagi. Kasian juga kalau ayah yang harus nanganin biar ayah bisa fokus sama perusahaan yang ada di Singapure" ucap Nami pada Dave

"(...…............)"

"Ok kak, hati-hati dan jangan lupa makan" ucap Nami menutup teleponnya lalu berjalan kembali ke kursinya.

Melihat Nami yang menerima panggilannya sambil menjauh Daren bisa menebak siapa yang menelepon. Wajah Daren telah memerah dan kedua tangannya terkepal menahan amarah yang sudah memuncak. Tatapan Daren sangat dingin hingga seakan menularkan aura dingin ke sekitarnya.

Dian bukanlah orang yang bodoh untuk menilai apa yang sedang terjadi saat ini hingga ketika Nami baru saja akan duduk dia langsung berdiri dan mengajak Nami untuk segera kembali ke kantor dengan alasan jam istirahat mereka sudah berakhir. Saat Ray menawarkan untuk mengantar mereka kembali Dian langsung menolaknya dengan halus dan beruntung Ray tidak memaksa.

Setelah mengucapkan terima kasih dan pamit Dian langsung menarik tangan Nami keluar dari restoran itu.

*********

Saat berada di dalam taksi menuju ke kantornya Dian terlihat lebih diam. Ia terus saja teringat dengan reaksi Daren ketika Nami menerima telepon tadi. Emosi dan marah benar-benar tergambar di wajah Daren dan tatapannya itu benar-benar membuat ia bergidik ngeri dan tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun.

"Di kamu kenapa sih dari tadi kok aneh" tanya Nami

"Mi kayaknya si Daren suka sama kamu deh" ucapnya yang membuat Nami terlonjak kaget.

"Gak mungkin Di jangan ngaco ah" ucap Nami santai

"Asli Mi ini bukan ngaco aku yakin 100% dan saranku kalau kau memang gak suka dia lebih baik kau hindari dia" ucap Dian mantap.

Melihat sikap Dian, Nami mulai merasa takut sebab ini pertama kali sahabatnya itu meminta dia menjauhi seseorang. Dia kenal betul dengan sahabatnya yang satu itu.

"Mi mau ke atas tidak" suara Dian menyadarkan Nami dan segera berlari menuju ke dalam lift yang sudah dinaiki Dian.

Setelah berada di ruangan divisi mereka Nami terus mendesak Diana untuk menceritakan ada apa sebenarnya. Hingga Dian pun luluh dan menceritakan semua pada sahabat-sahabatnya yang entah sejak kapan telah berkumpul dihadapan Nami dan Dian.

********

Ye....... Update lagi kite🙌🙌🙌
Sekali lagi makasih buat yang udah mau baca cerita ini😘😘😘😘

Kalau ada yang kurang berkenan tolong dimaafkan yah maklum masih belajar😊😊😊

Typo bertebaran di mana-man🙏🙏🙏

MY STALKER BILLIONAIRE (SUDAH TERBIT)  TERSEDIA DI GOOGLE PLAY STORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang