Ayo hela napas bersama.
.
Baru saja akan mengganti playlist yang lebih pas dan membenarkan sumbatan earphone di telinga, sebuah panggilan mendadak masuk.
Yang pertama berucap setelah telpon tersambung adalah Runa, "Sudah sampai rumah?" Segera saja sebuah bariton menyahut, "Harusnya itu jadi pertanyaanku." Kerutan di kening Runa tercipta.
"Hei, apa bangku halte sebegitu nyamannya hingga kau terus di sana?"
Kemudian Runa mengedar pandang, demi menemukan sosok lelaki jangkung berjalan dari arah jalan menuju sekolah. Senyum gadis itu mengembang. Yang sejauh ini merupakan senyum paling lebar sejak hari dimulai.
"Chanyeol? Kukira kau sudah pulang," ucapnya kala sang lelaki sudah masuk ke wilayah halte. Yang diajak bicara sendiri langsung menempatkan diri di samping si gadis, "Kris minta main lagi tadi. Mumpung masih ada waktu, aku sanggupi saja." Dia mengambil satu earphone yang menyumbat telinga Runa, memindahkan beda itu ke telinganya, "Katanya mau pulang duluan. Kenapa masih di sini?"
"Malas, hehe." Tidak mencoba berbohong sepenuhnya, karena Runa memang sedang malas pulang ke rumah. Sementara Chanyeol mengambil ponselnya untuk memilih lagu, ia sedikit mendongakkan kepala untuk menatap sang lelaki, "Tumben tidak mengataiku sedang bohong. Kau sudah tahu, ya?"
Kerutan di kening Chanyeol segera menghilang setelah lagu kesukaan terputar. Ada jeda yang membuat Runa merasa aneh, seperti aura depresi nan menyedihkan kembali menyambah hati.
"Kau satu kelas dengan Han Nami?"
"Eh? Oh, iya, aku sekelas dengannya." Kendati sedikit terkejut, Runa berhasil menjawab dengan lancar. Perasaannya makin tidak enak. Apalagi saat sekilas raut wajah Chanyeol menyirat gelisah. Kala mendapati Runa berubah menebar aura suram, Chanyeol cepat-cepat menyuguh senyum lebar penuh semangat.
"Tidak apa-apa. 2-8 tidak akan buruk selamanya, bukan?" Sebuah tepukan beberapa kali di pucuk kepala sanggup mengenyahkan rasa khawatir si gadis. Lantas senyum lega terlihat, "Aku sangat terharu, serius." Mungkin karena Chanyeol orang pertama yang sanggup meniup jauh gelisahnya. Membuat Runa nyaman untuk mengekspresikan penatnya hati yang tengah dirasa.
"Hari ini banyak yang menyebalkan." Menangkap kode memangnya-kenapa milik Chanyeol, Runa lantas melanjutkan, "Yulbi mengatakan orangtuaku sudah bercerai pada Byun Baekhyun."
"Sungguh?" Chanyeol yang terkejut terlihat lumayan imut, omong-omong. Kesalnya Runa sedikit menguap karenanya, "Iya. Baekhyun sendiri yang bilang. Dan lagi, Yulbi menjauhiku. Dia bahkan─" mengatakan jika ia risi padaku. Runa tidak suka penutup kalimatnya, jadi ia simpan saja.
"Yulbi tidak bicara tentang alasannya menjauh?"
Satu helaan napas dan Runa menggeleng pelan, "Menatapku saja tidak mau. Kan, sebal!" Mengingat hipotesisnya, ia menatap Chanyeol, "Kurasa Yulbi suka Baekhyun. Dan dia jadi benci padaku karena Baekhyun sering menggangguku."
Kini Chanyeol sudah menyangga dagu dengan siku bertumpu di paha, menatap gadisnya lucu, "Dia tidak tahu, ya, kalau Baekhyun temanmu sejak SMP? Apa semua gadis yang cemburu seperti itu?"
"Tidak tahu, deh. Walau cemburu harusnya dia tetap menjaga rahasia. Memangnya dia anak kecil? Huh. Aku tidak suka orang seperti itu." Lagi-lagi kesal meraba hati Runa.
"Jelas saja tidak suka. Kan, Kwon Runa sukanya cuma sama Park Chanyeol." Dan lagi-lagi pula Chanyeol menepisnya.
Ya, ya, ya, terserah saja, Park Chanyeol. Setidaknya Runa tahu, ada penutup manis dari sang kekasih di hari yang menyebalkan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
2ND GRADE [Sehun EXO]
FanfictionPengalaman di tingkat dua, manis asam anak SMA. Sehun si anak Sekolah Seni Yeonso, kejebak hubungan yang sedikit rumit sama Irene yang notabene udah punya pacar. Punya masalah rumit dengan adik tirirnya, Seunghee. Sedang Runa si anak SMA Chunkuk enj...