Chapter 2

58.5K 2.2K 34
                                    

Mohon kritik dan saran :') Makasih.

.

.

.

Kini Sabrina sudah berada di depan pintu rumah yang pernah ayahnya ceritakan, memang benar rumah ini sangat besar bahkan ukuran pintunya juga dua kali lebih tinggi dari tinggi badannya. Ketika akan mengetuk pintu Sabrina mendengar suara seorang perempuan memanggilnya,

"Ada yang bisa saya bantu nona?" Tanya perempuan tersebut. Melihat perempuan yang ada di depannya ini mau tidak mau mengingatkan Sabrina kepada mendiang ibunya yang sudah lama meninggal.

"Nona?"

"Hmmm..., saya mau bertemu dengan pemilik rumah ini." Wanita yang memanggil Sabrina nona itu hanya menatapnya aneh namun wanita itu pandai menutupi ekspresi nya sehingga Sabrina hanya diam saja ketika dipandang seperti itu. Wanita itu perlahan membuka pintu utama rumah sambil menyuruh Sabrina untuk mengikutinya. Ketika Sabrina memasuki dalam rumah dia begitu terpana dengan keindahan rumah ini, pantas saja ayahnya berniat ingin mengambil barang dari rumah ini.

Saat menaiki tangga Sabrina menoleh ke sana kemari, suasana rumah ini tampak sangat dingin ciri khas seorang pria arrogant dan rumah sebesar dan sebagus ini tampak begitu sepi menambah aura mencekam yang ada di rumah tersebut. Hanya ada pelayan yang berlalu lalang. Pelayan yang ada di depan Sabrina tiba-tiba berhenti sehingga membuatnya juga ikut berhenti. Sabrina melihat ke depan di mana pelayan itu mengetuk pintu yang mempunyai ornament rumit dan bercat coklat tua seolah-olah meminta izin kepada pemilik kamar tersebut.

"Silahkan." Pelayan tersebut pergi meninggalkan Sabrina setelah mendapatkan izin dari sang empunya.

Kesan pertama yang dilihat Sabrina ketika memasuki kamar tersebut adalah gelap. Hanya ada cahaya lilin yang menerangi ruangan itu, baru saja dia melangkah masuk suara kotak musik langsung terdengar di seluruh ruangan. Pintu di belakangnya tiba-tiba tertutup dengan keras sehingga membuat keringat dingin Sabrina perlahan keluar.

"Sebuah kehidupan untuk kotak musik."

Suara berat nan indah seorang laki-laki terdengar membuat Sabrina menajamkan indra pendengaran nya, dia mencari orang tersebut tetapi dengan pencahayaan yang minim membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas. Sabrina terus melangkah masuk ke dalam kamar hingga dia merasa ada tangan yang menyentuh pinggangnya dari belakang.

"Aghh!!!"

"Sebuah kehidupan untuk sebuah kotak musik." Laki-laki tersebut kembali mengucapkan kalimat yang sama seperti tadi dan kini dia mengucapkannya tepat di sebelah telinga Sabrina sehingga membuat Sabrina merasakan gelenyar aneh di tubuh nya.

"Siapa kau? Berani sekali datang ke rumah dan masuk ke dalam kamar ku." Merasa risih karena pinggangnya dipegang, Sabrina melepaskan tangan itu dan berputar untuk melihat laki-laki tersebut tetapi dia hanya mampu berhadapan dengan dada bidang laki-laki misterius itu karena tinggi badannya yang pendek. Dia mendongak agar bisa menatap wajah laki-laki yang ada di depannya,

"Namaku Sabrina Clarabelle, aku datang untuk menggantikan kehidupan ayahku." Tak ada jawaban dari laki-laki tersebut melainkan hanya hembusan napas yang hangat kontras dengan wajah Sabrina yang dingin.

"Keluar dan beristirahatlah."

Keluar? Bukannya dia kemari untuk menggantikan nyawa ayahnya lalu kenapa dia disuruh keluar dan beristirahat?

Tetapi Sabrina tidak ambil pusing dengan itu dia berbalik dan berjalan kearah pintu dan ketika dia sudah keluar di sana depan pintu sudah ada pelayan yang tadi mengantar nya ke sini.

"Mari nona."

"Ini kamar nona sebentar lagi saya akan mengantarkan makanan untuk anda."

Sabrina berjalan masuk dan tercengang dengan kamar yang akan ditempatinya, bagaimana mungkin seorang tawanan atau lebih tepatnya anak dari pencuri diberi fasilitas kamar se bagus dan seindah ini? Sekali lagi Sabrina tidak ambil pusing dengan itu. Mungkin saja memang semua kamar yang ada di rumah ini tampak mewah, ya mungkin saja. Di sana di tengah-tengah ruangan ada sebuah kasur queen size dengan empat tiang yang berdiri kokoh, perlahan tapi pasti Sabrina melangkah ke kasur tersebut dan mengistirahatkan badannya hingga alam mimpi mulai menyapanya.

Beauty and The Arrogant [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang