Mohon kritik dan saran! Makasih :').
.
.
.
Hari sudah beranjak siang, Sabrina mulai bosan berada di kamarnya. Sendirian. Sendirian di dalam kamar yang sebesar ini, jadi untuk mengusir rasa bosannya dia keluar untuk menemui ibu Wulan di dapur siapa tahu di sana Sabrina bisa membantu,
"Ibu, apa yang ibu lakukan?"
"Ibu sedang memasak makanan kesukaan tuan Alex." Mendengar nama Alex membuat Sabrina tersenyum tanpa dia sadari,
"Bolehkah aku membantu ibu?"
"Tentu saja boleh."
Selama proses memasak makanan Sabrina terus saja dibuat tertawa oleh ibu Wulan. Wulan menceritakan bagaimana dulu anaknya yang masih berusia 5 tahun sudah berani menjahili kakak-kakak nya sehingga membuat ibu Wulan mau tidak mau menjewer anak nya tersebut sebagai hukumannya.
"Ha Ha Ha Ha.... Apakah ibu Wulan benar-benar melakukannya?"
" Ya. Ibu sudah bosan dengan suara tangisan kakak-kakak nya yang selalu mendapat kejahilan sang adik."
Sabrina dalam hati bersyukur karena dengan adanya ibu Wulan di sini dia tidak akan merasa kesepian meski pikiran mengenai kehidupannya sudah tidak akan lama lagi kerap kali muncul.
*******
Alex pulang lebih awal dari jam seharusnya dia pulang dari kantor. Ketika hendak menuju lantai dua menuju kamarnya Alex mendengar suara tawa riang Sabrina, dia membatalkan niatnya untuk pergi ke kamarnya lalu melangkahkan kakinya ke dapur untuk melihat apa yang sedang ditertawakan oleh Sabrina dengan ibu Wulan.
Bagaikan seorang pencuri Alex diam-diam memperhatikan Sabrina yang sedang tertawa. Mendengar suara tawa Sabrina membuat Alex memutar memori ingatannya terhadap kejadian beberapa tahun silam, dia begitu sangat rindu dengan orang yang dulu nya selalu membuat dia tertawa lepas seperti yang Sabrina lakukan sekarang sehingga tanpa sadar dia tersenyum. Tersenyum karena kembali mengingat orang masa lalunya.
.
.
.
Sesudah membantu ibu Wulan memasak Sabrina masuk ke dalam kamarnya, dia merenungi nasib yang akan menimpanya kelak. Apa lagi dengan keberadaan Alex di sekitarnya membuat Sabrina merasakan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul. Sebenarnya tadi dia tahu bahwa Alex mengintip ketika sedang membantu ibu Wulan memasak. Sabrina melihat Alex tersenyum kearahnya. Itu adalah hal yang sangat membahagiakan.
Perasaan apa ini Tuhan?
Mungkin saja ini hanya rasa takut yang Sabrina rasakan kepada Alex. Mungkin Saja. Dari pada memikirkan hal yang tidak-tidak lebih baik Sabrina mandi dan berendam dengan air hangat. Setelah selesai dengan ritual mandi nya Sabrina melihat jam yang ada di samping nakas, jam masih menunjukkan pukul 5 sore dan masih ada sekitar 2 jam sebelum makan malam. Dia keluar dari kamar berharap bisa membantu menghilangkan rasa bosannya yang tiba-tiba muncul, dia berencana untuk menjelajahi lantai 2 rumah Alex. Sabrina menoleh kan kepalanya kanan dan kiri untuk mengetahui bahwa Alex tidak ada di sekitarnya sehingga lebih leluasa untuk menjelajahi.
Setelah merasa aman dia melangkah menuju daerah sayap kiri rumah Alex. Tanpa ditemani siapa pun, Sabrina menyusuri ruangan demi ruangan yang ada di sana, sampai akhirnya tiba di ujung daerah tersebut, dia sempat terperangah dengan nuansa yang ada di tempat itu. Di depannya ada sebuah dinding kaca tebal yang langsung mengarah ke sebuah taman.Sabrina memekik senang dan berjalan lebih dekat ke arah dinding kaca tersebut guna melihat taman yang terpampang indah di depannya. Saking kagum nya Sabrina tidak sadar jika di belakangnya ada sebuah pintu. Ini aneh pikir Sabrina. Pintu itu terukir dengan indah sehingga tampak lebih menonjol jika dibandingkan dengan pintu ruangan lainnya yang polos. Pintu itu seperti di buat khusus untuk pemiliknya.
Dengan rasa penasaran Sabrina membuka pintu itu yang ternyata tidak dikunci, kamar itu temaram hanya ada cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah gorden yang ditutup. Sabrina mengitarkan pandangannya ke kamar itu kemudian menemukan sesuatu yang membuatnya kaget, ada sebuah foto yang di bingkai dengan indahnya tetapi bukan itu yang membuatnya kaget melainkan orang yang ada di dalam foto itulah.
Di sana ada anak kecil yang tertawa dengan bahagianya diantara kedua orang tuanya. Foto itu diambil dengan latar belakang taman yang tadi dia lihat. Wajah Alex yang pertama Sabrina lihat ketika mendekati foto itu dan di sebelah Alex ada perempuan cantik dengan gaun hijau nya yang tampak serasi dengan warna sekitarnya. Tanpa ditanya pun Sabrina tahu bahwa mereka adalah sebuah keluarga yang bahagia mengingat senyuman di ketiga orang tersebut. Dengan perasaan kecewa,sedih, dan marah Sabrina pergi meninggalkan kamar itu dan berlari menuju kamarnya.
*******
Sabrina turun ke ruang makan setelah berganti pakaian dan di sana Alex sudah datang duduk dengan santai nya. Melihat wajah Alex Sabrina kembali teringat dengan foto yang tadi dia temukan. Sebaik mungkin Sabrina menyembunyikan ekspresi sedihnya di hadapan Alex.
"Terlambat untuk makan malam., Sabrina hanya diam tidak membantah perkataan Alex.
"Apa kau menyukai baju barumu?" Tanya Alex.
"Aku tidak mau kamar ku berada dilantai dua" Alex tersenyum tipis mendengar jawaban Sabrina yang tidak ada sangkut paut nya dengan pertanyaannya barusan,
"Itu bukan jawaban yang aku inginkan,"Alex menghela napas berusaha sabar.
"Memang kenapa dengan kamarmu yang berada di lantai dua?" Badan Sabrina tiba-tiba merasa kaku dengan pertanyaan Alex. Apakah dia akan menyebutkan alasannya karena kejadian tadi sore?
"Tidak ada. Baiklah jika kau tidak menyetujuinya." Alex mengeryitkan kening nya bingung dengan tingkah aneh Sabrina, sebenarnya ada apa?
"Baiklah sekarang makan!"
"Dan kau tidak makan?"
"Tidak! Aku masih kenyang."
Hening cukup lama hanya ada suara dentingan sendok makan Sabrina yang terdengar di ruang makan. Setelah selesai makan Sabrina memperhatikan ekspresi wajah Alex yang datar berbeda dengan apa yang ada di foto itu.
"Dapatkah kau berbicara sesuatu?"
"..." Tidak ada jawaban dari bibir Alex,
"Jika sudah kau boleh kembali ke kamarmu."
"Aku tidak mau." "Siapa saja yang tinggal di rumah ini?" Entah bagaimana caranya Sabrina bisa menentang perkataan Alex dan bertanya seperti itu kepada Alex, dia sudah tidak tahan ingin menanyakan siapa wanita yang ada difoto itu.
"Hanya aku, pelayan, dan kau." Jawaban yang dilontarkan Alex membuat dahi Sabrina berkerut merasa tidak puas,
"Apakah tidak ada penghuni lain selain dirimu, pelayan, dan aku?" Alex sudah tidak tahan lagi dengan pertanyaan Sabrina yang secara tidak langsung mencampuri urusan pribadinya.
"Aku bilang hanya aku, pelayan, kau, dan tidak ada seorang pun yang tinggal di sini tanpa se izin ku!!"
PRANKKK!!!
Semua makanan yang ada di meja makan sudah hancur dibanting oleh Alex, tidak boleh ada yang meragukan perkataan seorang Alex Achilles di rumah ini.
.
.
.
Welcome back to my story :')
Jangan lupa VOMENTS.
Keep enjoy!!
Makasih :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Arrogant [SUDAH TERBIT]
RandomAku mohon tolong lepaskan aku. Aku tidak butuh harta dan ketampananmu tetapi yang aku butuhkan hanyalah sebuah kebebasan - Sabrina Clarabelle - Aku akan memberikanmu segalanya tetapi ingat jangan pernah engkau meminta kepadaku sebuah kebebasan...