Guardian of the Earth

146 14 0
                                    

Ku basuh rambut pirangku, airnya terasa sangat dingin, wajar saja, hujan yang datang membuat semuanya menjadi dingin, bahkan air. 

"Jerry, kau di dalam?"

Luna? 

"Ya, ada apa?" Tanyaku.

"Aku memanaskan air untukmu, ambillah, airnya pasti dingin," jawab Luna.
"Okay, tinggalkan saja di luar."

Selamat! Aku melilitkan handuk-ku, bergegas keluar mengambil air panas itu. Untung saja Luna membawakan air panas, kalau tidak aku pasti akan kedinginan selama proses mandi, brr!

♫♪♫♪♩♪♫♪♫

"Ayo ke pandai besi," ajakku pada Eza. 
"Ayo!"

Eza bergegas mengambil pedangnya, rambutnya yang hijau masih basah karena air.

"Hati-hati ya, kembalilah sebelum jam 10, kata Ayah rumah Han ada di persimpangan jalan!" teriak Luna dari dalam rumah.

Aku berhati-hati melangkahkan kakiku, genangan air ada di mana-mana. Jalanan cukup terang, cahaya bulan menyinari malam ini, dan ada banyak lentera yang dipasang di luar rumah warga. Eza tak membawa Snow, dia menitipkannya di rumah Luna, katanya direwolf itu terbiasa mengantuk setelah makan. 

Kami tiba di pusat kota, kukira suasananya akan sepi, ternyata malah makin ramai, dan tentu saja tempat yang paling ramai adalah bar, para bajak laut dan wisatawan berkumpul di sana, tak ada yang lebih enak selain bir setelah perjalanan yang panjang.

"Di mana rumahnya?" Tanya Eza. 
"Di persimpangan jalan."
"Ada terlalu banyak persimpangan jalan di kota ini."
"Aha, ayo tanya Bu Rosa!" Aku baru ingat bahwa aku sudah punya kenalan di kota ini. 
"Bu Rosa?" Tanya Eza.
"Kau tak ingat? Pempek."
"Oh ya, Ibu penjual pempek itu, hahaha ayo kesana."

Langkahku terhenti, sesuatu yang besar baru saja melewatiku, dia tidak berlari, tidak pula berjalan, tapi melayang seolah terbang seiring angin, itu Flux, Guardian of The Earth. Tak mungkin, kukira cerita itu hanya mitos, tapi sekarang benar-benar ada di depan mataku. 

"Hee? Apa ini?"
"Apa kau ikon kota ini?" Eza menyentuh Flux, jarinya menusuk-nusuk perut makhluk itu. 

Eza apa yang kau lakukan!! Apa kau benar-benar tak tahu tentang legenda Flux!

"Flux!

Makhluk itu memegang pundak Eza, mengangkatnya dan menaruhnya di sampingku. Aku menahan ludah, berusaha untuk bertingkah se-normal mungkin, walau jantungku sudah seperti melakukan konser musik rock dalam tubuhku ini. Dia melanjutkan perjalanannya, melayang di tengah-tengah kota, membuat semua orang yang melihatnya terdiam tanpa kata. 

Flux, makhluk mistik yang disebut sebagai penjaga keseimbangan bumi. Dia tak pernah mengucapkan kata apapun selain "Flux", karena itu para manusia menamakannya Flux. Tak berwajah, Flux seperti memakai topeng, dengan lubang-lubang yang mengeluarkan cahaya di topengnya. 

"Woah ...," aku melepas rasa terkejutku. 
"Kenapa Jer?"
"Itu Flux! Kau tak tahu?!"
"Flux? Penjaga bumi?"
"Ya, dan kau malah menyentuhnya dengan sangat santai," jawabku sambil memberikan jitakan maut pada Eza.

Flux memang terkenal tidak berbahaya dan bersahabat, tapi tak pernah ada orang yang berani menyentuhnya, dan manusia tanpa otak di sebelahku ini dengan santainya menusuk-nusuk perut makhluk itu.

Menurut cerita, Flux hanya muncul saat akan ada bahaya, memperingatkan manusia untuk bersiap, dan dia akan bertarung melawan bahaya itu untuk mempertahankan bumi, karena itulah dia mendapat julukan Guardian of The Earth, sang penjaga bumi.

Legend of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang