War of Demon

105 8 0
                                    

H-1 sebelum perang.

"Berjanjilah kau akan pulang dengan selamat," Luna menatap mataku.
"Aku berjanji, jangan khawatir Luna."

Wajahnya tampak sedih mendengar aku akan pergi ke medan perang hari ini. 

"Ingatlah, kau berjanji," Luna mencium pipiku.
"Yap, aku berjanji, sekarang jangan sedih lagi, tersenyumlah."
"Hu um,"  jawab Luna sambil tersenyum. 
"Aku akan mengatakan sesuatu padamu saat aku pulang."
"Aku akan menunggumu."

Hari ini tak akan jadi hari terakhir aku melihatmu, aku tak akan kalah, akan kupastikan memenangkan perang ini untukmu, dan sampai saat itu, bersabarlah untukku. Aku berjalan keluar dari kamar bersama Luna, diluar rumah, Eza, Ayah dan Ibu Luna sudah menunggu. 

"Kau sudah siap, Jer?" tanya Eza padaku. 
"Siap, kalian berdua?"
"Ayah sudah membawa semua barang yang diperlukan," jawab Ayah Luna.
"Pedang dan Snow, sudah lebih dari cukup," Eza.
"Pulanglah dengan selamat, kalian semua," seru Ibu Luna. 

Setelah berpamitan dan saling berpelukan, kami bertiga bersama Snow segera meninggalkan rumah dan menuju medan perang. Kuharap kapak milikku, pedang milik Eza, dan pedang Ayah Luna akan membawa kemenangan pada Sriwijaya.

♫♪♫♪♩♪♫♪♫

Kami tiba di markas pasukan Sriwijaya, ribuan pasukan kerajaan dan ribuan prajurit tambahan dari penduduk yang mengajukan diri menyatu menjadi pasukan perang Sriwijaya. Para panglima perang Sriwijaya terlihat sibuk memberikan intruksi untuk perang yang akan berlangsung besok.

"Dengarkan baik-baik, pasukan kegelapan akan datang dari utara."
"Kibarkanlah bendera Sriwijaya dan semangat kalian!"

Musuh mendaratkan kapal mereka di bagian utara pulau Sumatera, berdasarkan intruksi dari panglima, ribuan pasukan dari kedua pasukan perang akan saling berhadapan di tanah lapang. 

"Siapa pemimpin pasukan kegelapan itu?" tanya Eza. 
"Dia adalah Zaraxxas, Iblis dari kegelapan yang memimpin para makhluk-makhluk kegelapan untuk menyerang manusia," jawab Ayah Luna.
"Makhluk kegelapan?" tanyaku penasaran.
"Para Iblis, mereka mengambil alih tubuh manusia yang sudah mati dan menjadikannya miliknya, dan pada akhirnya menggunakan tubuh itu untuk membuat pasukan, mereka bisa melakukan itu berkat kekuatan dari Zaraxxas," jelas Ayah Luna.
"Apa itu berarti mereka bisa mengambil alih tubuhku jika aku mati sekarang?"
"Tidak, ada ritual khusus yang harus dilakukan selama berhari-hari oleh mereka sebelum bisa mengambil alih tubuh manusia, kini pasukan kegelapan menjadi tak terkendali, aku mendengar mereka sudah banyak menguasai kerajaan di dunia, semua itu hanya akan berakhir jika pemimpin mereka mati, Lord Zaraxxas," sambung Ayah Luna.
"Bagaimana cara membunuh mereka?"
"Sama seperti manusia, tusuk jantungnya."

Mendengar penjelasan Ayah Luna, sepertinya kami sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat gelap, para Iblis. Dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika Sriwijaya bisa mengalahkan pasukan kegelapan itu. 

"Jerry lihat, itu putra mahkota," kata Eza sambil menunjuk seseorang.
"Itu benar-benar dia, apa dia ikut berperang?"
"Sepertinya begitu."

Besok adalah hari yang besar, hari yang akan menentukan masa depan dunia ini, Apakah akan jatuh ke dalam kegelapan, ataukah Sriwijaya akan berjaya. 

"Sebaiknya kita beristirahat dan bersiap untuk besok," kata Ayah Luna. 
"Ya, kami akan siap Pak," jawabku.
"Jerry, barisan paling depan?" tanya Eza.
"Tentu saja, barisan paling depan!!"

Legend of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang