Sejak pagi tadi Reeve tidak bisa menghubungi Elle, kekasihnya. Ia luar biasa cemas, karena sangat tidak biasanya gadis itu hilang tanpa kabar.
"Kau tampak kusut Men. Ada apa?" Tanya Devon -sahabatnya- yang baru masuk ke ruang kerjanya.
"Elle tak bisa dihubungi. Aku khawatir padanya." Jawab Reeve dengan gusar. Hatinya gundah sekali entah karena apa.
Devon mengulum senyum. Baru saja tidak ada kabar sehari dari Elle, dan sahabatnya sudah tampak sefrustasi itu.
"Sudahlah Men.. Kau tampak sangat kacau. Lebih baik kita hang out ke club. Bagaimana?" Tawar Devon. Sebenarnya Devon tak ada niatan untuk pergi ke Club. Dia hanya sedang menjalankan misinya saja.
"Hmm baiklah." Balas Reeve. Ia merasa butuh minuman untuk melepas rasa gundahnya yang berlebihan.
"That's my bro. C'mon lets go." Devon merangkul bahu Reeve ala pria lalu segera meninggalkan suasana kantor yang tampak sedang sibuk itu.
Sesampainya di Club, Reeve hanya duduk di kursi dekat bartender tanpa ada niatan untuk turun ke Dance Floor, berbeda dengan Devon yang sudah mencari mangsa di kerumunan orang-orang itu.
Reeve baru meminum satu teguk Tequilla nya jadi ia merasa tak mabuk dengan apa yang sedang dilihatnya sekarang.
Elle, gadis itu tampak sedang menari bersama seorang pria entah siapa. Kemarahan Reeve sudah sampa di ubun-ubun saat lelaki itu dengan lancang mencium bibir Elle.
Reeve menonjok laki-laki yang bersama Elle tadi tanpa ampun. Bahkan wajah lelaki itu sudah tak berbentuk karena lebam dan darah yang keluar.
"Stop Reeve!! Kau bisa membunuhnya. Aku bilang STOP!!" Elle berteriak untuk menghentikan aksi anarkis kekasihnya.
"Pergi dari sini sebelum aku membunuhmu! Dan jangan berani berani menyentuh kekasihku." Reeve menghempaskan tubuh laki-laki itu, dan setelahnya orang itu buru-buru melarikan diri.
Reeve mencengkram pergelangan tangan Elle dengan kuat tanpa peduli pada ringisan sakit Elle.
Reeve menghempaskan tubuh Elle hinga punggung gadis itu menubruk mobilnya. Ya, mereka sedang ada di parkiran sekarang.
"Apa maksudmu Elle?!" Tanya Reeve dengan menahan emosinya. Tetapi tetap saja wajah Reeve sekarang sangat menyeramkan.
"Apanya yang apa Reeve?" Balas Elle bermain-main. Elle masih mengelusi pergelangan tangannya yang terasa sakit.
"Kau!!! Aku berusaha menghubungimu, kau tak mengangkatnya dan sekarang kau bersama bajingan itu!!"
'BRAK' Reeve menggebrak mobilnya tepat di samping kepala Elle. Reeve tak peduli dengan rasa sakitnya, karena sekarang hatinya jauh lebih sakit. Elle tampak shock dengan kelakuan Reeve barusan.
"Aku mau pergi Reeve. Singkirkan tubuhmu dari hadapanku." Masih dengan nada bergetar, Elle memberanikan diri mendorong tubuh Reeve kesamping, lalu pergi meninggalkan pria itu dengan kemarahan yang sudah luar biasa menakutkan.
'BANGSAT' umpatnya.
Reeve masuk kedalam kemudinya dan menumpukan kepalanya pada stir mobilnya. Ia harus berfikir jernih, ia tidak mau menjalankan tubuhnya dengan emosi. Ia tak mau akhirnya tangannya akan melukai fisik Elle dan ia akan menyesali itu nantinya.
Elle. Gadis itu, tidak biasanya bersikap seperti ini. Ini adalah pertama kalinya dan Reeve benar benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada gadis itu.
'ARGHHHHH' Reeve memukul setir mobilnya dengan keras. Ia merasa kepalanya hampir saja pecah karena memikirkan perubahan Elle yang begitu aneh.
Reeve melirik jam tangannya, pukul 23.15 , sebaiknya ia pulang saja. Ia bisa gila jika memikirkan ini terus menerus. Ia akan mengurus ini besok. Ia tak akan biarkan Elle menghancurkan hatinya, karena ia sangat mencintai gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot Story
RomanceKumpulan cerita One Shot by Elnaya17. 1. Neara and David 2. My Annoying Boyfriend 3. My Sexy Man 4. Best(girl)friend 5. Best Gift From You 6. (My Little Sister)•(My Big Brother) 7. Blind Love 8. My Cold Secretary