Agatha

480 44 0
                                    

Jeffrey berlari. Ia berlari sejauh ia bisa berlari. Ia ingin melarikan diri dari semuanya.

Amarah benar-benar memuncak namun ia tak tahu harus menyalahkan siapa. Apakah ia harus melampiaskan amarahnya kepada ibunya, yang sekarang arwahnya pun belum sampai ke alam baka? Atau kepada ayahnya yang saat ini tengah dilanda rasa bersalah -itu jika ia merasakannya-.

Lantas, apa yang membuat Jeffrey marah? Kebenaran bahwa kedua orang tuanya yang telah lama bercerai tetapi berbohong demi dirinya? Atau kenyataan bahwa ibu yang sangat ia sayangi merebut ayahnya dari kekasihnya? Atau mungkin saja karena ia tahu bahwa ayahnya lebih mencintai kekasihnya dari pada ibunya?

AAARRGGHH!!!

Jeffrey menendang pasir-pasir di tepi pantai. Ia sangat ingin menghilangkan bayang-bayang orang tuanya dari kepalanya. Sangat mengesalkan mengingat semuanya lagi.

Jeffrey berjalan dan menghempaskan pantatnya di pinggir pantai. Pemuda itu melepas pakaian sekolahnya dan membiarkan kulit putih kekuning-kuningannya terbakar sinar matahari yang saat ini tengah berada di atas kepalanya.

Sambil mengacak rambut, ia melayangkan tatapannya ke seluruh penjuru pantai. Ia melihat seorang gadis dari kejauhan yang melambaikan tangan ke arahnya. Gadis itu sedang berenang di pinggir laut dengan gelut pasir dan ombak.

Lambaian tangan gadis itu semakin menguat, seperti memanggil Jeffrey. Sorot tajam dan kerut alis di lempar Jeffrey ke arah gadis itu. Ia heran. Ia tak mengenal siapa pun di sini, tapi mengapa gadis itu melambaikan tangan kepadanya?

Semakin lama lambaian gadis itu makin melemah. Tubuhnya terombang ambing dihempaskan ombak. Itu adalah gerakan renang teraneh yang pernah dilihat oleh Jeffrey. Bukan gerakan gaya renang kupu-kupu. Bukan pula gaya renang punggung. Apalagi gaya renang katak. Jeffrey mengamati lagi. Gerakan itu lebih terlihat seperti orang tenggelam?

"Tolong!!!!" teriak gadis itu terdengar di telinga Jeffrey setelah ia melepas headset nya.

"Oh! Ya ampun!!!" pekik Jeffrey. Pemuda itu bergegas bangkit dari duduknya dan berlari kencang ke arah gadis itu.

Ombak yang menggulung-gulung mungkin membuat banyak orang enggan untuk menyelam. Tapi Jeffrey tidak peduli. Dengan berani, ia menceburkan dirinya ke laut. Ia berenang melawan arus ombak dan menyelamatkan gadis itu.

Kini di tepi pantai, mereka saling duduk berhadapan. Beruntung gadis itu tak benar-benar tenggelam. Karena jika itu terjadi, maka Jeffrey akan merasa gila untuk melihat lagi kematian seorang perempuan di depan matanya.

"Terima kasih," ucap gadis itu lembut. Ia tersenyum dengan tulus.

Jeffrey memandang gadis itu, warna kulitnya sawo matang, hidungnya mancung, dan matanya besar. Rambutnya juga panjang dan hitam. Dan lagi ia mempunyai senyum yang indah. Ah.. Dia Cantik. Sangat cantik!

"Em..Sama-sama.." kata Jeffrey gugup. Tiba-tiba saja pipinya merah. Entah mengapa, tapi yang pasti bukan karena pancaran terik matahari.

"Kenapa wajahmu merah?" Dengan polosnya sang gadis mengucapkan hal yang ia lihat. Tak tanggung-tanggung, gadis itu juga memberanikan diri mendekati Jeffrey, yang membuat wajah pemuda itu semakin memerah.

"Tidak, wajahku tidak merah!" Pemuda itu mengelak sambil menjauhkan diri dari sang gadis.

"Hm?" Gadis itu memandang Jeffrey dengan curiga.
"Tapi wajahmu memang merah!"

"Aku bilang tidak!" Katanya lantang. "Nama.. Emm.. Siapa namamu?"

"Namaku?" Gadis itu berdiri dan menarik sedikit roknya yang basah. "Agatha..." ujarnya sambil tersenyum.

Moribund LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang