Mulmed : Arteri dan Citra
Tinggal satu halte lagi menuju Universitas Dharmawangsa. Wanita berambut panjang itu sedang memandang keluar jendela sambil mendengar lagu kesukaannya. Ya, wanita itu bernama Jelita Arteri yang lebih senang dipanggil Arteri bukan Jelita karena dia bukanlah wanita yang anggun seperti namanya - wanita yang lebih suka memakai celana daripada rok, lebih suka memakai sneakers daripada highells, dan lebih suka berdesak-desakan dibus daripada naik kendaraan pribadi.
Bus itu pun berhenti, dan Arteri bersiap-siap akan berjalan keluar. Mata mereka bertemu lagi, mata biru yang terlihat sangat tegas dan tenang.
"Mau turun adek manis?" ucap lelaki itu sambil menaikturunkan alisnya.
Arteri kembali hendak mengibaskan rambutnya, tetapi diurungkannya karena dia sudah hampir telat.
"Dasar abang-abang stress" ucapnya sambil memeletkan lidah
"Bye adek manis, jumpa lagi yaaaa.." sambil melambaikan tangan walaupun hanya punggung Arteri yang melihat lambaian tangan itu
Langkah Arteri kembali dipercepat setelah ia melihat jam tangannya hampir menunjukkan hampir jam 10. "Jangan sampai aku terlambat masuk kelas." ucapnya ngos-ngosan
Ketika dia sampai dikelas ternyata dosen yang dipanggilnya boli alias botak licin itu belum menampakkan batang hidungnya. Lalu dia langsung mengambil tempat favoritnya yaitu disudut belakang sambil memakai headsetnya lalu memutar lagu kesukaanya. Setelah selesai lagu itu terputar diplaylistnya, kelas terlihat sangat bersinar. Upss, udah datang nih si boli , ucapnya dalam hati sambil menyimpan hp dan mengeluarkan buku gambar animenya. Arteri memang memiliki bakat menggambar sejak ia berusia 5 tahun. Alasan hobby menggambar inilah, Arteri memilih jurusan Teknik Sipil.
Ketika kelas sudah tak terlihat bersinar lagi itu artinya kelas sudah bubar. Lalu Arteri langsung melangkahkan kaki kekantin untuk memberi makanan kepada peliharaannya - sebut saja minions - yang ada diperutnya karena sejak tadi para minions meronta-ronta minta diberi makanan. Sesudah dia memesan 2 mangkok bakso, sebotol air mineral dan segelas es jeruk, dia duduk ditempat tersudut dikantin itu. Makanan Arteri memang tergolong seperti makanan para kuli bangunan tetapi itu tak membuat dia menjadi gemuk. Tempat sudut kantin merupakan tempat yang paling strategis untuk melihat sang pujaan hatinya karena kantin fakultas mereka bersebrangan dengan kantor Dekannya, jadi jika dia beruntung maka dia bisa melihat wajah pujaan hatinya dari jendela kantor sang dekan.
"Hei" seseorang menepuk pundaknya dari belakang
Oohh Tuhan, masag sih ada setan disiang bolong? Pliss jauhin dong Tuhan, aku mau makan loh nanti kalau setannya ikut makan trus aku makan apa? Masag hambaMu yang cantik ini harus berbagi makanan sama setan sih? Ucapnya dalam hati sambil komat kamit seperti baca mantra.
"Woi, bengong aja ditanyain!" sambil menoyor kepala Arteri.
"Ohhh,kamu toh cit. kirain tadi set..." Arteri langsung menutup mulutnya sebelum dia menyelesaikan omongannya ketika dia melihat tatapan mengerikan dari sahabatnya itu
"Kau mau bilang aku ini setan?" potongnya kesal
"Nggak kok cit, kenapa sih marah-marah terus Citra ku yang cantiknya berlapis-lapis. Nanti kalau marah-marah terus, mukamu yang cantik itu bakalan keriput kayak nenek gayung." katanya sambil menahan tawa
"Njir, nenek gayung pula ya. Nggak ada yang lebih jelek lagi ya Jelita Arteri?" balasnya sambil meminum es jeruk milik Arteri.
"Nggak usah pake nama lengkap juga kelessss. Mak, haus neng??" Arteri langsung mengambil gelas yang hampir kosong itu
"Ya Lord, pelit banget sih. Baru juga sedikit diminum" ucapnya memelas
"Dikit apaan coba, ini aja udah hampir kosong" ujarnya sambil memeluk gelasnya takut diambil lagi sama nenek gayung satu itu.
"Eh, liat tuh, pujaan hatimu lewat ter" sambil menunjuk kebelakang punggung Arteri dengan dagunya
"Ah, nggak mungkin. Pasti cuman akal-akalanmu aja kan biar bisa minum es ini lagi. Tak mempan lah cit, kadal mau kau buayain, tak bisaaaaa" sahutnya sambil menggoyangkan telunjuknya didepan muka nenek gayung itu.
"Hmm. Umur aja yang udah banyak tapi otak masih aja kanak anak TK . Yang ada tuh buaya dikadalin. Percaya syukur, nggak percaya yang rugi juga kamu ter" katanya langsung melangkahkan kaki untuk memesan makanan
"Dasar nenek gayung stress, mana mungkin Bang Job datang kekantin jam segini" sambil berbalik kebelakang. Tuh kan mana ada.... "Ehh ada bang Job!" teriaknya kuat, tersadar teriakannya menggelegar sejagad kantin raya, Arteri langsung menutup mulut dengan tangannnya.
Seluruh penduduk yang sedang kelaparan yang berada dikantin itu langsung melihat Arteri yang ribut sendiri. Bang Job alias Pak Jobsen alias Dekan fakultas teknik pun ikut-ikutan melihat Arteri yang terlihat malu diujung sana sambil terkekeh sendiri melihat keluguan wanita berambut panjang itu.
Senyuman sekilas itu pun tak luput dari pandangan Arteri. Wajahnya langsung memerah dan tersenyum lebar. Untung saja senyuman lebarnya tak terlihat orang-orang karena masih tertutup tangannya. Secepatnya langsung dia membalikkan badannya agar tak terhipnotis terlalu dalam dan semakin dalam oleh senyuman sang dewa Yunani itu.
"Nah, sekarang apa lagi yang terjadi denganmu ter? Ada apa kok senyam senyum kayak anggota legislatif yang nggak terpilih" kekehnya
"Apaan sih citra?" Arteri tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang sangat lembut.
"Wah,, apa gara-gara ditinggal sendirian tadi jadinya kamu begini ter?" sambil memegang jidat Arteri "Nggak panas kok" sambungnya
"Aku nggak kenapa-kenapa loh cit" sambungnya makin lembut
"Kamu kenapa ter? Pliss, cerita semua sama aku ter. Aku siap jadi pendengar yang setia untukmu ter" sambil memeluk Arteri erat
"Woi, aku belum mau mati njir.. Kampret lah ah" teriaknya kesal sambil melepaskan pelukan citra. "Aku kek gini biar terlihat cewek kali didepan bang Job loh cit" sambil menutup muka karena sedih aktingnya sia-sia belaka.
Arteri tidak tahu dibelakangnya ada sepasang mata yang selalu memandangnya dan tersenyum melihat kelakuan Arteri yang selalu menarik perhatiannya.
***
Typo bertebaran. Baru belajar menulis, silahkan berikan vote dan komen kalian yahh.
Happy reading geng!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan CINDERELLA (Slow Update)
RomanceKisah tentang dua orang yang memiliki kisah masa lalu yang saling berkaitan. Dan katanya untuk mendapatkan jodoh tidak sama dengan cerita-cerita dongeng yang sering dibacakan oleh ibu kita dulu.