SEPULUH

24 2 0
                                    

Setelah selesai mengikuti perkuliahan yang membosankan itu, Arteri berjalan kearah tempat yang bisa mengisi perutnya yang keroncongan sejak tadi. Arteri selalu mengambil posisi disudut kantin karena bisa sambil menunggu sang pujaan hatinya, alias Bang Job sang dekan fakultasnya, keluar atau membuka jendela kantornya yang berseberangan dengan kantin. Sambil mengisi perutnya, matanya tak pernah lepas dari jendela kantor dekan fakultas Teknik itu.

Citra yang sedang berjalan kearah tempat duduk sahabatnya itu hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan rutin sahabatnya itu. Setelah Citra mengambil tempat duduk disebelah Arteri pun, Arteri tidak bergeming dan melanjutkan aksinya. Citra yang sudah setiap hari melihat itu hanya diam dan memulai makannya. Sampai akhirnya Arteri yang sedang mengambil minumannya, baru tersadar kalau ada seseorang ada disebelahnya.

"Sejak kapan kamu disini Cit? Kok aku nggak merasakan auramu disebelahku?" Arteri yang terkejut langsung melihat kearah bawah meja dan bersyukur kalau seseorang yang ada disebelahnya memang benar Citra, sahabatnya.

"Udah, nggak usah liat kebawah. Aku belum jadi setan, nanti kalau aku jadi setan yang pertama kuhantui pasti pujaan hatimu itu trus aku ajak jadi setan kayak aku" ucap Citra sambil cekikikan.

"Ntar aku juga diajak dong jadi setan biar bisa ikut terus sama bang Job." Arteri mulai membayangkan dirinya bersama bang Job menghantui manusia yang suka keluyuran malam-malam.

"Nggak usah diajak jadi setan pun mukamu sudah kayak setan ter" ucapan Citra membuyarkan lamunannya yang indah itu.

"Ih, itu mulut apa cabe rawit sih, kok pedes banget omongannya"

"Hahahaha, udah jangan ngambek gitu" wajah Citra tiba-tiba menjadi serius "Jadi, kamu udah resign atau belum dari cafe abang tatoku?" Citra ingin masalah ini cepat selesai agar hatinya bisa tenang dan Arteri juga tidak terkena masalah dilubang yang sama.

"Belum Cit" cicitnya sambil menundukkan kepala "rencana sih mau nanti kecafe trus ngomong baik-baik sama Gabriel" lanjutnya.

"Yaudah, aku ikut sama kamu. Biar kamu nggak bisa bohongin aku lagi" kata Citra dengan entengnya.

Ikut dengan Arteri berarti aku bisa liat abang tatoku dong. Ah, kesempatan yang tak mungkin datang dua kali nih, pikir Citra.

"Aku nggak akan bohong sama kamu Cit" Arteri mulai mencium aroma-aroma modus dalam percakapan kali ini.

"Yaudah, kita jalan sekarang aja kuy" ajak Citra dan menarik tangan Arteri untuk meninggalkan tempat ini.

"Sabar neng, ini manusia loh bukan tali yang bisa ditarik-tarik. Sakit tau Cit" tegur Arteri yang kesakitan

"Upss. Maaf ya ter, soalnya udah nggak sabar sih ketemu siabang tato" ucap Citra keceplosan sambil menutup mulutnya. Citra merutuki mulutnya yang tak bisa diam.

"Tuh kan, aku udah firasat dari tadi. Ini semua hanya modus kamu aja kan Cit" Arteri lalu berhenti dan memandangi wajah sahabatnya yang ketahuan modusnya.

"Hehehe, sebenarnya sih niatnya memang nyuruh kamu kesana biar cepat kelarin masalah ini. Nggak taunya kamu malah mau perginya sekarang, yaudah aku ikutan aja biar sekalian bisa liatin abang tato. Seperti pepatah mengatakan sambil menyelam minum air gitu ter." Jelas Citra

"Dan kamu lupa satu hal Cit, kamu itu nggak bisa berenang. Kalau kamu menyelam itu berarti kamu tenggelam" Arteri lalu menggandeng temannya itu menuju kemobil Citra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan CINDERELLA (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang