LIMA

27 3 0
                                    

2 tahun yang lalu

Jelita Arteritra, anak bungsu dari 3 bersaudara terlahir dari keluarga yang sederhana dengan memiliki ayah yang bekerja sebagai pelaut dan ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang setia dan penyayang keluarga tentunya. Memiliki seorang abang bernama Aortanio Alexander dan kakaknya Vena Lely Putri. Arteri, begitu dia disapa adalah wanita yang sangat suka kerja keras. Arteri lebih baik bekerja disaat libur daripada hanya duduk manis dan menonton drama Korea yang selalu dilakukan wanita pada umumnya.

Ya, inilah yang dilakukan Arteri sekarang, bekerja dicafe milik sahabatnya. Arteri bekerja bukan karena orangtuanya tidak mampu memberikan uang kuliah atau uang jajan. Kalau Arteri mau, dia bisa sama seperti teman kuliahnya yang naik mobil kekampus atau memiliki HP canggih. Tetapi bukan itu yang diinginkan Arteri, dia bekerja hanya untuk mengisi kekosongan waktu, dan nanti uang gajinya akan dikumpulkan untuk membantu anak-anak panti asuhan.

Ibu dan kakaknya memberikan izin kepada Arteri untuk bekerja dicafe itu karena keluarga Arteri juga sudah sangat mengenal pemilik cafe itu. Bapak dan abang Arteri tidak tahu menahu soal dia bekerja karena bapaknya yang jarang pulang dan abangnya juga sudah memiliki keluarga sendiri,

Cafe WorldCoffee, nama cafe yang mau mempekerjakan Arteri , cafe yang menawarkan berbagai macam kopi yang diracik sendiri oleh pemiliknya. Arteri hanya bekerja sebagai kasir dan berkerja pada shift malam-dari pukul 16.00 hingga pukul 22.00-dikarenakan paginya disibukkan oleh kuliah. Awal bekerja sampai 6bulan terakhir Arteri melakukan semuanya dengan lancar termasuk alasan kepada bapaknya yang cuti jika pulang terlambat.

Hingga suatu saat dihari itu sedang hujan dan dingin membuat cafe disesaki pengunjung yang kedinginan dan butuh kehangatan dari hal yang namanya kopi, apalagi para jomblo. Cafe yang sangat rame dan sibuk membuat Arteri lupa untuk makan malam. Padahal seharusnya dan sewajibnya Arteri tidak boleh dan tidak bisa untuk tidak makan malam dikarenakan Arteri memiliki sakit maag akut. Rasa nyeri sudah mulai terasa semenjak pukul 8 malam tadi. Ingin meninggalkan pekerjaan tidak mungkin karena semua orang juga sibuk melayani customer. Akhirnya yang dilakukan Arteri hanya menahan sakit dan tetap tersenyum.

Gabriel yang melihat perubahan warna wajah Arteri yang awalnya cerah disore hari dan sekarang pucat pasi berniat untuk menanyakan apa yang terjadi pada dirinya. Baru saja mau bertanya, sudah keburu pesanan datang lagi dan lagi. Mungkin nanti saja kalau sudah agak sepi, pikir Gabriel dalam hati. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 dan pengunjung sepertinya sudah muak dan beranjak dari cafe itu. Kata open yang ada didepan pintu masuk pun sudah berubah menjadi close.

"Huuaaa, akhirnya cafe sepi juga. Capek banget ya malam ini geng" Albert mulai membersihkan meja dan merapikan kursi-kursi yang berantakan. Peraturan utama dari cafe yaitu harus bersih dan rapi bila ditinggalkan.

"Iyaa, aku aja sampai nggak sempat duduk daritadi. Pingganngku sampai encok nih" seseorang menjawab dari arah dapur.

Gabriel yang adalah pempimpin cafe itu hanya mendengarkan dan berniat mencari Arteri.

"Arteri mana geng?" Gabriel mencari Arteri untuk memeriksa keadaannya.

"Tadi diloker bos, katanya mau pulang duluan" jawab Albert.

"Tengkyu bert." Tanpa menunggu lama, Gabriel langsung berlari kecil kearah loker.

Sesampainya disana, yang didapatinya bukan seperti ekspetasinya tetapi kenyataanya adalah Arteri sudah tergeletak tak berdaya dilantai yang dingin.

Bukan CINDERELLA (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang