TIGA

58 10 0
                                    

"Mau minum disini atau bawa pulang mas?" tanya wanita itu

"Bawa pulang aja, pesan Americano Coffee nya aja satu" jawab lelaki yang berambut panjang a.k.a gondrong

"Itu aja mas?" tanya wanita itu kembali

"Untuk saat ini sih itu dulu ya" ucap lelaki itu sambil melihat jam tangannya

"Atas nama siapa mas?"

"Arie pake e ya mbak biar agak kece dikit" ujar lelaki itu sambil tersenyum kecil

"Oke , saya ulang pesanan mas, coffee arabica nya satu dan atas nama Ari pake e. Semuanya Rp. 44000,00 mas " lanjut wanita itu dengan wajah serius

"Hahahhaha, oke deh mbak" kekeh lelaki itu sambil menyodorkan selembar uang berwarna biru

"Silahkan ditunggu ya mas Ari pake e" sambil memberikan kembalian

"Coffee arabica satu," bisik wanita itu kepada pembuat kopi yang ada disebelahnya. Dengan lincah lelaki pembuat kopi dan pemilik cafe WorldCoffee itu membuat pesanan pelanggannya.

"Sepertinya cowok itu melirikmu saja dari tadi ya ter" kata lelaki yang bernama Gabriel sambil meracik kopi

"Namanya juga manusia Riel, dia kan punya mata. Guna mata ya untuk melihat kan" jawab Arteri

"Iya deh, nih kasih sama pengagummu itu" sambil menyodorkan pesanan pelanggan

"Apaan sih " sinis arteri

"Atas nama mas Ari pake e."Lelaki yang disebut namanya langsung berdiri dari tempat duduknya

"Makasih ya mbak" ujar lelaki itu sambil mengedipkan matanya kearah Arteri

***

Arteri mengangkat tangan dan menguap untuk kesekian kalinya didepan Gabriel. Jam sudah menunjukkan pukul 21.30 , dan itu artinya jam kerjanya di cafe untuk hari ini berakhir sudah. Para pegawai dari cafe itu sudah mulai merapikan diri dan siap-siap untuk pulang dan beristirah dirumah mereka masing-masing.

"Pulang ya bos" kata pegawai cafe itu serempak

"Oke hati-hati ya geng. Sampai jumpa besok" jawab Gabriel

"Arteri, duluan ya" sapa salah satu pegawai kepada Arteri.

"Kok dia nggak nyahut bos? Termenung aja kayak orang bodoh" sambung seseorang

"Biarin aja, mending kalian pulang sana" jawab Gabriel sambil membersihkan tanggannya.

"Oke bos" mereka langsung menuju pintu keluar.

"Hey, sana kamu pulang. Wajahmu udah kayak zombie." kata Gabriel memulai percakapan dan menepuk pundak Arteri.

"Bodo amat lah Riel, toh juga nggak ada yg liatin aku" curhatnya sambil mengusap mukanya

"Mau aku anterin pulang?" ujar Gabriel menyodorkan bantuan

"Jangan!! Ntar aku ketahuan bohong sama ibu!" teriak Arteri

"Astaga, pecah gendang telingaku dengar teriakan kamu itu ter" sambil menutup telinganya. Arteri yang mendengar itu hanya menampilkan cengiran khasnya

"Tunggu... Kalau kamu takut aku antarin pulang berarti kamu belum ada izin berkerja dari keluargamu ya ter? " tanya Gabriel sambil menyilangkan tangannya didepan dada.

"Belum bang, aku takut kena marah lagi" cicit Arteri.

"Gini nih, kalau udah takut atau ada masalah aja baru mulutmu itu mau manggil aku abang. Biasanya juga kamu panggil aku Riel Riel macam nama vokalis yang kena masalah ena-ena sama artis-artis itu" Gabriel memang sudah jenuh dipanggil Riel oleh wanita satu ini.

Bukan CINDERELLA (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang