Mulmed : Arteri
Kamar bernuansa abu-abu masih terdengar suara dengkuran khas seorang lelaki. Padahal mentari sudah menunjukkan kecerahan sinarnya, tetapi Sam masih saja tak mau membuka mata. Hari ini memang masih hari liburnya karena mengingat kemarin dia mengajukan off selama 2 hari.
Suara langkah kaki yang tegas terdengar menuju kamar itu. Lelaki paruh baya dan memiliki mata seperti Sam sudah berdiri tegak di samping tempat tidur Sam. Lelaki itu membuka gorden agar sinar matahari bisa membangunkan Sam.
Sam hanya membalikkan badan agar terhindar dari sinar itu. Lelaki paruh baya itu lalu membuka selimut yang menutupi badan Sam.
"Bangun" suara itu langsung menyentak Sam dari mimpi-mimpinya. Sam langsung duduk dan menggaruk-garuk kepalanya.
"Ayah tunggu dimeja makan 5menit lagi" perintah itu layaknya perintah seorang atasan kepada bawahannya dan harus dilaksanakan saat itu juga.
Sam lalu bergerak kearah kamar mandi dan mencuci muka saja. Sam sama seperti anak yang lainnya, walaupun terkadang dia memberontak kepada ayahnya, tapi dia tetap melakukan apa yang diperintahkan ayahnya seperti sekarang.
Ayahnya seorang yang otoriter dan tidak bisa dibantah. Ayahnya memang orang yang sangat pintar didalam dunia bisnis tetapi kurang hebat saat mendidik anaknya. Ayahnya hanya memberikan pendidikan tentang bisnis kepadanya kedua putranya.
Hal mendidik yang lainnya diberikan oleh ibunya. Untung saja keluarga ini memiliki seorang ibu yang sangat lembut dan sabar. Dulu sebelum ibunya bertemu dengan ayahnya, ibunya adalah seorang guru. Semenjak menikah, ibunya mengundurkan diri menjadi guru. Itu juga karena perintah dari suaminya.
Karena adanya seorang ibu yang selalu mendukung kedua putranya, makanya Koko bisa mendapatkan apa yang menjadi cita-citanya yaitu menjadi seorang dosen. Koko memang senang sekali dalam hal mengajari dan membaca buku.
Sewaktu masih berusia 15tahun, Koko sudah berani mengajari teman-temannya dalam mengerjakan soal-soal UN. Disaat SMA, Koko mendapat akselerasi dan lulus lebih cepat dari teman-temannya. Sifat Koko memang lebih meniru ibunya, berbeda dengan adeknya Sam yang lebih memiliki gen dari ayahnya.
Dimeja makan sudah terlihat ayahnya sedang duduk dan menikmati sarapan yang dilayani oleh ibunya. Sam mengambil tempat duduk didepan ayahnya.
"Mau sarapan apa dek?" Tanya ibunya.
Lucu memang kalau seorang anak lelaki dipanggil adek. Tetapi memang itu yang diinginkan Sam sewaktu dia kecil dulu. Dan menurutnya, kalau dia dipanggil adek maka semua perhatian orangtuanya hanya diberikan kepadanya saja.
"Sarapan nasi goreng aja bu" pintanya.
Ibunya menyendokkan nasi goreng dipiring anak bungsunya itu. Dan ayahnya hanya memandang sinis dari seberang tempat duduknya.
Ayahnya menunggu Sam menyelesaikan makanannya dengan tenang sambil menikmati kopi buatan istri tercintanya. Sam tersenyum sendiri melihat ayahnya yang sudah kesal menunggunya. Sam makin memperlambat makannya agar ayahnya makin jengkel kepadanya. Dan itu menjadi kesenangan sendiri baginya.
Ibunya yang sudah tau kelakuan putra bungsu dan suaminya itu hanya menonton saja. Sebenarnya suami dan puta bungsunya itu sangat mirip dalam hal fisik dan sifat. Sam seperti suaminya ketika masih muda dulu, sangat tampan dan selalu berpegang pada prinsipnya.
Namanya juga anak, akhirnya Sam mengakhiri sarapannya dan meminum air putih karena dia tidak suka minum kopi seperti ayahnya. Sam menunggu ayahnya berbicara kepadanya.
"Ayah sudah terlalu lama menunggu anak kecil yang hanya makan nasi goreng saja, jadi ayah langsung saja" kata ayah Sam memulai "Jadi kapan kamu tidak memberontak kepada ayah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan CINDERELLA (Slow Update)
RomanceKisah tentang dua orang yang memiliki kisah masa lalu yang saling berkaitan. Dan katanya untuk mendapatkan jodoh tidak sama dengan cerita-cerita dongeng yang sering dibacakan oleh ibu kita dulu.