DELAPAN

24 1 0
                                    

Mulmed : Jazz-Dari Mata

Perasaan Arteri mulai tidak enak. Arteri merasa ada yang memperhatikannya dari jauh. Tapi dia tidak berani untuk melihatnya. Kayaknya ada yang lihat-lihat aku lah? Bulu kuduk ku mulai merinding nih. Atau jangan-jangan ada.....takutttt, Arteri mulai berdoa didalam hatinya. Tiba-tiba ada tangan yang memegang pundaknya.

"Ampun mbak kunti, saya masih muda. Jangan ambil saya, pliss" Arteri memohon sambil mengucapkan berbagai macam doa
"Setan bakalan takut sama suara kau yang melengking itu loh" bisik Gabriel dibelakang Arteri
Arteri langsung menoleh kebelakang dan melepaskan tangan Gabriel dari pundaknya.

"Pergi sana kau, buat terkejut aja" Arteri kembali melihat kedepan layar komputer yang ada didepannya.

"Hahahha, jangan dipanjangin mulutnya ter kayak mulut bebek" Gabriel tertawa melihat kelakuan Arteri kalau sedang merajuk.

Kegiatan Arteri tak luput dari pandangan Sam yang masih saja berdiri didepan pintu. Sam lalu berjalan kearah Arteri.
"Selamat so...." mulut Arteri tiba-tiba terbuka sebesar-besarnya ketika melihat lelaki yang ada didepannya. Kemeja abu-abu yang dipakai lelaki itu sangat pas ditubuhnya. Otot-otot yang ada di lengan lelaki itu terlihat jelas. Dan sepertinya perut lelaki itu juga terlihat kotak-kotak. Lelaki itu sudah menyedot semua perhatian Arteri."..re. Mau pesan apa mas?" Arteri masih tidak menyadari lelaki yang didepannya adalah lelaki yang sama yang sering mengganggunya dibusway.

"Hai adek manis" sapaan yang selalu didengar Arteri jika berada dibusway.
Kayak sering didengar deh kata-kata itu. Matanya juga mirip sama abang-abang aneh dibusway, kata Arteri didalam hatinya.

"Mas mau pesan apa?" Arteri seakan-akan tidak mendengar sapaan Sam kepadanya.

"Hahahaha, mungkin karena aku pake baju formal gini kamu jadi tidak ingat ya adek Arteri?" Kembali Sam membantu Arteri untuk mengingatnya.

"Maaf mas, dibelakang mas sudah ada yang antri. Jadi, mas mau pesan apa?" Arteri tidak mau tahu tentang lelaki yang sepertinya mengenalnya.

"Karena aku kurang suka yang namanya kopi, aku pilih Cappucino saja lah adek manissss" Sam memang tidak terlalu menyukai kopi. Karena menurutnya kopi minuman yang tidak enak di lidahnya.

"Itu saja mas?" Arteri kembali bertanya

"Iya deh itu saja"

"Atas nama siapa mas?"

"S.V aja adek manis" Sam hanya membuat inisial namanya saja karena dia tidak mau orang tahu kalau dia adalah anak dari keluarga Wibisono.

"Oke, saya ulang ya mas. Cappucino satu atas nama mas S.V. semuanya jadi 23.500 mas"

Sam memberikan selembar uang puluhan berwarna biru "Oke, ini uangnya. Ambil saja kembaliannya"
Arteri menerima uang dari Sam sambil menatap sinis mata Sam. Sombong banget sih. Padahal kan kembaliannya banyak tuh.

"Jangan gitu ih liatnya. Seram tau" Sam terkekeh melihat pandangan mata Arteri kepadanya.

"Terimakasih mas, silahkan menunggu. Nanti saya panggil kalau pesanan mas sudah selesai" Arteri hanya menganggap angin lalu perkataan Sam.

***

Sam lalu berjalan ketempat duduk yang berada didekat jendela besar. Tak lama kemudian, pintu cafe terbuka dan muncullah wanita yang sangat cantik berjalan anggun mencari sosok lelaki yang memiliki janji dengannya. Wanita itu memakai dress hitam yang membuat lekukan badannya bak model majalah kelinci.

Semua mata pelanggan dan pegawai dicafe tertuju kepada wanita itu. Wanita itu langsung duduk dan menyapa Sam.
"Maaf telat, tadi agak macet. Sudah nunggu lama ya Vil?" Sam memang lebih sering dipanggil Vilton dikalangan bisnis ayahnya.
Sam hanya memandang wanita itu sebentar dan kembali melihat Arteri yang sedang melayani pelanggan cafe.

Karena merasa dicuekin, wanita itu mengikuti arah pandangan Sam dan melihat apa yang sedang dilihat Sam juga.

"Wanita itu nggak modis banget ya. Rambutnya juga nggak terawat gitu. Pasti nggak bakalan ada yang suka sama cewek seperti itu. Iya kan Vil??" Wanita itu menilai Arteri dari atas sampai bawah

Sam yang mendengar penilaian wanita yang didepannya hanya diam saja dan melirik sinis kearahnya.
"Lihat tuh mukanya nggak banget deh. Nggak ada anggun-anggunnya sama sekali" kembali wanita itu memberikan penilaian yang jauh dari kata bagus tentang Arteri.

Kali ini Sam tidak hanya diam, "memang dia bukan wanita seperti kamu yang cantik dan seksi. Dan dia memang tidak anggun seperti kamu. Tetapi mataku lebih tertarik untuk melihat dia setiap hari daripada melihat kamu satu menit saja ta"

Mendengar penjelasan Sam, membuat wanita yang bernama Tata itu geram dan kesal. "Emangnya dia siapa sih? Pacar kamu juga bukan, nggak usah sok membela dia deh"

"Dia memang bukan pacarku, tapi dia akan jadi pemilik hatiku"

Sebelum beranjak Sam mendekati Tata dan berbisik ke telinganya "bilang sama om Kris, aku udah punya calon istri jadi dia tidak perlu menyodorkan putrinya lagi kerumah Wibisono" begitu mengatakan itu, Sam lalu berlalu meninggalkan Tata dengan kekesalannya.

Tata lalu beranjak pergi meninggalkan cafe itu dengan menghentakkan kakinya. Sam yang melihat itu hanya tertawa sinis.

"Pesanan atas nama tuan S.V" Suara Arteri mempercepat langkah Sam untuk sampai ke depan Arteri

"Terimakasih adek manis" Sam tersenyum melihat Arteri

"Selamat menikmati, mas" Arteri memaksakan senyumnya.

"Gitu banget senyumnya dek"

Sam mengambil tisu yang didekat komputer Arteri dan mengambil pena dari sakunya. Sam menuliskan nomor telepon diatas tisu itu.

"Ini nomor teleponku, kalau ada yang penting telpon aku ya adek manis" Sam yakin Arteri suatu saat Arteri akan membutuhkan nomor hpnya karena dia tau Tata tidak akan diam diperlakukan seperti tadi.

Setelah itu, Sam keluar dari cafe itu tanpa menunggu pertanyaan dari Arteri. Arteri yang berdiri hanya terdiam memegang kertas yang diterimanya tadi.

Entah kenapa Arteri memasukkan kertas itu dikantong celananya bukan membuangnya ketong sampah terdekat. Gabriel yang melihat kejadian tadi hanya kebingungan dan merasa pernah melihat sosok lelaki yang daritadi berbicara dengan Arteri.

***

Langkah kaki Arteri terseret-seret menuju halte busway. Weekend memang selalu menguras tenaga Arteri dan pegawai-pegawai cafe karena memang cafe akan selalu rame disaat seperti ini.

Ketika busway berhenti didepan halte langsung saja Arteri beranjak menuju busway. Kali ini busway ini agak aneh karena tidak terlihat batang hidung abang-abang aneh yang selalu mengganggunya.

Ketika kita sudah terbiasa oleh sesuatu dan tiba-tiba hal itu hilang, maka kita pasti akan mulai mencari sesuatu itu. Begitu juga yang dirasakan oleh Arteri saat ini. Matanya mulai mencari sosok yang sering terlihat beberapa kali dibusway ini.

Capek mencari sosok itu, Arteri mulai menguap dan menyandarkan tubuhnya untuk mengistirahatkan matanya sejenak. Baguslah dia nggak ada, aku kan bisa tidur tenang tanpa diganggu sama dia.

***

Diseberang sana, seorang wanita didalam mobil mengamati busway yang baru saja berjalan dari halte. Wanita itu sedang menelepon seseorang.
"Pokoknya kalian cari informasi tentang perempuan bernama Arteri itu. Jangan sampai terlewat satu info pun tentang dia" Wanita itu menutup telpon dan tersenyum sinis.

"Jangan kira kamu bisa lepas dariku Arteri. Tunggu saja, kamu akan seperti wanita-wanita lain yang dekat dengannya selama ini"

****

Salam,
Abang otot seksi
-Vilton-

Bukan CINDERELLA (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang