36 // one fine day

5.8K 135 5
                                    

   Dylan tersenyum sambil mendengar Bethany yang terus mengoceh tentang bagaimana panasnya siang ini meskipun ia sendiri membawa mobil, betapa lelahnya ia mengantri hanya untuk mendapatkan segelas kopi panasnya, dan banyak hal tentang apa yang ia lalui hari ini.

"kamu kenapa tersenyum terus?" tanya Bethany yang kini menatap Dylan yang bersandar pada bantal-bantal yang disusun dibelakangnya sambil menatap Bethany.

"tidak apa-apa" jawab Dylan "hanya saja kau terlihat lucu dengan ocehan menyebalkanmu itu"

Bethany mengerutkan bibirnya kedepan "kau bilang aku menyebalkan? huh?"

Dylan mengedikkan bahu "entahlah" namun bibirnya melengkung membentuk senyuman.

Bethany makin mengerutkan bibirnya, "baiklah, kalau begitu aku akan pergi mencari teman yang ingin mendengarkan ocehan menyebalkanku!" ujar Bethany sambil berdiri dari tempat duduknya, sebelum melangkah lebih jauh Dylan segera menahannya.

"siapa bilang kau boleh pergi?" ujar Dylan kini menatap Bethany sungguh-sungguh.

"bukankah aku menyebalkan?" tanya Bethany "aku mau pergi!"

"ya! kau memang menyebalkan, tapi aku tidak bilang kalau kau boleh pergi" ujar Dylan masih menahan lengan Bethany.

"kenapa aku tak boleh pergi?!"

"karena aku tidak mengizinkanmu untuk pergi" jawab Dylan cepat.

"bukankah aku menyebalkan?" balas Bethany.

"ya! tapi kau tak boleh pergi"

"Goddamn Dylan!" rajuk Bethany kini menepis tangan Dylan dari lengannya.

Dylan menatap Bethany tak percaya.

"oke im sorry! kau tidak boleh pergi, dan kembali ke tempat dudukmu Bethany!" perintah Dylan, Bethany hanya diam di tempatnya menatap Dylan kesal tanpa mengatakan apa-apa.

"kubilang kembali duduk!"

Bethany hanya diam.

"oke," kini Dylan memelankan suaranya "Bethany, im sorry"

Bethany masih tak bergeming.

"Bethany, jangan pergi, oke?" Dylan kini berbicara sangat pelan "would you back to take a sit?"

Bethany berusaha menahan senyumnya melihat tingkah laku Dylan yang berubah menjadi begitu lembut.

"well- oke!" ujar Bethany dan kembali duduk dengan senyum di bibirnya, Dylan ikut tersenyum dan kini pandangannya sepenuhnya menatap pada Bethany yang sudah menopang dagu dengan tangannya di samping ranjang Dylan.

"kau tahu Bethany, mungkin aku harus menarik pelan-pelan ucapanku" ujar Dylan.

"yang mana?"

"yang mengatakan kau itu menyebalkan" jelas Dylan "well, mungkin kau memang menyebalkan-" Dylan melirik Bethany yang kembali mengerutkan bibirnya. "tapi kau lebih manis"

kini bibir Bethany yang tadinya mengerut kedepan kini mengulas senyum malu-malu.

melihat reaksi Bethany seperti itu membuat Dylan sendiri entah mengapa merasa malu-malu karena mengatakan hal manis yang terdengar aneh itu pada Bethany.

"thanks" lalu Bethany menjawab, dan dengan gerakan tiba-tiba Bethany mendaratkan ciuman ringan pada pipi Dylan, membuat Dylan terkejut dan sejurus kemudian merasa dadanya berdebar-debar aneh seperti remaja baru saja catuh cinta.

"apa itu artinya kau mulai menyukaiku Dylan?" tanya Bethany, Dylan sedikit gugup kemudian berkata "y-ya.. yah mungkin"

"mungkin?"

"maksudku, yaa, mungkin aku menyukaimu" jawab Dylan lagi.

Bethany tersenyum senang kemudia memeluk Dylan dan berkata "Dylan would you marry me?"

"WHATT!!?" Dylan sangat tak menyangka kalimat itu yang keluar dari mulut menyebalkan Bethany, Bethany menunggu jawaban dengan senyum masih selebar iklan pasta gigi. "NO!" jawab Dylan.

"WHAT?!!" kini giliran Bethany yang mengatakan kata itu dengan ekspresi sama yang Dylan nampakkan tadi. "kau menolak lamaranku?"

"ya! aku menolaknya!" jawab Dylan.

"WHYYY"

"kau ini memang menyebalkan sekali Bethany!" ujar Dylan kesal "kau tahu? kau mengatakan kalimat yang sudah lama aku nantikan untuk mengatakannnya padamu, tapi kau malah mengatakannnya sekarang! dasar menyebalkan"

Bethany hendak marah, namun mendengar Dylan yang sebenarnya akan mengatakan hal yang ia katakan membuat pipinya memerah "jadi.. kau akan melamarku?"

Dylan mendengus sambil melirik Bethany "ya! dan semestinya aku mengatakan itu ketika aku sudah keluar dari rumah sakit ini, tapi kau malah mencuri kalimat milikkku"

Bethany tersenyum dan sejurus kemudiannn memeluk Dylan erattt "YAAAA AKU INGIN MENIKAH DENGANMU DYLAN!!!!" serunya dan kini membuat Dylan tertawa dan membalas pelukan Bethany.
"dasar menyebalkan" ujar Dylan namun ia malah makin mengeratkan pelukannya.

bagu keduanya tak ada hari yang paling menyenangkan yang mereka lalui bersama kecuali hari ini. one fine day.

                             ****

"Honey?! are you okay?" tanya Nelson sambil mengetuk pintu kamar mandinya, pasalnya, Honey sudah berada di dalam cukup lama dan itu membuat Nelson yang menunggunya di meja makan khawatir.

tak ada jawaban dari dalam.

Nelson kembali mengetuk pintunya "sayang, kamu baik-baik saja didalam? Honey jawab aku"

tak ada jawaban tapi detik berikutnya gagang pintu terputar dan Honey keluar dari kamar mandi, melewati suaminya yang menatapnya bingung karena Honey melewatinya begitu saja tanpa mengatakan apa-apa dan kini wanita itu dengan santainya mengambil kursi kosong dimeja makan dan menuangkan susu dengan penuh di gelasnya.

"sayang" panggil Nelson "kau baik-baik saja?"

Honey menatap suaminya tanpa ekspresi apapun dan mengatakan "ya, kau tidak duduk?"

Nelson sedikit bingung dengan tingkah istrinya dan kemudian duduk kembali di kursinya menghadap istrinya yang kini mengambil sayur dan daging lebih banyak dari porsinya biasa.

"Honey, apa kau tidak makan semalam?" tanya Nelson heran melihat yang ada di atas piring Honey, penuh dan...entahlah.

"makan kok" jawab Honey santai sebelum ia memasukkan daging dan nasi ke dalam mulutnya ia berkata "tapi hari ini yang makan bukan hanya aku"

"maksud kamu?" tanya Nelson bingung.

Honey mengunyah makanannya terlebih dahulu dan menelannya lalu menatap suaminya "yup! yang disini," Honey menunjuk perutnya "juga mau makan"

Nelson menatap Honey tak percaya namun di detik berikutnya matanya berseri-berseri sambil bertanya "apa kau hamil?!"

Honey tak kuasa melihat wajah suaminya yang nampak sangat menunggu jawabannya, tidak tega untuk terus membuat suaminya bingung, ia lalu tertawa kecil dan mengangguk "aku hamil!"

Nelson tak bisa menahan rasa bahagiannta dan segera berdiri dari kursinya dan meraih Honey dan menggendongnya dari kursi.

"Nelson!!!" seru Honey memukul dada Nelson pelan, lalu mereka sama-sama tertawa.

"kau hamil?" tanga Nelson "wow! aku akan benar-benar menjadi Ayah!!"

Honey tertawa.

"makasih Tuhan!!" seru Nelson "i love you Honey!" lalu ia memeluk Honey yang berada di gendongannya.

                              ####

Honey [new versie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang