epiloque

5.8K 131 3
                                    

  
Langit biru mewarnai penglihatan ketiganya, kini meraka sama-sama menatap langit yang sama, lalu saling berpandangan, Dylan memegang sebuket bunga mawar putih ditangannya sedangkan Evans membawa bunga mawar merah.

"kau tahu kan kalau Anna menyukai yang berwarna putih?" kini Dylan melepas kacamata hitamnya dan mendengus menatap  Evans.

Evans tersenyum miring "aku selalu memberinya mawar merah dan dia selalu berkata menyukainya" balas Evans yang juga sudah melepas kacamata hitamnya.

dibawha teriknya matahari siang, Nelson menatap kedua sahabatnya yang masing menatap satu sama lain  dengan tatapan tajam, ia mendesah pelan lalu mengeluarkan sebuah foto, foto masa lalu mereka berempat dimana Anna masih bisa tersenyum pada mereka, dengan langkah pelan Nelson menaruh foto itu di nisan milik Anna.

Evans dan Dylan sama-sama melepas pandangan masing-masing dan beralih pada foto yang Nelson taruh itu.

"Hai Anna" Nelson bersuara, "sudah lama tidak ketemu"

Dylan ikut menaruh kedua lututnya di rumput seperti Nelson diikuti Evans selanjutnya.

"Hai Anna," kini Dylan bersuara "aku bawain bunga mawar putih favorit mu" lalu ia menaruhnya di atas rumput kuburan Anna. "andai saja kau ada disini, kau bisa mencium mawar putih ini sambil tersenyum"

"aku juga bawain bunga mawar merah untukmu" kini Evans bersuara "aku berdebat dengan Dylan tentang ini, meskipun mungkin kau menyukai mawar putih tapi kau selalu menyukai mawar merah pemberianku"

Dylan mendengus mendengarnya, membuat Evans dan Nelson tersenyum melihatnya.

"Anna, kami merindukanmu" ujar Evans, "sangat merindukanmu"

lalu mereka bertiga sama-sama tersenyum, mungkin inilah yang mereka seharusnya lakukan lebih awal, meskipun tak bisa melihat Anna, mereka bertiga yakin bahwa kali ini Anna tengah berada di atas melihat mereka sambil tersenyum senang.

"yang damai disana" ujar Dylan mengelus nisan milik Anna.

karena langit cerah itu seakan mengatakan seluruh isi hati Anna yang senang melihat semua ini, dan Dylan harap semuanya akan baik-baik saja mulai hari ini.

                                 ***

5 tahun kemudian.

     Evans dan Venny menikah 2 hari setelah pergantian tahun, alasannya? angka 2 selalu menjadi angka favorite mereka, dan entahlah.

  pernikahan mereka tak hanya merupakan dua insan yang saling mencintai, ini juga awal dari kehidupan Evans yang baru begitupun Venny. ratusan tamu menghadiri gedung mewah itu sejak pagi.

    Honey dan Nelson sibuk menjamu beberapa tamu di acara pernikahan tersebut, sedangkan anak-anaknya tentu saja sedang memakai pakaian yang rapi dengan babysitter yang sepertinya terus-terusan menghela nafas karena perbuatan Cela-Celi yang tak bisa berhenti jauh-jauh dari kue pernikahan yang besar itu.

  alunan musik romantis membuat suasana menjadi lebih indah, Dylan muncul dari pintu gedung, nampak mengait tangan seorang wanita yang tengah mengandung.

  "sepertinya Evans mengadakan pesta yang sangat meriah" ujar wanita yang berdiri disamping Dylan, Bethany.

Dylan hanya mengedikkan bahu "masih kalah dengan pesta pernikahan kita sayang"

Bethany memutar bola matanya "yup, pesta pernikahan kita bahkan sangat meriah saat kau melupakan cincin perkawinan kita dirumahmu!"

Dylan tertawa, "untuk yang satu itu, bukan salahku"

"oh yah?! terus salah siapa?"

"salahkan Nelson yang membuatku terburu-buru" balas Dylan, yang diikuti tatapan melotot istrinya.

"sepertinya aku mendengar namaku disebut" Nelson kini berdiri diantara keduanya.

"oh, oh!" Dylan mendongak "you look cool today"

"and you look like an asshole" balas Nelson, membuat Dylan menatapnya tajam, istrinya bahkan menertawai ucapan Nelson.

"aku setuju" timpal Bethany.

"Beth!" Dylan memprotes.

dan tiba dimana saat proses melemparkan bunga pada tamu, membuat ketiganya mengalihkan perhatian pada para tamu yang berkumpul dibelakang mempelai wanita yang siap-siap melemparkan bunganya dan membuat yang mendapatkannya segera menyusul ke plaminan, itulah tradisinya.

"1..."

"2..."

"3..."

dan Venny melemparkan bunga itu, kerumunan dibelakangnya dengan seru segera berlomba-lomba mendapatkannya, dan mereka berhenti ketika seseornag sudah mendapatkan bunga itu ditangannya.

"siapa yang dapat?" tanya Bethany,

lalu nampak wanita bergaun biru laut memegang bunga itu dengan tatapan senang.

"Blue?!"

"wow" ujar Nelson.

"wow" ikut Dylan.

mereka berdua saling melirik lalu tersenyum.

begitupun Venny yang bertukar pandang pada Evans. semoga saja yang terbaik untuk Blue, batin keduanya lalu tersenyum.

  dan untuk penutupan acara, Evans memanggil Honey dan Nelson untuk naik berfoto begitupun dengan pasangan Dylan dan Bethany.

"satu..."

"dua..."

"tunggu!!!" Honey tiba-tiba berseru, membuat pandangan menantpnya sepenuhnya, "Cela-Celi ayo nak kesini"

dengan langkah-langkah mungil dan penuh semangat anak kembar itu melangkahkan kakinya menuju Ibunya, saat tiba di pelukan Ibunya mereka sama-sama memasang wajah datar menghadap kamera.

dan klik!

satu foto yang sempurna.

Evans menatap Venny dengan lembut seraya berbisik "sempurna"

                                  ########

Honey [new versie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang