BAB 3

93 8 0
                                    

Seekor merpati bertanya kepada seekor kupu-kupu bagaimana rasanya menjadi makhluk cantik. Seekor kupu-kupu bertanya pada seekor merpati bagaimana rasanya kebebasan.

Terlambat

Terlambat sekolah bagi Fandy bukan hal yang baru pertama kali. Tapi karna semasa menjabat sebagai ketua tim Basket Pertiwi Fandy mulai mengurang-ngurangi kenakalannya disekolah. Jaga image lah

Tapi baru kali ini lagi Fandy terlambat. Setelah dirinya menjadi mantan ketua

Fandy didepan gerbang sekolah mengecek jam tangan hitam yang melingkar ditangan kirinya

"Telat" katanya

"Woyy bukainnn dong gue mau masukk!" teriakan yang tak asing bagi Fandy. Niken. Kayaknya nih cewek nggak bisa ngomong lembut deh.

"Berisik" kata Fandy

"Serah gue lah.woyy bukainn!" datanglah satpam Pertiwi Mang Dodo membukakan gerbang sekolah. Dibuntuti Bu Eka guru Bk Pertiwi dibelakangnya

"Sini kalian, Fandy taro motor kamu disitu" bu Eka menunjuk samping pos.

Fandy membuka helmnya dan segera turun menghampiri bu Eka

"Kalian berdua tau ini jam berapa?" tanya nya

"Saya gak pake jam tangan bu, tanya dia aja tuh" Niken menunjuk Fandy

"Jam delapan bu" kata Fandy

"Bagus Fandy pake jam, kalian tau kan hukuman apa yang didapat kalo ada murid Pertiwi yang telat?" Nih guru banyak nanya emang

"Nggak bu" jawab Niken

"Niken bukannya kamu udah sering, eh bahkan setiap hari kena hukuman. Sampe bingung saya mau kasih hukuman apa lagi sama kamu Kenn"

"Bingung pegangan bu" jawab Niken lagi

"Kamu itu ngejawab aja, bisa ga sih jadi perempuan tuh yang Ayu, santun, lembut gitu loh bisa ga Kennn?"

"Lah emang saya udah lahir kayak gini bu mau diapain lagi"

"Huelahdalah Ken Ken, ngga tau ibu harus ngapain kamu lagi" Bu Eka menepuk jidat nya

Sementara Fandy. Diam. Bingung. Pegangan

"Buat Fandy, Niken kalian berdua bersihin toilet ya kerjasama harus diutamakan kalo mau cepet beres" perintah Bu Eka

"Apa! Toilet, gak salah tuh. Toilet yang bau nya nauzubillah mindzalik eew" Niken mengidikkan bahunya.

"Kerjain yang ikhlas" kata Fandy

"Bener tuh Fandy, Ken dengerin kata Fandy"

*****
"Iihhh kecoaa terbangggg anjirrr" teriakan Niken dari dalam toilet siswi

Fandy dari toilet siswa menghampiri sumber suara. Didalam sana Niken sedang duduk dengan wajah ditunduk dalam kedua tangannya yang dilipat.

"Lo kenapa?" Fandy menguncang tubuh Niken

Niken mendongak melihat Fandy. Wajahnya pucat, tubuhnya bergetar.

"I--itu ada kecoa dipojok situ" katanya dengan suara bergetar

"Hah dimana" Fandy berdiri mencari dimana si Kecoa

"Ngga ada, udah yuk keluar aja"
Fandy menarik tangan Niken keluar
*****
"Nih minum dulu teh anget nya" Fandy memberi Teh Hangat digelas plastik yang tadi ia beli dikantin

"Makasih" Niken meminumnya sedikit.

Setelah kejadian kecoa terbang tadi Fandy membawa Niken ketaman belakang Pertiwi dimana ada sebuah Danau buatan serta sebuah pohon besar dengan bangku Taman dibawahnya

"Lo takut sama kecoa?" Fandy menaikkan sebelah alisnya

"Bukan takut, tapi jijik pake banget iih" bergidik ngeri

"Oh"

"Gue baru tau sekolah kita punya Taman setenang ini" Niken menatap Danau didepannya

"Banyak yang ngga tau, mereka takut dateng kesini"

"Kenapa takut. Banyak kecoa nya huh?"

Fandy terkekeh "ya bukanlah, karna banyak desas desus disini angker ada kuntilanak lah pocong lah, tapi selama gue disini b aja tuh"

"Gila orang-orang masih aja percaya sama gitu-gituan hahaha" tawa Niken

"Iya" Fandy tersenyum

Apa pun akan ku-iya-kan untuk bahagiamu. Kecuali satu, larangan untuk tak mencintaimu.

"Gue Fandy. Fandy Fachrizal. Panggil Fandy aja kalo mau panggil ganteng juga gapapa" Fandy menjulurkan tangannya

Niken melirik tangan Fandy "udah tau, gue Niken"

"Hhmm oke Niken gue boleh nanya"

"Tanya apa? Asal Jangan matik plis gue bego banget itungan"

"Hm bukan Ken. nih Ada seekor merpati bertanya kepada seekor kupu-kupu bagaimana rasanya menjadi makhluk cantik" melirik Niken

"Sikupu-kupu itu,bukan ia yang merasakan menjadi mahkluk cantik, tapi lingkungan disekitarnya yang bilang begitu. Seperti halnya manusia, kita juga nggak perlu merasa cantik fisik buktiin aja kecantikan hati itu nomor satu"

"Dan seekor kupu-kupu bertanya kepada seekor burung Merpati bagaimana rasanya kebebasan" tanya Niken

"Kebebasan itu didapat dari diri sendiri ken, merpati punya sayap buat terbang, kita juga bisa bikin sayap kita sendiri buat kebebasan kita,ya tetep dalam kebebasan yang wajar"

"Lo ngomong seakan kebebasan itu enak, nyatanya gue malah dikekang, direndahin, di judge sana sini, padahal gue nggak ngeribetin urusan orang lain kan"

"Kalo lo direndahkan, berarti lo ketinggian. Kalo lo dijelekin, berarti lo kecakepan. Kalo lo diomongin berarti lo terkenal. Simple kan"

"Haha iya bener juga sih,hm by the way lo itu ketua,eh mantan ketua tim basket ya katanya"

"Bukan katanya tapi emang kenyataannya. Kenapa emang"

"Ya nggak sih banyak fansnya pasti lo"

"Mereka suka alhamdulillah, nggak suka ya alhamdulillah juga" Kata Fandy

*****
"Darimana njir baru nongol?" Ezra mempause game nya ketika melihat Fandy datang dan duduk dikelas.

"Bau bau lo kayak gak asing deh. Bau banget, tapi bukan bau keringat biasa abis basket. Bau pesing gitu" Ezra mengendus tubuh Fandy

"Geli Zra. Iya tadi gue telat, terus Bu Eka ngehukum gue bersihin toilet sama Niken"

"Hahh Niken? Ngga salah, anjirr nasib buruk lo Fan barengan sama Niken mah" Ezra melotot tak percaya

"Apaan sih emang Niken apa bawa nasib buruk segala"

"Ya gitu lah, lo kan tau orangnya. Kalo fans lo ngeliat gimana? Image lo sama Band kita gimana bro" Ezra mengacak-acak rambutnya

"Nggak Zra tenang aja"

"Woi Zra, Fan. Bolos yuk" ajak David seketika masuk kedalam kelas Fandy

"Temen setan yang begini nih, ngajakin jalan sesat suruh bolos ckck" Ezra merapihkan bukunya kedalam tas

"Ayok!" seru Ezra bangkit dari kursinya dengan semangat 45

"Ye lo tuh temen setan akhirnya mau juga kan, lo gimana Fan ikut gak? Kita ada persiapan buat nge Band dipembukaan Cafe baru kan"

"Iya gue inget, tapi kan ntar malem, gue nggak ikut bolos dulu hari ini" Fandy menyalin tulisan yang sempat ia tinggal tadi

"Ck ck tumbennn banget, kesambet apa lo Fan, yakin nih. Nyesel lo nggak ikut" kata David persis seperti setan merah yang mempengaruhi orang.

"Hm yakin" katanya masih fokus menulis

"Udahlah Vid, keburu guru masuk. Ayok cabut!"

"Oke Zra, Fan kalo lo butuh kita dateng ke studio aja, kita cabut" David dan Ezra pergi kegerbang belakang dimana Ryan sudah menunggu disana.

Puisi Untuk NikenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang