BAB 9

71 6 0
                                    

She is Sad
She is Hurt
She is Dying
She is alone
She is lonely
She is a mess
She is judge
She is ignored
She is suicidal
She is stressed
She is confused
She is fucked up
She is depressed
She is misunderstood
She is tired but still living
She is hurt but won't show it
She is screaming but is silent
She is in the pain but still smiling
She is ME.

Aku harus kembali lagi ketempat yang paling menyebalkan alias Sekolah. Aku harus bertemu Fandy,ya harus. Minta kejelasan kenapa dia mengirim Ezra untuk menolongku semalam, padahal itu tidak perlu. Tapi setelah dicerna baik-baik ada untungnya juga Fandy menyuruh Ezra datang, jika ga ya kalian akan tau gimana keadaan rambutku pagi ini.

Setelah pulang dari Club, papa dan mama seperti biasa ribut again. Padahal posisi itu udah jam 1 malam, tapi diantara mereka enggak ada yang nanya tuh, aku dari mana? Sama siapa? Kenapa baru pulang? bukankah seharusnya orangtua bicara seperti itu, apalagi aku ini anak perempuan loh, mereka ngga khawatir apa?.

Pagi ini dengan dandanan seperti biasa, rambut diikat cepol, sedikit lipgloss. Hanya se-di-kit.

Aku turun dari kamar menuju meja makan terlebih dulu, meskipun nantinya yang kulihat hanya meja kosong, eh ada Vas bunga kecil ditengahnya deh jadi ga kosong-kosong amat. Ya tetep aja emang aku mau sarapan bunga apa.

Sepi seperti biasa, ini lebih baik daripada ributan kedua orangtua ku yang ngoceh hampir tiap hari, ibarat kartun lebih mirip tom and jerry nih setiap ketemu ributttttt muluuu.

Ah sudah lupakan.

Lebih baik ke dapur deh buat sarapan sendiri, haelah nasib nih begini. Tapi untung aja sih mama selalu stock makanan berlimpah dikulkas jadi enggak usah takut kelaparan.

"Hallo iya pak, diatur aja semua suratnya ya pokoknya saya mau cepet-cepet pisah dari dia" terdengar suara mama bicara ditelpon. Surat. Pisah. Dia. Apa ini. Apa mama sama papa mau pisah?

Aku menghampiri mama yang duduk diruang keluarga.

"Maaa" berjalan perlahan menghampiri mama yang duduk disofa dengan kepala tertunduk dan kedua tangan menutupi wajahnya.

"Eh iya sayang" mata mama sembab

"Apa ini ma? Pisah? Mama sama papa mau pisah?" tanya ku langsung kepadanya

Mama diam.

"Maaa ayolah jawab Niken! Kenapa mama sama papa mau pisah huh? Udah ga sayang sama Niken ma?! Jawab maaa jangan diem ajaa" aku menguncang kedua bahu mama karna sedari tadi dia hanya diam saja.

"Maa oke kalo ga mau jawab, Niken mau pergi aja! Ngapain juga tinggal dirumah yang oranngtua nya udah ga sayang! Makasih ma" aku langsung naik dan masuk kekamar ku, mengambil koper dan mengisinya dengan baju-baju ku. Aku akan pergi dari rumah. Sungguh.

Aku muak dengan keluarga seperti ini. Aku akan pergi itu lebih baik

Aku membawa koper ku turun kebawah, melihat mama yang menangis tersedu-sedu. Jujur aku ngga tega, tapi apa boleh buat ini keputusan final dariku, jika mereka ingin tetap aku tinggal, ya mereka juga harus tetap bersamakan.

"Ken, jangan tinggalin mama nak, mama sendiri ngga punya siapa-siapa lagi Ken, jangan pergi ya sayang" cegah mama dengan tangisannya.

Ah shit kenapa aku ikut nangis, jujur ya aku nggak bisa ninggalin mama dikondisi paling rapuh sekarang ini, harusnya aku ga ninggalin mama,ngasih support itu lebih bagus, tapi ini sudah bulat jika mereka inginkan aku, maka mereka harus bersatu kembali, barulah aku akan pulang.

"Maaa, Niken ngga bisa tinggal dirumah kalo orangtua nya aja ngga lengkap, gimana mau Niken bahagia kalo orangtuanya aja ribut mulu, bahkan mau cerai" aku mencium punggung tangan mama.

"Mama boleh cari Niken, asal mama sama papa udah baikan, dan udah mau akur lagi, cuma demi Niken aja ma, please!"

"Tapi Ken, keputusan mama sama papa itu udah bulat nak, kita udah ngga bisa bersatu lagi"

"Ya gimana caranya kalian balikan lagi ma, Niken mohon, Niken ngga mau jadi anak yang broken home ma" meskipun emang kehidupanku ini sudah hancur.

"Niken pergi ma, assalamualaikum" pamitku ke mama. Aku langsung pergi keluar rumah, membawa koperku ke bagasi mobil

Sejenak aku terdiam. Mau kemana? Kerumah siapa? Keluarga besarku semua di Bali,ga mungkin aku kesana karna pasti mama dan papa mencari ku kesana. Lebih baik aku kesekolah aja dulu, urusan mau kemana, biarlah nanti.

*****
Saat ini aku disekolah, tapi malas masuk kelas, seperti biasa aku terlambat dan tadi habis kena hukuman sama Pak Imam. Sekarang aku berada ditaman belakang, duduk dibangku panjang dibawah pohon besar, memijat lengan tangan ku yang pegal, sakit. Tapi ga seberapa dengan sakit yang ku alami akibat perceraian mama dan papa.

Aku menangis, ya aku menangisi kehidupanku ini, kenapa hidupku seperti ini? Kenapa Allah ngasih keluarga seperti ini? Awalnya bukan beginikan, tapi kenapa?

Jika ada pilihan mati, aku akan memilih itu.

Tapi mati bukan cara yang tepat menghadapi masalahku saat ini, itu hanya jalan pintas orang-orang bodoh yang mau mengakhiri hidupnya sendiri.

Mana ya Fandy, sedari tadi aku datang ke sekolah Fandy ga ada Jika dia telat, harusnya dia dihukum juga, tapi ngga kelihatan tadi. Aku butuh sandaran sekarang, nangis sendirian itu ga enak ternyata, butuh teman untuk berbagi setidaknya biar ga kayak orang gila ngomong sendirian.

Oke aku akan menunggu Fandy disini.

Puisi Untuk NikenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang