Indah tawa cerianya selalu tertanam di memori ingatanku begitupun cantiknya Menjadi pengobat disetiap lelahku dan sakitku, bagai Alkohol senyumnya begitu memabukkan
Fandy Fachrizal
Niken. Kenapa nama itu selalu bisa membuatku tersenyum, bahkan tanpa melihatnya.Membuat khawatir mungkin memang hobinya ya. Tunggu, kenapa aku malah memikirkan nya sejauh ini.
Apa Niken baik-baik saja?, arghh kenapa isi kepala ini cuma mengingatnya saja.
Help.
Kali ini aku benar-benar khawatir sama Niken setelah kejadian dirumah sakit waktu itu. Niken langsung pergi begitu saja,entah apa masalah Ezra dengan Niken sampai-sampai Ezra sangat marah, bahkan melarangku untuk dekat dengannya.
Ya aku harus menelpon Ezra bagaimanapun dia sahabat baikku dari kecil. Dari embrio itu kata David, tapi memang benar karna orangtua kami juga sudah bersahabat.
Aku mengambil hp diatas meja belajar dikamarku. Mencari sebuah kontak nama Ezra
Aku menekan layar call disana.
Tutt... Tuutt...
Panggilan ku belum dijawab.
Ah ini dia sudah diangkat
"Halo Zra" kataku"..."
"Posisi dimana emang?"
"..."
"Gue boleh minta tolong ga?"
"..."
"Tolong lo liatin Niken ya, awasin aja dari jauh Zra, gue khawatir takut dia kenapa-napa"
"..."
"Plis Zra demi gue, lo kan sodara gue Zra, ayolah gue cuma minta itu dari lo. Kalo gue udah sembuh sih, gue yang bakal ngelakuin itu, tapi kan lo tau sekarang keluar kamar aja ga boleh sama nyokap, bro"
"..."
"Oke thanks lo emang paling ya muaccchhh" kataku mencium hp sendiri.
Sambungan telpon terputus. Ya semoga aja Ezra bisa menjaga Niken demi ku.
"Fannnndyy " suaranya kayak kenal. Oh iya ibu Ratna
Mama membuka pintu kamar yang tidak aku kunci. Membawa nampan berisi segelas air dan obat.
"Waktunya minum obat Fan" mama meletakan obat diatas nakas,dan duduk dipinggir kasur
Aku menghela nafas. Capek. Itulah yang kurasakan, siapa juga yang mau setiap saat minum obat, apalagi obatnya bermacam-macam jenis dan bentuk. Kalo ada pilihan mati, aku akan lebih memilih itu.
"Minum obat mulu ma, Fandy capek" kataku duduk dipinggir kasur disamping mama
"Jangan gitu dong Fan, kamu harus sembuh, nanti siapa yang bantuin papa ngejalanin perusahaannya? Anak mama itu cuma kamu kan satu-satunya" mama memberi segelas air dan obat
Aku menelan obat nya, pahit. Lebih pahit dari pada ditinggal gebetan. Cih curhat
"Mau buah Fan?" tawar mama
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Untuk Niken
Romance⌚SLOW UPDATE⌚ "Menantimu datang hingga ribuan bintang malam redup dalam gelap, sampai nanti namaku abadi dalam lelap" Fandy Fachrizal pengidap Kanker Leukimia yang mulai menghitung setiap detik sisa hidupnya. Menaruh hatinya kepada seorang perempua...