Prolog

143 14 41
                                    

Di sinilah Karina berdiri di depan bangunan yang tidak lain adalah sekolahnya. Mungkin seseorang yang akan masuk atau sekedar melewati sekolah tersebut pasti akan langsung tahu bahwa nama sekolah tersebut adalah SMA BARATAYUGA di karenakan nama sekolah tersebut tercetak dengan sangat besar  dan sangat jelas di atas gerbang sekolah.

Disamping pintu gerbang sangat terlihat jelas seseorang yang bekerja sebagai satpam sedang menjalankan tugasnya, Karina hanya tersenyum lalu melewatinya dan melanjutkan perjalanannya ke ruangan yang ia tuju. Ruangan demi ruangan ia lewati sampai akhirnya ia tiba di ruangan yang ia tuju yaitu XI Ipa 3.

Sejujurnya Karina selalu dan masih memendam pertanyaan dalam otak dan hatinya, ia selalu berpikir apakah ia salah masuk kelas atau kelasnya yang salah atau siswa-siswanya yang salah.
Lihatlah sekarang ia di sambut dengan pemandangan seperti di kelas ips bukan kelas ipa.

Semuanya terlihat sibuk masing-masing ; ada yang membentuk kelompok seperti kelompok belajar namun nyatanya bukan melainkan sedang berkumpul di paling pojok kelas dengan melihat ke satu arah yang sama yaitu handphone yang Karina sudah bisa tebak kalau mereka sedang menonton video yang tidak bermoral, ada juga yang sibuk berselfie ria dengan berbagai macam gaya yang di ganti, bukan gaya badan melainkan gaya mulut dan ada juga yang lagi-lagi membentuk kelompok seperti akan arisan yang sudah bisa Karina tebak  mereka sedang menggosipkan para artis indonesia yang sedang tertimpa musibah. Kadang Karina berpikir ipa dan ips kayaknya sederajat.

Tanpa mau ambil pusing dengan kelakuan teman-teman sekelasnya  ia langsung menuju ke bangku ke dua dari depan yang di apit oleh 2 barisan meja di kiri dan 1 barisan meja di samping kanan untuk duduk dan menyimpan tasnya di atas meja.

Menoleh kebelakang sambil mengernyitkan dahinya  adalah salah satu yang ia lakukan saat ini, tumben sahabat-sahabatnya tidak ada di kelas hanya ada tas tergeletak diatas meja, biasanya jika Karina datang maka teman-temannya sudah stand by di bangkunya sambil membuat dosa pagi yaitu bergosip ria atau jangan-jangan mereka di culik sama hantu disekolah ini. Lama Karina berpikir sampai-sampai dahinya berkerut, tanda bahwa ia sedang berpikir keras.

"kenapa dahinya berkerut neng, lagi mikirin utang ya?" suara itu berhasil menyadarkan Karina dari pikirannya, sesaat setelah mendengar suara tersebut Karina langsung mendongak dan mendapati salah satu kelompok lelaki yang tadi Karina lihat berada di pojok yang sedang berbuat dosa yang bernama Cacing sedang tersenyum lebar seperti senyumnya Joker.

Cacing ini adalah salah satu murid ajaib di kelas XI Ipa 3, kenapa ajaib? karena dia orang super ajaib kalau mau bikin rusuh kelas, suka ngejailin cewe apalagi kalau masalah grepe-grepe sama cewek dia jagonya.

"kenapa kalau aku ada utang, mau bayarin?" tanya Karina ketus kepada Cacing yang lagi tebar pesona.

"Asal utangnya Karina abang rela......"

"Eh. Cacing tanah, lo lagi ngapain sama sahabat gue?!" ucapan Cacing terpotong akibat perkataan salah satu dari dari 5 perempuan yang sedang menghampiri Karina bernama Cika yang tak lain tak bukan sahabat Karina.

Akhirnya datang juga batin Karina.

"Gue nggak ngapain-ngapain, cuman lagi ngehibur my pretty Karina doang" sesaat Karina ingin membenturkan kepalanya ke mejanya, kalau saja ia tidak buru-buru berpikir bahwa ia tidak boleh mati sia-sia hanya karena mendengarkan kata-kata mutiara Cacing yang kelewat bagus sehingga bisa membuat siapapun yang mendengarnya akan langsung menangis histeris dan berakhir pingsan.

"Apa tadi lo bilang, Pretty? Pretty nenek lo. Pergi sana lo jangan gangguin Karina, lo mau gue masukin ke tanah supaya lo bisa ngumpul sama-sama teman lo. Mau?" tantang sahabat Karina yang bernama Keken, mendengar ucapan Keken yang dibarengi dengan pelototan khas Keken akhirnya si Cacing langsung pergi dan tak lupa mengucapkan perpisahan dramatis kepada Karina.

Karina AnatasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang