Bagian Empat

27 3 2
                                    

Di sinilah Karina terjebak dengan kebimbangan di hatinya. Bimbang antara menolong Axel atau pergi memberi tau Guru dan teman-teman Axel.

Tolong

Tidak

Tolong

Tidak

Tolong

jika ia menolong Axel secara langsung maka ia takut akan tatapan tajam yang akan Axel berikan padanya dan sikap Axel yang akan menolak petolongannya secara kasar, di lain hal kalau ia memanggil guru atau teman-teman Axel maka ia takut Axel akan menganggapnya melarikan diri lebih tepatnya tidak menolongnya dan pada saat Axel sudah sembuh maka ia akan di panggil ke ruang osis dan langsung di introgasi langsung oleh Axel khas seperti polisi.

Tanpa sadar Karina menghembuskan nafasnya kasar karena kebimbangan di hati dan otaknya.

Axel menggeram sakit saat penyakitnya memberi rasa sakit yang berlebihan. Tadi sebenarnya Axel akan keluar dan kembali ke kelasnya namun tiba-tiba penyakitnya memberi rasa sakit yang teramat sangat pada dadanya membuat Axel hampir jatuh namun untungnya Axel bisa menyeimbangkan tubuhnya.

Dengan setengah susah ia menyeret dirinya ke arah tembok paling pojok dekat pintu, menyandarkan punggungnya dan menutup matanya berharap sakit di dadanya akan hilang, tak lupa juga Axel menutup pintu agar tidak ada orang yang melihatnya ataupun masuk ke ruangan itu. Namun sialnya ia lupa mengunci pintu sehingga membuat Karina masuk ke dalam ruangan Osis.

"Kak Axel kenapa?" Setelah berperang dengan hatinya akhirnya Karina memutuskan untuk menolong Axel.

Karina merutuki dirinya yang melontarkan pertanyaan semacam itu. Sudah terlihat jelas bahwa Axel pucat dan bercucuran keringat di wajahnya yang menandakan bahwa ia sakit.

Ia hanya mampu menghembuskan nafasnya kasar saat tidak ada jawaban dari Axel.

Dengan segenap keberanian yang Karina kumpulkan, perlahan ia mulai maju mendekati Axel yang sudah menutup kembali matanya. Tanpa di ketahui oleh Axel, Karina sudah berada tepat di depannya sedang mengamati wajah Axel yang kesakitan.

Refleks tangan Karina menyentuh dahi Axel membuat si pemilik dahi membuka matanya dengan setengah terkejut dan langsung menepis kasar tangan Karina tanpa mempedulikan Karina yang meringis kesakitan. Ini lah yang Karina takutkan dari tadi, untung ia sudah memikirkan bahwa ia akan mendapat perlakuan kasar, jadi ia tidak terlalu syok ataupun kaget.

"Badan kak Axel dingin" Gumam Karina setelah tadi dia meringis karena tangannya yang di tepis kasar. Sedangkan Axel hanya diam berusaha menahan sakit yang sedang di rasakannya.

"Kak Axel sakit apa?"

"Kak Axel, sakit?" ulang Karina lagi.

"Gue... Kepala gu-e pusing" Axel mengucapkan kalimatnya dengan sedikit terbata-bata.

Karina yang mendengar ucapan Axel, langsung saja berdiri dan berjalan mengambil kotak P3K.

Mungkin ada minyak kayu putih di kotak P3K batin Karina

Dan batin Karina ternyata benar. Setelah ia membuka kotak P3K ia menemukan minyak kayu putih ukuran sedang, ia langsung saja kembali ke Axel untuk memberikan minyak kayu putih tersebut.

"Kak Axel bisa pake sendiri?" Pertanyaan Karina tidak mendapat jawaban dari Axel yang sudah menutup matanya lagi.

Sebenarnya Karina sudah takut akan menyentuh kepala Axel, takut di tepis dengan kasar lagi. Namun dengan segala keberaniannya ia membuka penutup minyak kayu putih dan menuangkannya di tangannya lalu mengusapkan ke kepala Axel.

Karina AnatasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang