"Karina, gue boleh minta tolong nggak?" Karina yang daritadi sedang fokus membereskan buku-bukunya untuk di masukkan ke dalam tasnya terpaksa terhenti dan langsung menoleh ke arah intan sumber suara tadi.
"minta tolong apa?"
"kalau aneh-aneh, aku nggak mau?" sambung Karina sebelum Intan sempat menjawab pertanyaan Karina sebelumnya.
"suodzon banget sih sama gue. Perbaiki tuh dahi udah berkerut kayak nenek yang kurang spa dan belaian suami" seketika Karina terkekeh mendengar perkataan Intan
"Gue minta tolong dong, kasih ini ke kak Bimo" seketika Karina mengkerutkan dahinya lagi saat menerima benda yang d sodorkan oleh Intan yaitu kunci mobil.
"Kunci mobil?"
"iya, itu kunci mobilnya kak Bimo"
"Jangan tanya kenapa bukan gue aja yang kasih" Sambung Intan saat menyadari Karina akan membuka mulutnya untuk melontarkan pertanyaan
"Aku nggak mau tanya gitu. Aku cuman mau tanya, kenapa bukan kak Bimo yang ambil kunci mobilnya langsung?" Sesaat Intan ingin sekali menuju ke pintu untuk membenturkan kepalanya mendengar pertanyaan Karina sekaligus melihat Karina yang memasang wajah polos.
"Udah gue bilang jangan tanya kenapa bukan gue yang kasih nih kunci mobil secara langsung" Karina yang bingung dengan perkataan Intan langsung terdiam sejenak namun itu tidak lama karena selanjutnya Karina melontarkan perkataan yang membuat Intan mengalami penurunan darah dan hampir saja pingsan.
"Aku kan nggak tanya kenapa bukan kamu yang kasih kunci mobil itu ke kak Bimo langsung tapi aku tanya kenapa bukan kak Bimo yang ambil kunci mobilnya langsung. Emangnya pertanyaan aku salah ya?"
"Pertanyaan lo emang nggak salah Karina, cuman kurang benar aja. Lagi pula pertanyaan yang lo lontarkan itu mempunyai tujuan dan inti yang sama yaitu gue ujung-ujungnya bakalan ketemu sama kak Bimo. Gue lagi pengen menghindar dulu untuk sementara waktu dari kak Bimo yang selalu minta jawaban dari aksi penembakan cinta dia!" Cerocos Intan yang hanya ditanggapi Karina dengn berohria sambil manggut-manggut membuat Intan yang melihat respon Karina seketika gemas.
"kadang gue meragukan kalau lo pintar dan selalu juara di kelas" Karina seketika langsung memicingkan matanya dan melihat ke arah Intan dengan tatapan tajamnya yang langsung dibalas dengan cengiran oleh Intan.
"Karina sayang, lo itu nggak cocok dengan tatapan tajam soalnya wajah lo itu polos dan imut-imut gimana gitu, lagi pula lo itu emang dari balita pembawaannya lembut. Di mana-mana bayi itu kalau nangis pasti keras, nah lo boro-boro keras nangis aja nggak kedengaran. Lo itu nangisnya kayak perpaduan antara syahrini yang lagi bicara dan banci yang lagi butuh belaian, itu sih kata ibu lo"
"Lagian kamu kenapa sih nggak langsung terima kak Bimo aja, setelah itu pasti urusannya langsung kelar. Eh, tapi tunggu dulu deh. Kok aku nggak lihat Cika, Novi, Keken, mereka ke mana?" Intan langsung memutar bola matanya malas membuat Karina langsung menatapnya bingung melihat ekspresi Intan.
"Itu lah lo, sibuk dengan dunia sendiri. Cika, Novi, Keken lagi pergi ganti baju Marching Band sekalian mampir ke kantin beli aqua buat kita sebentar. Mereka udah pamit sama lo tapi yang gue lihat lo malah sibuk sama dunia sendiri yaitu ngerjain pr matematika sambil dengar musik lewat earphone lo itu, akibat putus asa yang melanda diri mereka akhirnya dengan sangat terpaksa mereka pergi karena menyerah menghadapi lo yang sibuk berurusan dengan angka-angka yang bisa membuat semua orang mengalami perpecahan kepala" cerocos Intan panjang lebar dengan satu tarikan nafas.
"boleh tanya lagi nggak?"
"iya, tanya aja. Lagi pula lo dari tadi nggak berhenti-henti ngasih pertanyaan ke gue, gue kayak berasa lagi jadi tersangka korupsi yang selalu di tanya tanpa berhenti"

KAMU SEDANG MEMBACA
Karina Anatasya
Dla nastolatkówBagaikan hitam dan putih, itulah yang menggambarkan mereka. Seorang gadis polos yang hidup penuh kasih sayang dari para keluarganya dan sahabatnya di pertemukan dengan seorang laki-laki yang hidupnya jauh dari kata bahagia. Satu pertanyaan muncul da...