Happy reading guys... Typo selalu bertebaran..
Tak ingin berlarut-larut dengan masalah yang itu-itu saja, kuputuskan untuk bangkit dari keterpurukan. Arif memang sempat menggoreskan luka yang sampai saat ini tak akan bisa sembuh seperti semuula, dan dua laki-laki yang mengaku cinta padaku juga taka da bedanya. Menyakitiku dan menghinaku layaknya aku ini sampah. Tapi tentu saja itu tidak bisa menghambat laju langkahku. Tidak akan. Dan tidak akan pernah.
Mantan. Satu kata menyimpan beribu kenangan. Mantan itu bukan pahlawan yang jasa-jasanya patut untuk dikenang. Juga bukan mata pelajaran UN yang wajib dipelajari, apalagi dimengerti. Aku tidak begitu perduli definisi mantan untuk sekarang ini. Satu yang pasti, aku harus move on!! Gak peduli apapun alasannya.
Kepalaku sedikit terhuyung saat mencoba bangkit berdiri hendak menuju ke kamar mandi. Efek semalaman menangis tanpa jeda membuat keesokan harinya kepalaku berdenyut sakit. Efek sakit hati yang ditimbulkan Faris sukses membuat harga dan kepercayaan diri anjlok. Namun Tuhan masih menyayangiku, dikirimkannya penjagaku, Dimas dan Ayu yang cerewet. Sahabat dari smp dan bertahan sampai sekarang, hingga usiaku kini sudah menginjak dua puluh empat tahun.
Semalaman mereka berdua memilih menginap di rumahku, berniat menghiburku dan membangkitkan kepercayaan diriku. Mereka berdua sangat turut andil dalam mood bosterku. Aku tersenyum memperhatikan Dimas dan Ayu yang tidur di lantai beralaskan selimut tebal dengan saling memunggungi. Kemudian melangkah ke kamar mandi. Mandi. Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, terlalu pagi aku bangun di hari libur. Meski begitu aku tetap memilih bangun dari pada kembali tidur dengan bayangan Faris yang memakiku semalam.
Rumah terasa sepi. Itu disebabkan dirumah kecil minimalis ini hanya aku yang menempati. Ibuku meninggal, meninggalkan rumah kecil ini sebagai naunganku dari hujan dan panas. Aku tidak tinggal sendirian, ada adik perempuanku juga. Namun setelah ia lulus SMA, ia lebih memilih mengikuti pendidikan IPDN hingga tidak bisa lagi tinggal dalam satu atap. Kalian bertanya tentang ayahku? Sejak aku duduk dibangku kelas dua SMP, ayahku menikah lagi dengan janda beranak satu, dimana anak dari ibu tiriku berusia dua tahun dibawahku. Ibuku yang tidak ingin dipoligami memilih minta diceraikan. Alhasil sejak kelas dua smp kami bertiga tinggal di rumah ini. Rumah kecil yang nyaman untuk ditinggali. Namun itu tidak bertahan lama. Tujuh tahun berselang ibuku dipanggil Tuhan. Sakit demam berdarah yang diderita beliau tidak bisa membuatnya bertahan.
Setelah mandi dan berganti pakaian, langkahku mengarah ke teras. Suasana lembab setelah semalaman diguyur hujan membuat udara semakin sejuk dan dingin. Cuaca seperti ini enak dibawa tidur terlebih lagi ini adalah minggu pagi. Orang-orang pasti lebih memilih mengeratkan selimut. Kendati itu usul yang menggiurkan, tapi aku lebih memilih mengayuh sepeda mengelilingi kompleks.
Mengayuh pedal sepeda semakin laju di jalan sepi. Tak banyak kendaraan bermotor lalu lalang. Diarahkan setang sepedanya ke arah gerbang perumahan elit. Perumahanku berdekatan dengan perumahan elit. Perumahan dimana jalannya begitu lebar, asri karena tiap jalannya ditanami pohon-pohon rindang, belum lagi tiap spot dihiasi air mancur, patung kuda, bahkan duplikat patung singa di Singapura. Bahkan, perumahan ini mempunyai rumah sakit sendiri, sekolah sendiri, dan universitas sendiri. Layaknya kota dalam kota. Melihat perbandingan yang kontras seperti ini, aku yang justru penghuni kompleks sederhana merasa sedikit minder.
"Ngapain kamu main di sini?! Ini lapangan basket tempat anak bermain yang punya Mama saja!"
"Iya! Kamu gak punya mama, gak boleh main disini!"
"Sana!! Pergi sana!!"
Kayuhku berhenti, memilih memperhatikan segerombolan anak kecil kaya yang adu mulut. Tidak bisa dikatakan adu mulut juga, karena anak laki-laki yang kutaksir berusia tujuh tahun itu memilih diam memeluk bola baksetnya erat dari pada membalas ejekan segerombol anak laki-laki yang kutaksir berusia delapan tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be With You
Romance"Pokoknya kalo ada cowok yang mau nerima aku apa adanya, mau dia jelek kek, miskin kek, gagap kek. Aku gak peduli! Peduli setan kalo dia duda punya buntut anak satu!. Yang penting tahun ini aku pengen Nikah!!" -Maura Selena, 24 tahun "Pokoknya Raka...