Part 5

115 7 3
                                    

Via duduk di sofa yang ada di sudut kamarnya.

"Dasar cowok yaa, udah nabrak bukannya minta maaf malah cuma ninggalin kartu nama terus pergi gitu aja!" dumel Via

Dia memutar-mutar kartu nama yang di berikan oleh orang yang menabrak mobilnya tadi.

"Alvino Dirga ..." via menengadahkan kepalanya seperti orang yang sedang berfikir.
"Kayak pernah denger tuh nama, tapi siapa yaa??"

#flashback

"Ini jalan tumben banget pake acara macet sih, udah kebelet juga nih.." cerocos sivia sambil terus memukul setir mobilnya.

Ia sedikit demi sedikit menjalankan mobilnya di tengah kemacetan.

Braakkk ...

Sivia sedikit terdorong ke depan dan hampir membentur benda berbentuk lingkaran di depannya.

"Tuh orang ga bisa nyetir apa ?!" omel sivia sambil keluat mobil menghampiri mobil di belakang mobilnya.

Tok tok tok

Sivia mengetuk kaca mobil itu keras.

"Buka !!" teriak via.

"Apaan sih ?" balas orang itu setelah membuka kaca mobilnya.

"Turun lo!"

"Ogah, lo gatau di luar lagi panas-panasnya."

"Eh lo tuh cowok yaa. Pengecut banget lo takut ama panas. Turun sekarang ga?"

Tak terima karena dikatai pengecut lelaki itupun turun.

"Kenapa nyuruh gue turun segala ?" tanyanya tak sabar.

"Noh ... Bumper mobil gue lecet gara-gara lo. Bisa nyetir kagak sih loh!" via menunjuk bumper mobilnya yang belakang.

"Yaampun lecet dikit doang lo udah seheboh ini. Please deh, lebay lo!" lelaki itu pun tak mau kalah.

"Gantu rugi ga lo! Kalo lo ga mau gue teriakin copet nih." ancam sivia.

"Apaan ? Gaada acara ganti rugi segala." lelaki itu hendak masuk kembali ke mobilnya, namun dicegah oleh sivia.

"Lo beneran mau di teriakin yaa biar dikeroyok orang sini iyaa?" ancam sivia lagi.

Lelaki itu menghela nafas dalam, lalu merogoh sakunya dan memberikan kartu namanya pada sivia.

"Tuh kartu nama gue. Bawa aja ke bengkel ntar kirim tagihannya ke gue. Puas! Noh lampu udah ijo. Minggir lo!"

Sivia mematung sesaat lalu bergegas kembali ke mobilnya dan menjalankannya.

#flashback off

"Ah bodo amat, awas aja sampe ketemu gue lagi. Gue bikin makin sipit tuh mata." omel Sivia.

Berbeda dengan Sivia, Ify sedang berjalan di taman di dekat tempat ia turun tadi. Dia memutuskan untuk duduk di salah satu bangku taman setelah selesai berkeliling.

Ia memejamkan matanya merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Perlahan setetes air matanya jatuh dan lama kelamaan semakin banyak.

"Ify, lo masih kuat kan? Lo bisa ngelewatin ini semua..." ucapnya pada dirinya sendiri.

"Lo masih punya banyak orang di samping lo, lo ngga sendiri." Ify menyeka air mata yang masih terus berjatuhan.

Ia teringat semua yang telah keluarganya lakukan terhadapnya hingga saat ini. Mama yang dulu sangat menyayanginya sekarang bahkan enggan untuk sekedar memanggil namanya. Papa, tempat ia bermanja sekarang sudah jarang ada di rumah, dan sekalinya dirumah akan sangat enggan bertemu muka dengan Ify. Cakka, kakak laki^ yang dulu selalu menjahilinya sekarang selalu bersikap kasar terhadapnya. Jujur Ify sangat merindukan keluarganya dulu. Semakin ia mengingatnya semakin deras pula air matanya jatuh. Semakin dalam pula luka dalam hatinya.

"Nangis mulu, fy..." ucap seseorang sambil mengulurkan sapu tangan pada Ify.

Ify menoleh ke arah orang yang ada di sebelahnya.

"Alvin? Ngapain lo..."

"Seharusnya yang nanya itu gue. Lo ngapain nangis di taman kek gini? Kurang kerjaan apa gimana lo?"

Ify menyeka air matanya. "Lo pernah ngerasain ngga,vin..."

"Ngga, belom pernah ngerasain."b sahut Alvin.

"Ih, gue belom selesai juga udah dijawab aja." Ify memukul pelan lengan Alvin.

"Hehehe.. Lanjutin dah" cengir Alvin.

"Tau rasanya orang yang lo sayang, yg udah hidup sama lo dari dulu, tiba^ berubah karena kesalahan yang lo buat. Meskipun lo ngga sengaja. Gue ngalamin itu,vin. Sejak gue masih kecil. Gue yang masih perlu perhatian orang tua gue, diabaikan begitu aja. kesalahan itu fatal, bahkan sangat fatal. Tapi gue sepenuhnya ngga sengaja dan ngga ada maksud. Sampe sekarang apa yang seharusnya gue dapet dan gue rasain, gue ngga pernah ngerasain itu. Tangan ini..."
Ify menyusut air matanya yg tiba^ jatuh kembali. "Tangan yang udah ngebuat gue dalam keadaan kayak gini sekarang. Diabaikan, dibentak, dikasarin, bahkan ngga pernah dianggap sebagai bagian dari mereka. Gue tanggung itu semua. Tapi salah ngga sih, kalo gue ngerasa gue udah capek sekarang. Gue pengen berhenti sekarang. Gue udah ngga kuat, vin. Gue sendirian, gue ngga punya siapa^." Alvin menjadi pendengar yang baik tanpa berniat memotong ucapan Ify. Ify menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. Bahunya bergetar.

Ify menangis lagi.

Alvin berinisiatif mengusap punggung Ify untuk memberinya kekuatan.

"Lo udah bertahan selama itu, fy. Lo pasti bisa kok ngelewatin itu. Dan sekarang lo ngga sendiri lagi. Ada kita, sahabat^ lo. Ada gue yang akan selalu siap bantu lo kapanpun."

Ify menatap lekat mata Alvin. Kemudian tersenyum.

"Maaf, gue jadi ceritain masalah gue ke lo. Ke Shilla aja gue selalu mangkir ngga mau cerita."

"Lo bisa cerita apapun ke gue, fy. Yang harus lo tau, lo ngga sendirian sekarang. Okee." Alvin menghapua air mata yang ada di pipi Ify. "Senyum dong, fy. Lo jelek nangis mulu dari tadi." ucapan Alvin membuat Ify terkekeh.

"Makasih banyak yaa, vin. Mendingan gue balik sekarang karenabudah malem, takut di cariin."

"Siapa yang nyariin, fy?" goda Alvin.

"Ngga ada, puas hahaha."

"Udah ayok balik, gue anterin."

"Ngga usah, vin. Gue bisa pulang sendiri. Lo buruan balik gih."

"Udah ayok ah." Alvin langsung menarik Ify ke arah mobilnya dan mengantarnya pulang.

=========================
TBC

Voment kakak
Butuh saran buat perbaikan cerita aku nih ^_^

Tak Berujung IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang