Ini ff yang benar - benar fiksi 😊
Happy reading 😊Kembali pada adanya pilihan. Bisa jadi pilihan tersulit dalam hidupmu, dimana harus ada nyawa orang lain yang terlibat. Seperti, 'aku atau kau yang mati', tidak ada jalan keluar indah, semudah, 'kita berdua akan selamat, dan hidup bahagia selamanya. '
Mengutamakan kepentingan orang lain di atas diri kita sendiri memang bagus. Sedikit berkorban sehingga banyak nyawa terselamatkan. Menjadi lilin, menerangi kehidupan di sekitarnya walau diri sendiri harus meleleh habis terbakar. Itu berlebihan.
Karena itu, ingatlah salah satu hal yang Tuhan benci. Dia membenci makhluknya yang berlebihan. Jika kau ingin berguna untuk orang lain, lakukan semampumu. Kalau orang lain membutuhkan bantuanmu, iyakan sebisamu. Jangan berlebihan, memaksakan diri, dan berakhir menyakiti diri sendiri.
Banyak orang dengan keyakinan demikian, namun tidak sedikit yang menentangnya. Dengan lantang mereka berteriak, 'aku akan berusaha sampai mencapai batasku, jika itu untuk kepentingan orang banyak, walau nyawa jadi taruhannya. '
Lee Donghae orangnya.
***
"Kita ada tamu hyung... "
Hyukjae spontan menghentikan laju kursi roda Donghae, terdengar ketukan pintu setelahnya.
"Eomma, Hyuk hyung, jangan terbawa emosi, kita sudah berdamai. " benar tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Donghae, Hyukjae dan eomma saling pandang kebingungan.
"Masuk, Kyuhyun ah. " Donghae sedikit berteriak, meminta orang yang di luar untuk masuk, sekaligus menjelaskan maksud dari kalimat dia sebelumnya.
"Cho Kyuhyun? " Hyukjae seraya menyebut namanya, bersamaan dengan Eomma Lee yang bergumam rendah.
Tidak pernah mereka lupakan nama itu, anak itu, sosok kurus tinggi, berkulit pucat dengan wajah menyebalkan, yang hampir saja menghancurkan masa depan magnae mereka.
Ingin sekali Eomma Lee berteriak mengusirnya, Hyukjae menahan nafsu untuk tidak melayangkan tinjunya. Jika tidak mengingat pesan Donghae sebelumnya, apa lagi yang berhak mereka lakukan jika yang bersangkutan telah berdamai, seakan melupakan begitu saja masa lalu Donghae yang mengerikan berkat Kyuhun.
Sekarang, mereka bahkan berteman.
"Ahh... Kalian sudah lama tidak bertemu bukan? Kyuhyun ah beri salam, dan kita harus segera pergi. "
Seperti tidak ada yang pernah terjadi sebelumnya, dengan mudahnya Donghae meminta Kyuhyun berbasi - basi pada eomma dan hyungnya. Diapun membungkuk dalam, memberi salam dengan sedikit rasa sungkan, dan lebih banyak penyesalan tentu saja.
"Lama tidak bertemu hyung, bibi Lee. " yang hanya dibalas dengan senyum tipis oleh eomma Lee, sedangkan Hyukjae masih dengan wajah datarnya, tidak berniat sedikitpun menanggapi basa - basi Kyuhyun.
Hmm... Semua perlakuan kurang menyenangkan itu, Kyuhyun pantas menerimanya.
Mereka bertiga kini berjalan beriringan, mengikuti kemana saja Donghae menunjuk. Malam semakin larut dan jam berkunjung telah habis, sehingga Donghae dan kedua orang di belakangnya yang sama sekali belum terlibat perbincangan sejak mereka bertemu tadi, dapat dengah mudah melewati lorong - lorong rumah sakit, beberapa belokan, dan sekali menggunakan bantuan lift.
"Berhenti hyung, " Donghae menekan tuas rem di kursi rodanya mendadak, mengingat kecepatan berjalan mereka yang stabil dan relatif cepat hampir saja Hyukjae terjungkal kedepan, jika Kyuhyun tidak ikut membantu menahan lengan kanannya.
"Terimakasih. "
"Hanya bantuan kecil hyung, tidak perlu sungkan. "
Canggung sekali, tapi Kyuhyun masih berusaha.
"Yak, Hae, jangan berhenti mendadak! "
"Maaf hyung, di sini tempatnya. Adikmu di dalam Kyuhyun ah. " mata Donghae fokus pada dua daun pintu tepat di sebelah kirinya.
Kyuhyun mulai mengikuti arah pandang Donghae, matanya berkaca - kaca, kakinya lemas hanya untuk berjalan, dengan sedikit terhuyung, Kyuhyun masuk, di ikuti Donghae dan Hyukjae di belakangnya.
"Bawa aku mendekat hyung, " Donghae melewati begitu saja Kyuhyun yang hanya berdiri, diam, melihat adiknya terbaring lemah tidak sadarkan diri. Donghae tahu Kyuhyun hancur, tapi dia tidak bisa menghiraukan korban lainnya.
"Apa mereka sudah mengambilnya? Apa yang mereka ambil? JAWAB AKU LEE DONGHAE! " Kyuhyun berteriak, histeris, air matanya mengalir deras membuatnya sesenggukan seperti tangis anak kecil ketika terluka.
Tidak ada suara dari Donghae menjawab pertanyaan emosional Kyuhyun. Tangan kanannya bergerak perlahan menyibak sedikit pakaian pasien yang dikenakan Cho Ara, terlihat di sana perban besar bekas operasi di bagian kanan bawah perutnya.
Donghae menikmati tangisan pilu Kyuhyun, bagaimana bisa manusia jenius terealistis yang pernah dia kenal bisa seemosional ini, bahkan Kyuhyun belum berani mendekat ke arah mereka.
Bukan bermaksud tidak peduli pada penderitaan Kyuhyun, tapi bagi Hyukjae, Donghaelah prioritasnya, dia yang terpenting saat ini. Bisa saja dia mendekat, dan memeluk Kyuhyun hangat, namun dia tidak ingin. Karena belum lama dia mengalihkan perhatiannya pada Kyuhyun, wajah Hyukjae kembali menunjukan kecemasannya melihat Donghae memejamkan mata dengan tangan kiri menggenggam tangan kanan Cho Ara lembut.
"Hyuk hyung, tolong minta Yesung hyung untuk menjemputku. Aku menemukan mereka. "
Keputusan Donghae final, tidak ada yang bisa merubahnya. Persis seperti sebelumnya, ketika dia memaksa Yesung dan Hidden tim mengubah rencana sesuai dengan keinginannya. Bukan tanpa alasan, karena keputusannya selalu di dasari oleh visions yang keakuratannya tidak perlu diragukan.
Malam sebelumnya, di ujung penyebrangan jalan, saat Donghae terduduk lemas tanpa sebab yang jelas, dia melihat Yesung tergeletak berlumuran darah di atas dingin dan kasarnya aspal ketika mencoba menolong Donghae.
Merubah rencana, menyelamatkan nyawa Yesung dan mengorbankan dirinya sendiri. Bukankah terdengar seperti Donghae?
Pun malam ini, tanpa memikirkan kondisinya sendiri, dia memutuskan ikut serta dalam pencarian Hidden tim di lokasi kedua. Berdasarkan vision yang dia dapatkan dari Cho Ara, Donghae yakin, Hidden tim akan kesulitan menemukan tempatnya jika dia tidak terlibat.
"Kyuhyun ah, kau harus kuat.Cari dokter yang menangani adikmu. Minta penjelasan tentang bagaimana keadaannya saat ini. Aku mohon, jernihkan pikiranmu! Ara membutuhkanmu sekarang. "
Hyukjae dan Donghae meninggalkan Kyuhyun dengan segala kehancurannya. Tentu saja setelah sedikit menyadarkannya.
***
Hidden tim dengan beberapa tim tambahan kini telah sampai di area parkir sebuah apartemen mewah di lingkungan yang sama dengan rumah sakit di mana Donghae dirawat. Setelah dengan berat hati mengiyakan keputusan Donghae untuk terlibat, dan didasari oleh sejumlah alasan yang dia kemukakan untuk mendukung keputusannya. Yesung luluh begitu saja, selalu, seperti biasanya.
"Kita akan shooting film action hyung. " sebelum turun dari van, Hidden tim mencoba sedikit menyusun rencana, mereka tidak ingin gagal dan berakhir dengan jatuhnya korban, lagi. Namun siapa sangka, di tengah ketegangan mereka berkosentrasi, pekikan Donghae membuyarkan semuanya.
Donghae terlalu bersemangat untuk ukuran seorang pasien dengan satu ginjal, bahkan jarum infus masih tertancap di sana, ikut kemanapun inangnya pergi. Matanya sayu, wajahnya kuyu, dan semakin pucat. Dia tidak tahu seberapa khawatirnya Hyukjae dan Yesung yang melihatnya.
Berawal dari area parkir bawah tanah, Hidden tim bergerak masuk, melewati bagian receptionis penerima tamu. Mereka tertahan di sana, salah seorang keamanan tidak membiarkan mereka masuk walau Yesung menunjukan lencana kedetektifannya dan memberikan surat perintah pemeriksaan.
"Ahjussi bisakah kau memukulnya saja? Dia salah satu dari penculik Jung Suzy, aku pastikan Kepala Jeon akan memberimu pujian nanti. "
Hyukjae menghela nafasnya kasar mendengar Donghae mempengaruhi ahjussi - ahjussi berbadan besar kekar anak buah kepala Jeon. Tidak apa terdengar sedikit konyol, Donghae benar tidak bisa berlama - lama, dia mulai kewalahan menahan sakit di pinggangnya.
Siapa sangka, usaha Donghae berhasil, dengan penuh keyakinan, ahjussi tadi melakukan begitu saja apa yang Donghae pinta. Sekali hantam, petugas keamanan yang menghalangi jalan mereka terkapar pingsan. Tidak ada yang tidak terkejut, termasuk Hyukjae yang bahkan sudah tahu sebelumnya, sedangkan Donghae hanya tersenyum kecil.
"Hyung ayo, " Donghae menyadarkan Hyukjae dan yang lain dari keterkejutan mereka, mereka mulai bergerak maju.
Lagi - lagi, Donghae menekan tuas remnya mendadak, berhenti tepat di samping petugas keamanan yang kini tergeletak lemas tidak sadarkan diri.
"Kita membutuhkannya hyung, " jari telunjuk Donghae mengarah pada tag id yang masih tergantung rapi di saku kemeja petugas tadi.
"Ini hanya seperti tag id biasa Hae, tidak ada yang special. " seperti biasa, hanya detektif Nam yang bisa menggoda Donghae di saat seperti ini.
"Ah Yesung hyung, kita semua tidak akan muat dalam 1 lift, biarkan detektif Nam tinggal di sini hyung. " pembalasan Donghae kadang lebih menyakitkan. Mengundang tawa kecil dari hyung lainnya.
Donghae, Hyukjae, Hidden tim, dan tambahan 3 petugas kepolisian kini telah siap di dalam lift.
"Yesung hyung yakin ini cukup? Kita hanya punya 1 tag id, mereka tidak akan bisa menyusul kemana kita akan pergi tanpa itu. " tidak ada yang benar - benar mengerti apa maksud Donghae, kemana dia akan membawa yang lainnya pergi? Kenapa yang lain tidak bisa menyusul dengan lift lainnya?
Enggan bertanya lebih lanjut, kalau pada akhirnya Donghae yang selalu benar, detektif Ahn menambah 2 ahjussi anak buah Kepala Polisi Jeon, sampai beban maksimal lift.
"Apa kau yakin tidak apa - apa Hae? Bukankah ini terlalu sesak? " kembali Hyukjae harus mengkhawatirkan asma Donghae.
"Tidak apa hyung, ini hanya sebentar. "
Pintu lift mulai tertutup, Donghae menekan no lantai tertinggi di gedung itu.
"Kita akan ke penthouse Donghae ya? "
"Kita akan ke super penthouse Namu hyung. "
Dua puluh empat detik kemudian mereka sampai, pintu lift terbuka.
"Jangan ada yang keluar! " pinta Donghae, matanya terpejam dengan tangan kiri menempel pada dinding lift di depannya. Donghae mulai kesulitan bernafas, keringat dingin telah membasahi poni dan keningnya. Tangannya bergerak cepat membolak - balik tag id yang sedari tadi di tangannya.
"Salah Hae, itu terba... "
Belum sempat Detektif Nam melanjutkan kalimat koreksinya, namun apa yang dilakukan Donghae membuatnya kembali menjadi orang yang 'salah'.
"lik... "
Di saat tag id yang sengaja Donghae balik posisinya menempel pada id pad yang telah di sediakan di dalam lift, pintu lift kembali tertutup, di ikuti dengan tombol lantai 8 yang semula menyala jingga seperti yang lain, kini berwarna biru, berganti warna.
Penuh keyakinan Donghae menekannya kemudian.
"Kalian siap? "
***
"Adikmu tidak akan bertahan hanya dengan satu ginjal, Siwon ah. "
Mulut Siwon seakan terkunci rapat, tidak ada kata yang mampu keluar begitu mendengar kalimat dr. Shin. Dadanya seakan penuh dengan air, membuatnya sakit dan sesak secara bersamaan. Penglihatannya mulai mengabur, terganggu oleh air mata yang menggenang.
"Apa hanya itu yang ingin kau katakan? Kenapa kau berhenti? Teruskan kalimatmu! " Siwon meninggikan nada bicaranya, tidak salah jika Siwon masih belum bisa menerima kenyataan itu, tapi dia yakin ada hal lain yang ingin dr. Shin katakan.
Gelengan kecil dari dr. Shin seakan angin surga bagi Siwon, mengurangi kecemasannya.
"Tepat kemarin, satu tahun yang lalu. Ada seorang AB- mendaftarkan dirinya sebagai calon pendonor. "
"Hah... Organ apa yang ingin dia donorkan? "
"Tenanglah, dengarkan dulu detailnya! "
"Maaf, lanjutkanlah... "
"Seperti yang Donghae butuhkan, ginjal bagian kanannya. Tapi, syarat yang dia sebutkan sungguh membuat kami keheranan, bahkan Rumah sakit sempat gempar ketika berita itu tersebar dari mulut ke mulut perawat di sini. Bagaimana bisa, bagaimana mungkin? Bahkan olehku sendiri, itu terdengar tidak masuk akal. "
"Apa syaratnya? "
"Seakan dia tahu apa yang terjadi satu tahun yang akan datang, kemarin. Dia tahu apa yang terjadi pada Donghae dan apa yang Donghae butuhkan, dia mengetahuinya sejak satu tahun yang lalu Siwon ah. "
Hal demikian bukan hal baru bagi Siwon, kagetnya hanya tertuju pada kenyataan bahwa ada orang lain seperti Donghae. Orang itu di sekitarnya, dia tahu Donghae, tapi tidak dengan sebaliknya. Ada rasa takut dan khawatir muncul di hatinya, apa dia orang baik? Siwon takut, sungguh, tapi dia coba hiraukan ketika kembali mengingat apa yang Donghae butuhkan dari orang itu.
"Katakan saja apa syaratnya Shindong ah! "
"Dia hanya ingin mendonorkan ginjalnya pada Lee Donghae, tidak pada orang lain, apapun kondisinya. "
"Bukankah itu lebih baik? Apa masalahnya? "
"Ada yang lebih membutuhkannya dari pada Donghae, adikmu bisa menunggu 2 hingga 3 bulan ke depan, tapi tidak dengannya, Siwon ah. "
Siwon kembali meyunggingkan senyumnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.
"Hyuk hyung dan aku, adalah saudara kandungnya, kami AB, tapi tidak satupun dari kami berhesus negatif. Menurutmu 2 atau 3 bulan cukup mendapatkan donor yang cocok untuk Donghae? Seharusnya kau lebih tahu itu! "
"Tapi Siwon ah... "
"Lakukan saja seperti apa yang pendonor itu inginkan, Donghae harus selamat, walau orang lain akan mati. "tbc
Baru seminggu, tapi sudah ada yang minta up. Saya sungguh menikmati apresiasi reader nim semua. Terimakasih, saya sangat menghargainya 😊🙇
Pernah dengar istilah "taburkanlah pasir ke muka orang yang memujimu"?
Akhir-akhir ini saya takut ketika begitu banyak komen positif masuk, dan secara otomatis saya akan begitu bahagia membacanya, dan dengan semangat meresponnya.
Takut, karena pujian reader nim semua akan dengan mudah membuat saya lupa diri.
Takut karya saya akan banyak mengecewakan reader nim yang terlalu banyak berharap pada kelanjutan ff saya.
Jadi sekali lagi dan selalu, saya minta maaf jika ff saya mengecewakan dan tidak sesuai dengan ekspektasi reader nim semua.
Terimakasih sudah membaca. 😊🙇
Sampai jumpa di hari Jumat selanjutnya.
Semoga Tuhan mengijinkan.Habi. 🙆
KAMU SEDANG MEMBACA
another GIFT [Completed]
FanfictionPerjalanan masih berlanjut. Tegakan kepalamu, dengan segala kelebihan yang Tuhan berikan hadapi semua yang menghadangmu. Lee Donghae Sequel GIFT