Ini ff yang benar - benar fiksi. 😊
Jauh dari bacaan yang bermutu. 😊
Hanya sekedar menghibur. 😊
Selamat membaca reader nim semua 😊"Maafkan kami tuan, pasien datang dalam keadaan koma, dia bersama walinya saat itu, ketika ada pasien VIP kami membutuhkan donor ginjal, walinya begitu saja menyetujui pendonoran tersebut. "
Kyuhyun tersenyum sinis menahan emosinya mendengar penjelasan dari salah satu petugas kesehatan yang bertanggung jawab atas adiknya.
"Silahkan, anda pelajari. Kami memiliki data lengkap pasien, namanya Park Hye Jin, bukan Cho Arra, tuan. "
"Dimana walinya sekarang? "
"Beliau belum kembali ke rumah sakit setelah proses pendonoran tersebut berhasil. "
"Kalian tidak curiga? "
"Bukan beg... ""Tentu saja tidak, jika biaya perawatan pasien telah terlunasi. Betul begitu bukan? Bahkan kalian tidak akan perduli. "
"Anda kelewatan tuan Cho. ""Aku ingin tes DNA, kalau dia terbukti Cho Ara, adikku, aku pastikan, rumah sakit dimana anda bekerja tidak akan bertahan lama. Lebih baik anda bersiap mencari pekerjaan lain. "
Penuh amarah, Yesung berdiri dari duduknya kasar, hendak meninggalkan ruang seluas 9 meter persegi yang berasa begitu sempit untuknya, menghimpit dadanya sesak. Sebelum itu...
Tok..Tok..
Tok..
"Selamat malam, kami dari pihak kepolisian. "
Seorang petugas kepolisian datang membantu Cho Kyuhyun, dengan selembar surat perintah pemeriksaan memberinya hak penuh untuk mengadakan penyelidikan. Meluruskan semua masalah, membenarkan bahwa pasien mereka adalah Cho Arra, adik Cho Kyuhyun yang dilaporkan hilang.
Menemukan jalan terang bagi kedua pihak, rumah sakit meminta maaf dalam, Cho Kyuhyun tulus memberi maaf. Namun masalah lain muncul, akhirnya Cho Kyuhyun mengetahui keadaan Cho Ara yang sebenarnya.
Kebahagiaan Kyuhyun yang berhasil menemukan adiknya tidak bertahan lama, diagnosa dari dokter benar - benar menjatuhkannya pada titik di mana Kyuhyun merasa tidak berguna, tidak ada daya untuk melakukan sesuatu demi menyelamatkan keluarga satu - satunya.
***
"Ahjussi kalian bisa berdiri tepat di depan pintu? Detektif Goo, anda bisa menggantikan saya, berdirilah di belakang Donghae. " Hyukjae coba menyusun posisi mereka, memaksimalkan fungsi anggota mereka yang minimalis. Menempatkan kedua ahjussi anak buah kepala polisi Jeon sebagai pion, berdiri di barisan paling depan, dan melindungi anggota tercantik mereka, detektif Goo.
"Baik sunbaenim. " sepertinya mengiyakan perintah Hyukjae adalah pilihan terbaik bagi detektif Goo saat ini. Dia beralih menggantikan Hyukjae yamg telah berdiri di samping kursi roda Donghae.
"Detektif Nam dan kalian berdua, amankan para sandra. Yang lain fokus pada penjaga dan tenaga medis. Berhati - hatilah, utamakan keselamatan kalian. " Detektif Ahn melanjutkan apa yang telah dimulai Hyukjae.
Ini saatnya.
Mendengar Donghae yang mulai berhitung mundur, member Hidden tim mengeratkan genggaman senjata mereka.
3...
2...
Pintu lift terbuka...
Ada sekitar 8 penjaga di sana, berdiri berjauhan di setiap sudut ruangan, belum lagi petugas medis yang jelas berdiri di pihak mereka, walau tidak bisa dikatakan berbahaya, tapi akan sangat merepotkan jika masing - masing diantara mereka akan mencari kesempatan dalam keributan ini untuk menyelamatkan diri.
"KAMI PIHAK KEPOLISIAN, MENYERAHLAH!! KALIAN TERKEPUNG! "
Detektif Ahn berteriak, kekacauanpun dimulai.
Beruntung, penjaga di sana tidak di siapkan untuk menghadapi ahjussi - ahjussi kekar seperti anak buah Kepala Polisi Jeon, mereka terbiasa menangani sandra dengan kekuatan fisik biasa - biasa saja sehingga dengan mudah dapat di kendalikan.
Yesung masih setia berdiri tepat di depan Donghae, tidak berniat bergeser sedikit saja dari sana, tidak ingin kembali lengah, dan lagi - lagi gagal melindungi Donghae. Terlebih melihat rekannya yang mampu mengendalikan situasi.
Benar, kurang dari 30 menit situasi dapat dikendalikan oleh Hidden tim. Menangkap 8 pejangga, 5 tenaga medis yang terlibat, dan berhasil menyelamatkan 21 sandera, termasuk Jung Suzy.
Mengingat keadaan Donghae yang kurang baik, Hyukjae berniat meninggalkan TKP lebih dulu. Memang keadaan Donghae semakin mengkhawatirkan, wajahnya semakin pucat, dan terlihat bercak darah di bajunya, sepertinya luka operasinya kembali terbuka.
"Tunggu hyung, " Donghae menahan tangan Hyukjae yang hendak membawanya pergi.
"Kita harus segera kembali ke rumah sakit Hae, "
"Bawa aku berkeliling hyung. " suara Donghae terdengar sangat lemah, tapi dia paksakan, dia masih harus membantu menangkap dalang di balik kejahatan ini, pikirnya.
"Cukup Hae, kali ini tidak ada bantahan. Kau yang harus dengarkan hyung! "
"Tapi hyu... Arghh... Hah... Hhh... Hah... "
Hyukjae kaget melihat Donghae yang mengerang kesakitan menutup kedua mata dengan telapak kanannya, seakan sesuatu yang buruk masuk ke penglihatannya.
"Donghae ya... Kau tidak apa - apa? " Yesung berteriak panik begitu melihat kondisi Donghae, dia mulai kehilangan kesadaran, jika tidak di tahan oleh Hyukjae, tubuh Donghae yang duduk di kursi roda sudah jatuh tersungkur.
"Yesung hyung bantu aku menggendongnya, kita tidak bisa membawanya dengan kursi roda, hati - hati lukanya. " perlahan - lahan mereka membawa Donghae ke atas punggung Hyukjae, dan detektif Goo membantu membawa kantung infusnya, nampak jelas kekhawatiran di wajah member Hidden tim lainnya.
Semoga Lee Donghae baik - baik saja.
***
Siwon menatap kosong jendela di sebelah kirinya, kemudian mengangkat wajah berusaha menghalangi air matanya yang lagi - lagi berlomba ingin keluar. Bagaimana tidak, telah dua hari adiknya tidak kunjung sadar, dokter pun tidak ingin mengambil resiko lebih dengan melakukan operasi transplantansi ginjal disaat keadaan Donghae belum stabil.
Setelah meminta Hyukjae untuk menemani eommanya makan siang, Siwon kini sendirian di kamar rawat Donghae. Jika biasanya dia yang paling tenang, realistis, dan selalu mengandalkan logikanya, tidak untuk kali ini.
Kali ini, Siwon mengandalkan perasaan, lebih emosional, serta mengutamakan egonya. Seperti berusaha membentengi diri, menguatkan pertahanannya, berharap tidak akan mudah roboh jika sewaktu - waktu ada satu atau dua hal yang akan mengecohkan pikirannya, dan berakhir dengan mengubah keputusannya.
Seperti rasa 'iba', mungkin.
"Hyung... " lamunan Siwon dibuyarkan oleh panggilan Donghae, suaranya serak, terdengar sangat lemah, tapi Siwon bisa mendengarnya dengan jelas, karena inilah yang paling dia rindukan.
"Hae ya, syukurlah. " Siwon berlari mendekat keranjang Donghae, dia elus kepala adiknya dengan sayang, penuh kerinduan dan rasa syukur. Tangan kirinya bergerak ke atas kepala Donghae, menekan tombol emergensi yang di sediakan. Selang 2 menit, dr. Shin dan beberapa perawat datang, mereka meminta Siwon menunggu di luar, sementara dr. Shin memeriksa keadaan Donghae.
Siwon mulai cemas, hampir 20 menit dr. Shin di dalam, tapi mereka tidak kunjung keluar. Walau sekarang ada eomma Lee dan Hyukjae yang menemaninya, tetap saja rasa itu tidak berkurang sedikitpun.
Cklek...
"Dr. Shin bagaimana? " itu eomma Lee.
"Donghae mulai stabil, anda tidak perlu cemas tante, 2 - 3 hari lagi jika kondisinya semakin bagus kita bisa melakukan operasinya. " ketika Shindong mengatakan kalimat yang bersinggungan dengan operasi, dari sudut matanya dia melihat ke arah Siwon, yang sayangnya tidak sedikitpun tersinggung masalah itu.
"Bawa aku padanya Wonnie hyung, " begitu Siwon, Hyukjae, dan eomma Lee masuk, Donghae langsung meminta sesuatu yang sama sekali tidak mereka mengerti, kecuali Siwon tentu saja.
Kemana, pada siapa, Hyukjae bertanya - tanya dalam hati, ada apa dengan kedua adiknya, apa yang mereka sembunyikan.
"Ada apa sayang?" eomma Lee dengan lembut bertanya, sedangkan Siwon hanya bisa menunduk, dia tahu Donghae sudah melihatnya dari dr. Shin, dia hanya belum siap menghadapi reaksi Donghae kali ini.
"Eomma, katakan padaku, bagaimana aku bisa hidup, kalau hah...hh...di luar sana akan ada orang lain yang mati karena ku eomma? " emosi Donghae mulai tidak terkontrol, berpengaruh pada pernafasannya yang mulai memburu.
Eomma Lee dan Hyukjae yang masih belum paham akan situasi dimana mereka berada sekarang, hanya bisa berusaha menenangkan Donghae, mereka tidak ingin memperburuk keadaannya.
"Hentikan omong kosongmu, LEE DONGHAE!! " ini pertama kalinya Siwon berteriak, membentak Donghae keras.
"Siwon ah, kita bicara di luar! " Hyukjae mengajak Siwon keluar, meminta penjelasan, bagaimana bisa dia menengahi kedua adiknya yang berselisih paham jika tidak ada sedikitpun yang dia ketahui.
Hyukjae takut, Donghae yang keras kepala dan Siwon dengan pendiriannya, jika berlawanan bisa berakibat fatal pada persaudaraan mereka. Kekhawatiran Hyukjae tidak beralasan sebenarnya, karena pada dasarnya bagi Siwon, Donghae adalah segalanya, begitupun sebaliknya.
"Hyung mohon sekali ini saja, jika tidak untuk dirimu sendiri, bisakah kau pikirkan kami lebih dulu, sebelum orang lain? Hyung mohon Hae. " menolak ajakan Hyukjae, kini Siwon beralih mendekati Donghae, menggennggam tangan kurus adiknya erat, berusaha meyakinkannya.
"Aku akan hidup hyung, tapi orang itu juga akan selamat. Percayalah pada ku hyung, jadi jangan mengatakan sesuatu yang buruk seperti 'aku harus hidup walau orang lain akan mati', hatiku sakit jika harus mendengar Wonnie hyung mengatakannya. "
Donghae memeluk hyung tampannya erat, menenangkan, meyakinkannya kalau apa yang pernah dia ucapkan tidak akan terjadi.
Siang itu juga, setelah menjelaskan semua kepada eomma Lee dan Hyukjae, Donghae meminta Siwon menemaninya melihat keadaan Cho Ara.
***
"Aku melihatnya hyung......orang itu......dia sama dengan ku hyung.....ehm....apa dia orang baik hyung? " dalam perjalanan mereka ke kamar inap Cho Ara, dengan ragu Donghae mengatakan penglihatannya tentang pendonor misteriusnya.
"Kau meragukannya Hae? Bahkan dia berpikir untuk menyelamatkanmu, apa itu bukan termasuk perbuatan baik? " perlahan, Siwon berusaha menghilangkan kekhawatiran Donghae, sekaligus meyakinkan dirinya sendiri.
"Aku........hanya takut hyung, selama ini dia tahu keberadaan kita. Tapi tidak pernah sekalipun dia menunjukan diri, "
"Mungkin dia punya alasan sendiri Hae, " bagaimana bisa Siwon meyakinkan orang lain, jika dirinya sendiri masih dipenuhi keraguan.
"Ahhh... Mungkin hyung benar, ehm bisa dorong aku lebih cepat hyung. " wajah Donghae tetiba berubah sendu, menjadi sedih seketika.
Selangkah lagi dan mereka sampai di depan pintu rawat inap Cho Ara, sebelum Hyukjae menghentikan langkahnya ketika samar mendengar tangisan dari dalam. Seorang dokter dengan 3 perawat keluar setelahnya, dari pintu yang sama Donghae melihat Kyuhyun menangis tersedu, bersimpuh di lantai dingin di bawah ranjang adiknya.
Kemudian mata Donghae beralih ke ranjang sebelah Cho Ara, ada anak laki - laki seumuran Cho Ara berbaring di sana, dengan segala alat medis di tubuhnya, dia Park Jimin. Eommanya telah renta, usianya termakan keadaan, menggambarkan lamanya dia menikmati kemalangan dalam hidupnya, tangan kurus keriputnya menepuk pelan punggung Kyuhyun membantu meringankan bebannya, melihat tidak ada satupun sanak keluarga Kyuhyun di sampingnya. Tipe eomma penyayang semua anak orang, mengembangkan senyum Donghae walau dari matanya terpancar kesedihan.
Di hari itu, Cho Ara meninggal. Menjelaskan maksud perkataan Donghae 3 hari yang lalu, bahwa Cho Ara tidak punya banyak waktu lagi. Entah obat apa yang diberikan penculik kejam itu pada Cho Ara, mengakibatkannya mati otak permanent, diagnosa dokter mengatakan tidak ada kesempatan untuknya bisa sadar.
Meninggalnya Cho Ara, kehilangannya Cho Kyuhyun, menyisakan banyak duka walau pada akhirnya membawa kebaikan bagi orang lain, bukan hanya selama hidupnya saja Cho Ara bermanfaat bagi lingkungannya, bahkan setelah dia meninggal, akan ada sebuah kehidupan terselamatkan.
Park Jimin, teman sekamarnya di rumah sakit bisa tertolong oleh ginjal yang di tinggalkan Cho Ara. Dengan begitu tidak akan ada orang lain yang harus kehilangan jika Lee Donghae menerima donor dari Tuan Misterius Kim.
Beginilah Tuhan berkehendak, melalui takdirNya. Seberapa keras usaha manusia, semua pasti akan kembali sesuai dengan skenario Tuhan.
***
Berawal dari penculikan Jung Suzy, berakhir dengan terungkapnya sindikat besar perdagangan organ.
Menangkap banyak orang yang terlibat, dengan sejumlah saksi penting, Hidden tim hanya berhasil menjerujikan pemilik gedung apartement, tempat dimana korban di sekap. Apa daya, mulut mereka seakan rapat, direkatkan dengan mudah oleh lembaran - lembaran uang yang berkuasa.
Harapan Hidden tim kembali tertuju pada Lee Donghae, namun harus musnah seketika, begitu mendengar eomma Lee dengan tegas mengatakan,
"Puaskan diri kalian dengan hasil saat ini, jangan meminta lebih. Ini kasus Donghae yang terakhir. Tidak ada perpanjangan kontrak, atau sejenisnya. Terimakasih. "
Terdengar kasar memang, bagaimana juga Hidden tim coba menghormati keputusan eomma Lee, mereka mengerti bagaimana perasaan beliau ketika harus melihat putra bungsunya mempertaruhkan nyawanya.
Tidak ada penolakan dari Donghae. Yesung pun tersenyum, mengangguk semangat menyetujui keputusan eomma Lee. Dia tidak sanggup lagi jika harus melibatkan Donghae dalam situasi berbahaya lainnya.
Huft...
14th Case Closed.
***
Dua bulan berlalu dengan begitu cepat, Donghae kembali sehat dengan ginjal barunya. Tidak ada yang berubah darinya, walau kadang memory dari pemilik awalnya sering muncul di penglihatan Donghae, dia tidak pernah terganggu, mulai terbiasa sepertinya.
Cho Kyuhyun hampir lepas dari kesedihannya. Saat dia teringat bagaimana menyakitkannya ketika sang adik pergi, Kyuhyun menutupnya dengan kenangan indah di mana adiknya telah tumbuh menjadi remaja luar biasa. Sosok yang peduli dengan lingkungannya, dan bagaimana kemauannya untuk bermanfaat bagi orang di sekitarnya, walau dia telah pergi.
Di sinilah mereka sekarang, di panggung yang sama. Di megahnya USK Hall, ini bukan resital solo, namun Donghae dengan suit putihnya terlihat paling bersinar, duduk di depan sebuah Boston Grand Piano hitam mewah yang mengkilat.
Alunan piano membahana indah, mengawali session pertunjukan orkestra malam ini. Movement pertama di isi piano solo oleh Donghae, membawakan salah satu gubahan apiknya. Berikutnya ada repertoar Air On G String karya Johan Sebastian Bach, dan dilanjutkan dengan nomor - nomor Caravansary karya Kitaro yang diubah oleh salah satu mahasiswa Australia.
Malam semakin indah dengan di iringi permainan piano Donghae yang dinamis, dan betapa rapinya Cho Kyuhyun memimpin sebagai konduktor.
Pertunjukan orkestrapun di akhiri dengan lagu kebangsaan Korea Selatan, dibawakan oleh vocal Ryeowook dan solis sexophone Matthew Flinders, dari Australia.
Tepuk tangan menggema begitu sang konduktor mengakhiri movement terakhir, dan berbalik menghadap ke penonton.
***
"Donghae ya, kenapa dulu kau hanya diam dan tidak membalasku? Bukankah kau tahu semua keburukanku? "
"Aku takut kau akan merasakan apa yang aku rasakan waktu itu, dikucilkan. "
***
"Baguslah kau menerimanya, jagalah baik - baik. Hidup sehatlah. Sampai di hari kita akan bertemu. "
"Terimakasih, aku selalu menunggu untuk itu............ Tuan Kim. "END
Akhirnya..... 😊
Terimakasih reader nim semua yang setia membaca ff saya.
Sekali lagi terimakasih banyak. 😊🙇Maaf jika endingnya tidak sesuai dengan harapan. 😭
Maaf jika mengecewakan. 😭
Beginilah jika hanya konsep awalnya yang dipikirkan, endingnya melebar kemana - mana, klimaks tidak berasa, anti klimaks jauh dari memuaskan. 😭
Maaf.... 😭Berikan kritik dan saran anda reader nim. Saya sangat menghargainya. 😊
Lega rasanya, akhirnya end juga. 😂
Sekali lagi GHAMSAHAMNIDA 🙇🙇
Sampai jumpa di lain kesempatan 🙆🙆Habi 🐘
KAMU SEDANG MEMBACA
another GIFT [Completed]
Fiksi PenggemarPerjalanan masih berlanjut. Tegakan kepalamu, dengan segala kelebihan yang Tuhan berikan hadapi semua yang menghadangmu. Lee Donghae Sequel GIFT