Satu

386 23 2
                                    


~sudah di revisi, selamat membaca~

***

 "Ronald tuh yang mana sih astaga"Kinan memutar bola matanya malas. Sekitar dua hari ini ia menanyakan tentang Ronald Ronald Ronald. Bagaimana tidak? Pasalnya sepupu dan sahabatnya itu selalu saja melebih lebihkan yang namanya Ronald itu.

Ronald kakak kelas dua belas yang katanya datar, senyum aja susah, tapi kalo udah marah astagfirullah, tapi ganteng, cool, pinter. Ya setidaknya itu yang di katakan sahabat dan sepupunya.

"Ya, gitu lah" sahut salah satu teman Kinan, Alifa. Alifa ini kulitnya sawo matang, rambutnya hitam sebahu. Dia teman ya bukan sahabat, cuma Alifa sering aja tiba tiba nyambung di obrolan Kinan dan lainya. Ya seperti sekarang ini.

"Yang jelas hidungnya mancung!" Sahut Najwa. Sahabat Kinan yang paling kecil dari yang lainnya. Rambutnya seneng banget di kepang satu ke belakang, atau kadang di model model kayak anak kecil. Katanya sih biar imut.

Ohya, kalian belum kenalan dengan Kinan.

Berliana Kinanti Syarif. Orangnya nggak mau diem kayak bisulan. Kadang suka aneh sendiri. Nggak suka sama yang namanya jarum suntik. Rambutnya cokelat sepunggung. Pesonanya berkilauan seperti berlian asoy. Yang terakhir itu fitnah.

"Nanti deh gue kasih liat." Kata Bella sambil memasukan satu buah somay ke mulutnya. Bella itu sepupu Kinan yang paling bacot. Dikit dikit dia komentar. Sekarang dia lagi males bacot kali jadi cuma segitu ngomong nya. Tapi orangnya enak buat curhat.

"Nat, aelah, kebiasaan lo kalo lagi ngumpul, noveeeeel mulu" Najwa memutar bola mata malas lalu merebut novel tebal yang sedang di baca Natan.

Natan itu salah satu sahabat Kinan juga. Rambutnya hitam sepunggung. Sukanya diiket kuda. Dia ini novelholic banget. Orang nya juga cuek banget sama sekitar. Nggak pedulian. Apalagi sama makhluk yang namanya laki laki. Natan ini nggak pernah deket deket sama yang namanya laki laki, karena apa? Nanti juga tau.

Satu lagi namanya Nisa. Dia suaranya yang paling cempreng kayak kaleng rombeng. Kadang dia belingsatan nggak jelas.

Udah segitu dulu perkenalannya. Kita lanjut ke topik yang lagi di bahas di awal.

"Ayolah kasih tau yang mana Ronald!!" Kinan mengerjapkan  kedua matanya sambil mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada seperti orang memohon.

"Gue tadi ngeliat Ronald" sambar seseorang di belakang mereka. Serempak sekawan itu pun menengok. Oh ada Kiki. Kiki itu, temen Kinan yang tipe tipenya Alifa. Suka tiba tiba nyambung. "Serius?! Dimana? Tunjukin!" Kinan bangkit sambil menarik narik tangan Kiki minta di antarkan ke manusia yang udah bikin Kinan kepo kayak Dora.

"Tapi boong" celetuk Kiki. Ia nyengir lebar selebar lebarnya lebih lebar dari lebar persegi panjang di ulangan matematika. Apa sih.

Sejurus kemudian Kinan memukul bahu Kiki keras.

"ANJIR SAKIT!!" Kiki memegang sambil mengelus elus hasil karya Kinan yang memerah.

"Mampus ngerjain gue sih lo!" Kinan kembali duduk di kursi kantin dengan menghentakkan badannya. Tak peduli dengan pandangan murid murid kantin yang melihat heran ke arah Kiki—yang ujung ujungnya ngeliat ke Kinan juga—.

"Lagian, kenapa sih lo kayaknya penasaran banget, lo suka ya?" Tanya Kiki. Kali ini ia duduk di kursi sebelah Nisa.

"Suka? Idih amit amit"

Yang lain hanya terkekeh.

"Mmm——Kin, nilai lo kan anjok tuh Kin—"

"Nah! Justru itu gue mau nanya tentang Ronald, dia itu mentor gue!"

Nisa memutar bola mata malas, belum juga ia menyelesaikan kalimatnya sudah di sambar oleh Kinan. Eh tapi tunggu!

"Serius?! Kak Ronald jadi mentor lo?!"

Lagi lagi Nisa memutar bola mata malas. Baru juga ia mau berbicara itu sudah di sambar lagi, kali ini oleh Bella.

"Kak? Yaelah Bell, sok sopan banget lo" Kinan memutar bola mata malas, lalu menyesap minumannya lewat sedotan.

Sontak Bella memukul bahu Kinan menggunakan novel yang senang di baca Natan tadi.

"Bella, novel guee" Tangan Natan terulur ingin mengambil novelnya yang tadi tiba tiba di rebut oleh Bella itu—dan menjadi alat untuk memukul Kinan.

"Aduh!" Kinan menatap tajam Bella sambil mengusap usap bahunya. Novel Natan lumayan tebal juga.

Bella mengembalikan Novel Natan lalu matanya menatap Kinan lagi.

"Lagian lo sih, seenaknya aja ngomongin gue sok sopan, lagian nih ya, Kak Ronald kan kelas duabelas, masa iya kita cuma manggil nama doang"

Kinan hanya mengangguk angguk malas.

Setelah itu bel masuk berbunyi nyaring dan semua murid SMA Andromeda segera meninggalkan tempat yang berharga itu.

***

Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang