Sembilan

89 13 0
                                    

~sudah di revisi~

***

"Natan, ini caranya gimana sih, susah tau!" Bel pulang sudah berbunyi, dan seperti biasa Bella dan lainnya berkumpul di taman belakang dengan tempat duduk yang sama, bagi mereka seperti nya tempat itu adalah singgasana mereka.

Natan yang sedang membaca modul kelas duabelas nya mendongak. Natan memang anak yang benar benar rajin, ia masih kelas sebelas namun ia sudah mempelajari pelajaran kelas duabelas. Jadi, ia sudah benar benar matang dengan pelajaran kelas dua belas nanti, tinggal di bandingkan dengan pendapat guru nanti. Gadis itu memang sangat perfeksionis.

Kembali ketika Natan mendongakkan kepalanya ke arah Nisa-yang tadi bertanya. Gadis dengan rambut berikat kuda itu mengambil buku yang di sodorkan dengan Nisa.

"Yang mana?" Natan bertanya, bagian mana yang tidak di mengerti sahabatnya itu. Nisa menunjuk bagian tersebut dengan wajah cemberut.

Natan mengangkat sebelah alis lalu mulai menjelaskan apa yang di maksud dari kalimat tersebut. Ya, Nisa memang bertanya materi pelajaran IPS bukan pelajaran itung itungan karena Nisa jagonya. Maka dari itu ia masuk IPA.

Melupakan soal Nisa dan Natan, kini kita beralih pada Bella yang sedari tadi melihat percakapan antara Natan dan Nisa.

"Woi!"

Bella tergelonjak kaget saat seseorang menepuk bahunya keras. Saat gadis itu menengok, ternyata pelakunya adalah Kinan sepupunya tentu saja. Bella melihat Kinan dari atas sampai bawah setelahnya ia bergidik geli.

Kinan dengan seragam futsal yang kotor, wajah penuh keringat dan kumal juga terdapat luka di dari siku dan lutut sebelah kirinya hanya tersenyum lebar, seolah luka luka tersebut hanya hal kecil yang tak perlu di bahas.

"Kenapa?" Kinan mengerutkan dahi sambil duduk di kursi batu sebelah Bella. Bella menghela nafas, untung saja sepupunya ini wangi.

"Gue sempet nggak percaya lo perempuan." Kata Bella santai sambil kembali menikmati seblaknya yang masih mengepul. Kinan yang di omong Bella hanya memutar bola mata malas.

Kinan meringis, ternyata luka didahinya sakit juga, walau sedikit baginya.

Najwa yang melihat itu langsung memekik kaget. "Ih, Kinan, ayo ke UKS!" Gadis dengan bandana warna pink itu langsung menarik tangan Kinan dengan paksa. Sedangkan Kinan yang di tarik tetap diam dengan wajah kesal, ia menghentakkan tangannya dari tarikan Najwa.

"Kenapa sih!" Kata Kinan kesal.

"Ih, itu nanti kalo nggak diobatin bisa infeksi, ayo cepetan ke UKS!"

Najwa kembali menarik tangan Kinan, kali ini Kinan menyerah dan membiarkan dirinya di bawa oleh Najwa.

Najwa membawa Kinan dengan langkah cepat, sehingga Kinan sedikit terseok di buatnya, apalagi dengan keadaan kakinya yang sedikit luka. Walau Kinan bisa di katakan kebal, tetap saja rasa sakit itu ada.

Setibanya di UKS. Gadis berbandana pink itu langsung menempatkan Kinan pada salah satu ranjang dari empat ranjang yang ada di UKS itu. Kinan duduk sambil menghela nafas kasar, menurutnya perlakuan Najwa pada dirinya terlalu berlebihan.

Najwa kembali ke arah Kinan setelah beberapa saat hilang di telan tirai yang membatasi antar ranjang tersebut, dengan membawa kotak P3K di tangannya.

Najwa berjongkok sehingga pandangannya sejajar dengan luka di kedua lutut Kinan. "Ish, ini yang di lutut kanan bisa parah banget, bernanah gitu." Najwa meringis ketika melihat luka di lutut kanan Kinan yang lebih besar di banding luka yang lain.

Kinan hanya memutar bola mata malas. Ia kan tak tahu bentuk luka nya bagaimana. Setelahnya ia meringis ketika merasakan cairan dingin yang di tempelkan ke lukanya. Ternyata Najwa sudah mengobati luka Kinan.

Najwa memang anak PMR jadi tidak heran kalau Najwa bisa dengan sigap menanggapi yang seperti ini.

Kinan mengedarkan pandangannya ke penjuru UKS sambil menahan sakit ketika cairan dingin itu menempel pada lukanya. Kinan juga merasakan benda lembut menempel menutupi lukanya dengan benda lengket di pinggir lukanya, ternyata Najwa memakaikan perban di luka yang kanan karena memang itu lebih parah ketimbang yang kiri.

Kinan melihat Najwa menghilang kembali di balik tirai UKS yang berwarna putih. Tak memperdulikan Najwa, Kinan kembali ke aktivitas nya yaitu mengedarkan pandangan. Namun matanya terpaku ke pada suatu benda di dekat bantal ranjang yang dia duduki saat ini. Sebuah jaket berwarna biru.

Tangan Kinan terulur mengambilnya, ia mengernyit bingung, seperti nya ada seseorang yang kemari dan meninggalkan jaket ini.

"Jaket siapa tuh Kin?"

Kinan terlonjak kaget lalu menengok ke arah Najwa kesal. Najwa yang di tatap seperti itu menggaruk tengkuknya sambil meringis pelan. Sepertinya Najwa benar benar membuat sahabat di hadapannya ini terkejut.

"Siapa yang terakhir kali kesini?" Tanya Kinan. Ia yakin, pemilik jaket ini adalah yang terakhir datang ke UKS karena pemilik ini tidak kembali dan mengambilnya, tak mungkin kan ada orang yang membiarkan saja barangnya tertinggal?

Najwa berjalan ke arah salah satu meja dan mengambil satu buku besar. Ia membukanya dan seperti membaca sesuatu.

Najwa mendongak ke tag Kinan diiringi dengan senyuman lebarnya.

"Kak Ronald!"

***

Ronald mengobrak abrik tas berwarna hitam miliknya tersebut. Sedari tadi ia kelimpungan mencari jaket kesayangannya itu, ah lebih tepatnya kesayangan dia.

Pemuda itu benar benar frustasi, ia sudah mencari ke penjuru rumah juga tasnya sudah ia bongkar berkali kali. Menumpahkan isinya membereskan kembali, lalu menumpahkan isinya kembali.

Ia mendesis pasrah lalu berjalan ke arah lemari, mengambil sesetel baju lalu memasuki kamar mandi.

Selang beberapa menit, Ronald keluar dengan celana jeans pudar yang robek di bagian lutut nya juga kaos hitam dengan tanda ceklis sebagai pelengkap penampilannya saat itu.

Ia menyambar kunci motor dan berjalan keluar rumah.

Menuju rumah sakit.

***

Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang