Tigapuluhempat

68 9 0
                                    

"Laki laki siluet itu siapa sih?!"

Bella tercengang. Lalu akhirnya tersenyum kecil. Ternyata ingatan Kinan tentang Ronald sangat kuat. Bella yakin tak lama lagi Kinan akan mengingat Ronald.

"Dia tuh sepenting apa di hidup gue?! Gue kalo dapet ingatan. Pasti aja siluet laki laki itu."sambung Kinan mengambil mangkok mie instan yang tadi Bella letakkan.

Kinan menggulung mie di garpunya kaku memakannya. "Udah nggak usah di pikirin nanti juga lo inget" kata Bella seraya menarik kursi sebelah Kinan dan duduk.

Kinan tak mengindahkan kata kata Bella. Ia memakan mienya dengan lahap. "Kin,minta doong" mohon Bella menggoyang goyangkan tangan Kinan.

"Nggak ah,laper gue,ntar abis lagi" kata Kinan melanjutkan makannya. Bella melepaskan tangannya dari tangan Kinan lalu cemberut. Kinan meneguk habis kuah mie dari mangkok itu.

"Gila lo ya Kin,rakus banget!" Kata Bella melotot saat Kinan meletakkan mangkoknya di meja dalam keadaan kosong. "Bodoamat. Amat aja nggak bodo" kata Bella lalgu bangkit menuju kamar Bella.

"Yaelaah,berasa kayak pembokat gue" gerutu Bella sambil berjalan menaiki tangga.

***

"Ro,ayo makaaan!" Teriak mamah Ronald dari arah bawah. Ronald yang sedang memandangi foto Kinan pun dengan setengah hati bangkit dan turun ke bawah.

Ronald menarik kursi makan dan duduk. Mamah Ronald meletakkan satu persatu piring lauk. Dan berakhir ke bakul nasi. Lalu mamah Ronald duduk di hadapan Ronald.

Ronald membalikkan piring yang tadinya telungkup lalu mengambil nasi. "Papah belom pulang mah?" Tanya Ronald sambil mengambil satu buah paha ayam goreng.

"Belum Ro, katanya mah pulang malam"jawab mamah Ronald. Ronald hanya diam dan memandangi sepiring makanan di depannya.

Mamah Ronald yang melihat itu langsung menghentikkan makannya dan memandang heran Ronald. "Kok nggak dimakan Ro? Dimakan,jangan diliatin aja" kata mamah Ronald. Lalu dengan setengah hati Ronald menyuapkan satu suap ke mulutnya.

"Lusa Kinan ke Australi ya?"tanya mamah Ronald. Ronald yang mendengar nama Kinan langsung menghentikkan acara makannya. Ia meletakan sendok dan garpu di piring. Lalu wajahnya murung.

Ronald bingung,bisakah dia tanpa Kinan. Kinan kehilangan ingatan pun Ronald sudah menderita. Apalagi pergi? Bagaimana cara dia mengingatkan Kinan? Bisakah dia? Dia saja sekarang sudah jarang kesekolah karna memang dia sudah perpisahan. Kesekolah hanya ada kepentingan saja.

Tapi,besok Ronald harus kesekolah. Berusaha mengingatkan Kinan. Semoga saja saat Kinan di Australi Kinan mengingat Ronald dan akan kembali pada Ronald.

Petir bergemuruh. Hujan turun bersamaan.

Ronald menelungkupkan sendok dan garpu tanda makannya sudah selesai.

"Mah, Ronald udah makannya. Ronald mau ke kamar" Ronald bangkit lalu berjalan ke arah kamarnya.

***

"Dah Bella makasih yaa mie instannyaa!" Kata Kinan melambai dari dalam mobil dengan kaca mobil terbuka.

Bella terkikik geli lalu balas melambaikan tangan. Kinan menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata rata. Saat lampu merah ia memberhentikan mobilnya. Saat hijau ia menjalankan mobilnya.

Tin tin

Kinan memencet klakson mobil dan satpam rumah Kinan membukakan gerbangnya.

"Makasih maang!" Kata Kinan saat melewati pos satpam rumahnya. Satpam itu tersenyum hangat pada Kinan.

Setelah memarkirkan mobil Kinan keluar dan langsung memasuki kamarnya.

Ia membaringkan tubuhnya. Perlahan matanya terpejam.

"Separah itu kah sakit hati lo?" tanya Siluet laki laki yang masih melihat ke depan. Kinan menunduk.

"Laki laki brengsek kayak gitu nggak harus ditangisi."

Kinan menengok dan mengernyitkan dahi. Siluet itu melihat ke arah Kinan.

Kriing kriiing Kriing

Suara alarm jam weker di nakas tepi kasur Kinan,membuat ia bangun. Kinan menengok ke arah jam wekernya. Jarum pendek di angka 5 sedangkan jarum panjang di angka 3. Itu artinya sudah jam 05.15 pagi.

Kinan duduk di tepi ranjang. Pikirannya terarah pada mimpi tadi malam. Dan lagi lagi  tentang siluet itu. Kinan mengusap wajahnya kasar lalu berjalan menuju kamar mandi.

Berselang 10 menit. Kinan sudah rapih dengan seragam batik SMA Andromeda. Tempat ia sekolah.

Kinan duduk bergabung di meja makan bersama mamah dan papahnya.

"Kinan udah siap buat besok? Kamu jadi pergi kan? Kasian nenek di sana,mau ngeliat keadaan kamu"

Kata kata papahnya membuat Kinan berhenti mengunyah roti selainya. Kinan termenung sejenak dan akhirnya mengangguk.

Ia menarik tasnya dan bersiap pergi. Setelah menyalimi mamah dan papahnya Kinan pergi.

***

Kinan berjalan bersama Bella menuju kantin. Langkahnya berhenti saat melihat tangga  rooftop. Sekelebat bayangan muncul.

Kinan memukul mukul punggung laki laki yang berupa siluet. Kinan meronta minta di turunkan karena ia sedang di gendong seperti karung beras. Namun laki laki siluet itu tetap menggendongnya. Saat sampai di rooftop laki laki siluet itu menurunkan Kinan.

Kinan memegang pelipis nya. "Lo kenapa lagi Kin? Siluet itu lagi?"kata Bella memutar mata malas. Aneh sekali,siluet Ronald selalu menghantui Kinan seperti arwah penasaran yang sedang mengintai Kinan.

Kinan mengangguk. Bella menawarkan untuk ke UKS namun Kinan tidak mau dengan alasan,laper.

Dan akhirnya Bella mengikuti Kinan yang berjalan menuju kantin.

Kinan bertemu pandang dengan mata elang Ronald.

Lalu otaknya merangkai satu per satu huruf menjadi Kata dan menjadi sebuah kalimat.

Elang.

Matanya. Matanya tajam.
Sipit. Dengan bulu mata lentik diatasnya.
Tatapannya tajam ke semua orang.

Kecuali aku.

Matanya melembut.
Dia menghangat.
Dia tertawa.
Dia menceritakan tentang dirinya.

Kepadaku.

Namun,semua berubah.
Mata elang itu berlaku untukku.
Dinding es itu menghalangiku.

Hanya karna satu masalah.
Masalah kecil.

   CINTA.

"Aah" Kinan meringis memegang pelipis nya. Otaknya kembali ke alam nyata saat beberapa menit tenggelam di mata Ronald. Ronald menanggapi nya datar lalu berlalu seolah tidak penting.

Namun,dihati Ronald ia mencemaskan Kinan.

***

Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang