Empatbelas

72 15 0
                                    

~sudah di revisi~

***

"SAYAAANG, OPO KOE KRUNGUUU, JERITE ATIKUU, HO A HO E~"

Evan menepuk dahinya dengan dramatis. Melihat kedua sahabat nya yang abstrak menari tidak jelas di tengah kantin membuat nya malu. Mata nya melirik ke arah sahabat yang berwujud seperti es disebelah nya.

Ronald, menatap ke arah Calvin dan Bian dengan pandangan seperti 'bukan temen gue'.

Evan dan Ronald sangat malu, sungguh.

Di persahabatan mereka itu memang yang paling geser otak nya itu ya Calvin dan Bian. Kalo enggak Calvin yang buat malu pasti Bian, dan sebaliknya.

Sedangkan yang masih normal sedikit itu adalah Evan, dan yang normal nya overdosis yaitu Ronald. Dibilang overdosis karena normal nya kelebihan sampe ngomong satu kata aja susah.

Evan menggelengkan kepalanya. Lalu berhenti ketika tak sengaja menangkap wajah gadis yang sudah tak asing seperti nya.

Kinan dengan sepupu nya memasuki kantin.

Iseng, Evan menyenggol bahu Ronald, di sertai senyum geli di wajah putih nya.

Ronald yang tak mengerti maksud Evan menaikkan sebelah alis nya. Evan menunjuk ke arah jam dua belas dari tempat mereka duduk.

Ronald menurut, dilihat nya Kinan yang sedang bercanda dengan sahabat sahabat nya. Setelah itu ia menengok kembali ke arah Evan.

Evan yang sudah hapal ekspresi Ronald diluar kepala pun bertanya "Itu Berlian kan?"

Ronald mengangguk, merasa pertanyaan nya tak penting, Ronald kembali membaca modul nya untuk persiapan mengajar Kinan siang nanti.

Evan pun hanya mengangkat bahu, menengok ke arah Bian dan Calvin yang sedang berdebat lebih enak batagor atau siomay.

Lalu telinga nya menangkap sebuah suara tawa.

Tawa yang merdu menurut Evan.

Tawa yang tanpa beban dan benar benar lepas.

Tawa seorang Bella.

***

Seperti nya ada yang naksir Bella.

Itu yang dilihat Nisa sedari tadi. Memang, dari mereka duduk di kursi kantin tersebut,  Nisa merasa ada yang memperhatikan. Saat matanya berkeliaran meneliti kantin, ia melihat, Evan sedang memandang ke arah mereka.

Bukan, tepat nya ke arah Bella.

Ketika Nisa melihat Evan, matanya terusik dengan kedua pemuda di dekat Evan. Matanya terusik dengan pergerakan yang brutal dari kedua pemuda itu.

Nisa mengenal mereka. Bian dengan Calvin seingat nya.

Nisa melongo ketika tidak ada angin tidak ada hujan Bian mengedip ke arah nya.

Sontak Nisa menunjuk dirinya sendiri. Lalu ia mendengar Bian berteriak.

"IYA ELO, HALLO CANTIK."

Nisa malu tuhan.

***

Kinan malas.

Ia ingin kabur namun seperti nya tidak bisa.

Ronald sudah setia bersandar di tepi pintu kelas Kinan. Mungkin pemuda itu ingin berjaga jaga agar Kinan tidak kabur.

"Kok si es tau sih gue punya niat kau kabur?!"

Kinan mendesah. Baiklah, seperti nya ia memang di takdir kan tersiksa dengan Ronald. Oke, itu lebay.

Bel berbunyi nyaring.

Orang orang yang sudah mengantuk pun langsung segar seperti bayi baru lahir.

Memang, kekuatan bel pulang se ajaib itu.

Ketika sampai di ambang pintu, mata tajam Ronald langsung menyambut baik kedatangan nya.

"Ronald, hari ini libur dulu ya? Gue pusing banget nih."

Kinan memegangi kepalanya, membuat muka nya semelas mungkin.

"Adududu, sakit banget Nald, gue pulang aja ya." Kinan menangkup kan kedua tangan nya, memohon dengan berat hati.

Nggak level banget gue mohon mohon.

Ronald diam. Ia meneliti Kinan dari atas sampai bawah. Hal itu membuat Kinan agak sedikit takut.

"Ngapain lo?!"

Kinan memeluk dirinya sendiri, mencegah mata tajam Ronald yang nakal meneliti tubuh nya.

"Nggak usah mesum!"

Ronald berdecih, menarik tangan Kinan dengan kasar.

Menuju parkiran, tanpa menghiraukan pemilik tangan nya melirih kesakitan.

Memasukan paksa Kinan ke dalam mobil nya.

Ronald membawa Kinan, entah kemana.

***

Apa apaan nih, sekali nya revisi dikit terus gantung--"

Maaf ya, aku Hiatus lama banget. Kedepannya juga aku hiatus dulu. Maaf banget udah ngegantungin kalian :"

I'll miss you.

Love,

Ni.

Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang