Usaha, Tapi Tetep Sia-Sia

159 6 0
                                    


Malem itu, waktu gue buka pintu rumah, gue ngeliat Mama gue yang ketiduran di sofa ruang tamu. Dia masih pake kacamata baca, dan novel Dear Nathan jatoh di lantai dengan keadaan mengenaskan. Pasti dia ketiduran setelah baca sambil nungguin gue, tapi gue malah kayak Bang Toyib, nggak pulang-pulang.

Gue menghelas nafas dan ngambil novel gue yang lecek karena jatoh nggak karuan, padahal ini novel baru gue baca satu kali. Oh ya, kira-kira salah nggak ya kalo gue masih baca novel dari 'wattpad'?

Bodo lah, toh gue juga nggak sering-sering amat beli novel begituan. Mahal.

"Hei, Tiara..." kata emak gue dengan suara parau. Dia kayaknya ngigo. "Kemana kamu? Nggak pulang-pulang, kayak Bang Toyib aja,"

Gue udah hafal sama kalimatnya dia kalo gue pulang telat.

"Mana?" dia menjulurkan tangannya, masih setengah gak sadar. Gue pun melepaskan kacamata emak gue tersayang dan ngeliat dia dengan pandangan heran. Apa coba maksudnya?

"Mana apanya?"

"Uangnya," katanya sambil menggerak-gerakkan kepala. "Anakmu memanggil-manggil namamu. Dia pasti kelaperan,"

Wah. Noh kan, apa kata gue. Dia ngigo. Mungkin efek mengalami jadi istrinya 'Bang Toyib' di dunia nyata. Pasti dia kangen sama bokap yang kerja jadi tukang minyak dan pulang 6 bulan sekali.

"Yeu, dasar aneh," kata gue lalu melenggang pergi ke dapur untuk ngambil minum.

"Heh! Tunggu, pulang ama siapa kamu?" emak gue tiba-tiba bangun dan duduk di sofa. Udah sadar beneran, akhirnya pertanyaannya ada yang bener.

"Um, Dafi...?" kata gue ragu-ragu.

Dan dia langsung tiduran lagi di sofa, "Oh, ya, bagus. Sering-sering ya kamu pulang sama dia," dan kalimat itu bukan dengan nada ngomel sama sekali, ngga bermaksud sarkas sama sekali. Tapi bener-bener 'menyuruh' gue pulang bareng Dafi. Gila kan? Dia emang selalu tenang kalo gue pulangnya sama Dafi. Padahal dia nggak tau aja kalo anaknya malem ini udah dibuat galau dan labil tingkat dewa.

"Udah ah, aku mau ke kamar. Capek." Kata gue lalu beranjak naik tangga, sementara ibu gue malah memiih untuk melanjutkan baca Dear Nathan.

"Dear Nathan seru ya, dek!" katanya. Gue cuma bergumam nggak jelas tanpa ngeliat dia, pasti sekarang dia lagi mesem-mesem sendiri. Kayak gue dulu.

---

Malem itu, setelah gue ditegor ama emak gue karena pulang telat, tapi dia langsung nggak marah karena tau yang nganterin gue pulang adalah Dafi, gue memutuskan mandi malem-malem. Gue tau katanya mandi malem bisa menyebabkan rematik atau setelah mandi besok paginya lo bisa aja mati, tapi gue nggak peduli. Yang penting badan gue seger setelah itu.

Tapi setelah mandi gue justru berpikir lagi tentang hal yang tadi, padahal gue kira pikiran gue bakal luruh bersamaan dengan air yang membersihkan tubuh gue. Tapi ternyata enggak.

Apa maksud dia kayak gitu ya? Apa itu artinya dia secara nggak langsung pengen gue untuk nyerah aja dan jauh-jauh dari kehidupannya, atau justru sebaliknya? Terus maksudnya dia ngecup gue kayak gitu apa? Bahkan dia nggak pernah kayak gitu waktu masih pacaran sama gue dulu.

Gue terus berpikir, terus-terusan sampe rasanya gue nggak pengen tidur. Sampe gue menemui kebuntuan untuk mikirin apa yang sebenernya sedang terjadi dalam diri gue sendiri. Gue ngerasa hampa. Kalo itu artinya nyerah dan jauh-jauhlah dari kehidupan gue, terus untuk apa dong gue berusaha keras dan diet kayak gitu? Tapi dia nyemangatin gue diet kan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PacarableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang