1.

119 27 6
                                    

Keadaan Malam hari setelah makan malam memanglah sangat sepi. Bahkan suara serangga kecil sampai terdengar ke kamarku. Dan karena keadaan yang sepi inilah aku harus kabur dari sini. Kamarku yang berada di lantai 3 rumah ini mengharuskan diriku untuk turun. Aku mengikat beberapa gaun yang aku miliki sehingga menjadi  panjang. Aku mengikat kan ujungnya di satu bagian kamarku di dekat Jendela, aku mulai menurunkan ikatan tersebut. Setidaknya ikatan itu dapat sampai ke balkon lantai 2, kamarku tidak memiliki balkon, bahkan jendelanya saja sangat kecil. Beruntung aku memiliki badan yang kecil sehingga aku dapat mengeluarkan tubuhku disana. Dengan masih mengenakan gaun piyama yang berwarna Tosca, aku mulai turun.

Udara malam yang dingin, menyeruak ke dalam tubuhku, dingin sekali. Tapi, aku mencoba untuk menahannya, aku harus berhasil keluar dari sini. Ya Tuhan kenapa jarak lantai 3 Dengan lantai 2 sangat jauh?

Aku menuruni tubuhku perlahan demi perlahan. Sedikit lagi aku akan menginjakkan kaki di balkon itu. And then ... I can do It.

Perlahan aku menginjakkan kakiku di lantai balkon. Ini baru awal. Masih jauh lagi perjalananku untuk keluar dari  sini. Tempat Ini adalah dapur. Untung saja tidak ada orang di sini. Sengaja aku tidak memakai alas kaki agar tidak menimbulkan bunyi. Aku mengendap-endap di setiap lorong mansion.  Lorong begitu gelap, sulit aku melihat apakah ada orang atau tidak. Tapi, juga sangat sepi, setidaknya aku bisa mendengar langkah kaki manusia di kesepian ini. Seingatku setelah belokan ini ada tangga. Benar saja disana ada tangga yang besar dan dibawahnya adalah aula yang sangat luas.

Tak. Tak. Tak. Suara sepatu terdengar. Ada seseorang yg berjalan di aula. Seorang pelayan pria berjalan ditengah aula. Ia ingin naik ke atas!

Segera aku mencari tempat sembunyi. Aku bingung, lorong ini kosong, hanya ada banyak pintu sepanjang lorong ini. Mataku tertuju ke sebuah pintu yang berbeda dengan yang lain. Aku berlari memasuki pintu tersebut. Ruangan ini benar-benar gelap. Tak ada cahaya disini. Aku hanya duduk di ruangan itu dengan nafas yang tersengal-sengal. Aku mengintip sedikit keluar. Orang itu berada disana.

Kenapa ia berhenti?

Ia berbalik dan aku langsung menutup pintu itu. Orang itu membuka pintunya. Aku berlari ke arah ujung ruangan. Aku mendekapkan tubuhku. Orang itu masuk ke sini. Aku menahan napasku agar tidak ketahuan.

Kenapa ia lama sekali disini?

Akhirnya entah sudah berapa lama pria itu keluar dan menutup rapat pintunya. Aku menghela nafas. Aku berjalan keluar dan langsung berlari ke arah tangga. Kulihat tidak ada orang, aku berlari menuruni tangga dan menuju ke depan pintu mansion. Perlahan aku membuka pintu itu dan langsung berlari keluar.

Kenapa halaman ini begitu luas? Aku menemukan kandang kuda  di samping mansion.

"Hay namaku Valuerin Seulgi, izinkan aku mengendarai mu" aku mengeluarkan kuda tersebut dari kandangnya. Kuda berwarna coklat dan sangat tinggi. Baru saja aku menaiki kuda tersebut, dari arah jauh terdengar  seorang pria yang berteriak.

"Lady Valuerin Seulgi kabur!!!"

Aku terkejut dan aku langsung melarikan diri. Dengan sangat cepat aku mengendarai kuda tersebut. Aku takut banyak yang mengikuti di belakang. Dan pada akhirnya ... Aku tidak tau apa yang terjadi ... Kudaku lepas kendali. Aku tidak tau bagaimana memberhentikannya! 

Aku berteriak meminta pertolongan. Tidak mungkin, ini sudah sangat larut. Aku terlalu jauh sehingga masuk ke dalam hutan. Aku bingung, aku takut, bagaimana cara memberhentikannya?

Aku hanya menangis, hanya itu yang bisa kulakukan. Hingga seseorang memberhentikan kudanya di depan kudaku yang sedang melenggang cepat. Tentu saja aku kaget, hampir saja aku terjatuh. Sebentar aku termenung dengan posisi masih duduk di atas punggung kudaku.

Orang itu adalah seorang laki-laki. Ia mengulurkan tangannya aku sedikit tersadar. Ia membantuku turun. Udara malam terasa sangat dingin. Aku mencoba membuat diriku hangat dengan memeluk diriku sendiri.

"Apa yang kau lakukan malam-malam begini? Kau hanya memakai gaun tidur yang sangat pendek dan tanpa alas kaki, apa kau gila?" Dia memarahiku dan aku masih shock karena kejadian tadi. Untung saja dia menolongku. Kalau tidak, mungkin aku akan terbawa emosi kesedihan.

"Terima kasih tuan. Jika tidak ada engkau, hutan ini sudah dalam bahaya" aku menatap laki-laki itu. Dia lebih tinggi dari aku. Sepertinya umurku dan dirinya tidaklah jauh.

"Sudahlah. Sedang apa kau disini? Kau tahu, itu sangat bahaya"

"Aku ..."
Apa yang harus aku katakan?

"Aku ... Aku diculik. Aku dibawa jauh kedalam hutan. Kemudian aku kabur dengan kuda ini" itulah jawabanku. Dengan kebohongan penuh tentu saja.

"Dimana rumahmu?" Ia bertanya lagi. Bisakah dia tidak bertanya?

"Rumahku ... Di tengah kota London. Ya rumahku disana" ia terlihat kebingungan. Mungkin dia bingung ingin memulangkanku kemana.

"Lebih baik kau ikut denganku" ia menuntun ku dan berjalan

"Bagaimana dengan kudanya?" Kuda yang ia miliki tentu saja ia bawa. Bagaimana dengan kuda yang kubawa. Kasihan jika dia ditinggal sendirian.

"Kuda itu bukan milikmu kan? Tinggalkan saja" ia kembali menarik tanganku. Aku berjalan sambil melihat kebelakang. Menatap sendu kuda yang kubawa. Kasihan dia. Aku yang membawanya kesini, kemudian aku meninggalkannya sendirian. Maafkan aku.

Aku berjalan menyusuri hutan yang lebat. Setelah melalui perjalanan jauh, kita datang ke sebuah Padang rumput.

"Kita ngapain kesini?" Ia mengajakku untuk duduk di atas batu besar.

"Ini tempat kesukaanku. Kau akan melihat sesuatu sebentar lagi" melihat apa? Sesuatu seperti apa?

1 menit
2 menit
3 menit
4 menit
5 menit
.
.
.
.
.
.

"Waw ... Apa itu?" Aku melihat ribuan cahaya berterbangan. Sangat indah. Apa itu kerlap-kerlip di langit yang terjatuh?

"Kau tidak tahu" aku menggeleng memberikan Jawaban
"Itu adalah serangga. Kunang-kunang. Bukankah ini sangat indah?" Aku hanya mengangguk. Mataku terpaku dengan semua cahaya itu.

"Ini tempatku menyendiri.  Kau bisa datang kesini jika kau mau. Tak ada orang yang tau tempat ini. Tempat ini sangat jauh dari pemukiman penduduk. Bukankah tempat ini dapat melegakan pikiran?" Aku mengangguk kan kepalaku. Lelaki di sampingku ini, yang sampai sekarang aku belum tau namanya, mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang ia bawa. Sebuah kain yang cukup lebar.

Aku menyadari kalau diriku kedinginan saat ini. Bagaimana tidak, baju yang aku pakai sangat tipis. Tentu saja, ini pakaian untuk tidur. Ia menutupi tubuhku dengan kain itu.

Ternyata dia orang yang baik.

"Pakailah! Disini dingin. Siapa namamu?"
"Namaku ... Va ... namaku Seulgi"
"Seulgi, namaku Jimin"

Ia tersenyum seraya menatapku. Kau tahu, senyumnya sangat manis.

Ia menggeser badannya semakin mendekat ke arahku. Ia menaruh kepalanya di pundak ku.

 Ia menaruh kepalanya di pundak ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayangin aja kayak begini guys

"Selagi kau masih disini, tinggallah bersamaku!"

Aku dengannya? Tinggal di satu rumah? Oh tidak. Apa ini mimpi?

============================
Terinspirasi dari=
1. Kuroshitsuji
2. Frozen
3. Tangled

Don't forget to smile 😁✌

I Want To Be Free [Seul-Min]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang