4.

57 16 0
                                    

Bolshevik, desa orang buangan. Ya. Bisa dibilang begitu.

Siapapun yang tinggal disini harus bekerja. Siapapun itu. Anak kecil ataupun orang tua. Karena, mereka semua orang buangan. Orang2 Malang yang tidak dianggap. Tidak dipedulikan. Tidak terurus.

Letak desa ini sangatlah terpencil. Dikelilingi oleh hutan lebat. tak jarang juga hewan-hewan liar yang masuk dan menyerang desa ini.

Tuan Houven lah yang telah membuat desa ini bertahun-tahun yang lalu. Di masa mudanya, ia membuat desa ini Dengan usahanya sendiri.

Ia tak tega melihat banyak orang di pinggiran kota yang hidup dalam keterpurukan. Orang-orang tidak peduli dengan mereka yang kelaparan dan tidak punya tempat tinggal. Bahkan harus mencuri agar bisa bertahan hidup. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak. Ada yang orang tuanya meninggal dan kerabatnya tidak ada yang mau mengurusnya, Hilang karena penculikan, dibuang sejak bayi, dll.

Houven pun membuat sebuah desa di tengah hutan. Semua orang itu di bawa kesana. Disana mereka harus bekerja setiap hari. Itu untuk keperluan hidup mereka juga. Mereka bertani, berkebun, berternak, dll. Semua bahan sudah disediakan oleh Tuan Houven.

Tuan Houven sendiri adalah seorang saudagar kaya raya. Dia orang yang dermawan. Namanya dikenal di seluruh Eropa. Sejak membuat desa ini, ia tinggal disana, Di Bolshevik. Dia sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. laki-laki dan perempuan. Istrinya adalah seorang pemain musik orchesta terkenal.

~~~~~~~~~~~

"Jadi, kau juga orang buangan?" Jimin sedang menceritakan cerita tentang desa ini kepadaku. Hari sudah malam. Tapi, aku belum juga mengantuk. Padahal dari tadi Jimin terus memaksaku untuk tidur. Jimin bilang besok aku akan mulai bekerja. Entahlah. Aku belum pernah bekerja. Aku saja tidak tau apa itu bekerja. Kegiatan seperti apa itu?

"Ya. Aku termasuk dari orang buangan itu" ia menjawabnya dengan malas. Tentu saja. karena dia sudah mengantuk.

"Bagaimana bisa? Siapa yang membuangmu?" Ucapku antusias. Siapa yang membuangnya?

"Aaaa... Seulgi aku sudah mengantuk. Tidurlah! Kau harus bekerja besok. Selamat malam" ia mulai menidurkan badannya di sofa.

"Hey jawab aku dulu!" Aku menggoyangkan tubuhnya. Berharap dia akan menjawabnya.

"Tanyakan saja pada panci di dapur!" Setelah mendapat posisi yang paling nyaman, ia langsung tidur pulas.

"Yah sudah pulas ya" dengan langkah malas aku masuk ke kamar dan mencoba untuk tidur.

~~~~~~~~~~

Aku sudah siap untuk pergi bekerja. Ini pertama kalinya aku keluar rumah. Jimin bilang aku akan bekerja di tempat yang berbeda dengannya.

Saat aku ingin keluar dari rumah, Jungkook sudah berdiri di depan pintu. Untuk apa dia kesini?

Dia mengucapkan"Hai" untukku. Aku menoleh kedalam tuk melihat Jimin.

"Kau berangkat dengannya Seulgi" aku menengok ke arah Jungkook. Dia memberikan senyuman kepadaku.

"Kita ada dimana?" Aku baru saja sampai ke sebuah tempat dimana banyak sekali tumbuhan yang bertebaran.

"Kau tidak tau? Ini namanya kebun. Kau akan bekerja di sini. Ayo ikut aku!" Aku berjalan mengikuti Jungkook dari belakang. Ia membawaku ke sebuah gudang penyimpanan. Ia mengambil karung kecil dan memberikannya kepadaku.

"Ini, bawa ini!"
"Apa ini?"
"Ini benih jagung. Kita akan menanam jagung hari ini"

Kemudian ia pergi mengambil  karung yang lebih besar. "Ayo!" Ia kembali berjalan dan aku kembali mengikutinya di belakang.

Kita sampai di sebuah lahan kosong.

"Lihat dan pelajari!" Aku hanya mengangguk dan ia tersenyum. Ia mulai mencangkul tanah lalu memberikan pupuk.

"Berikan benihnya"aku memberikan benih tersebut. Ia membuka segel nya dan mengambil sebuah benih. Ia menguburkan benih tersebut didalamnya.

"Kau bisa melakukannya?" Aku hanya mengangguk. Kemudian ia menyuruhku untuk mencoba. Sepertinya mudah.

3 jam telah terlewati. Semua pekerjaan telah selesai. Sungguh melelahkan mengerjakannya berdua.

"Seulgi, ayo istirahat!" Aku mengangguk pelan. Kami pergi ke pinggir ladang. Disana ada sebuah tempat istirahatnya untuk para pekerja. Aku duduk lesehan di sebuah tikar.

"Aku akan mengambilkan minum. Kau tunggu disini" dan dia pergi meninggalkanku sendiri. Sepertinya lebih menyenangkan hidup seperti ini. Seperti apa ya keadaan di mansion sekarang? Apa mereka masih mencari ku?

Jungkook datang dan duduk di sebelah ku. Ia memberikan air yang ia bawa kepadaku. Air itu kuteguk hingga habis tanpa sisa.

"Waw! Sepertinya kau sangat lelah. Apa kau tak pernah kerja fisik. Seperti seorang putri saja"

Kau belum tau yang sebenarnya saja. Tapi, aku tidak mau kamu tau. Aku takut kau membenciku. Entah kenapa aku tidak ingin kau membenciku.

"Memangnya kau dari keluarga mana?" Ia menatap wajahku terlalu dekat. Ku mulai memperhatikan mata besarnya yang indah. Oh Seulgi, apa yang kau lakukan.

"Bisakah kau tidak terlalu dekat?" Ucapku dan dia mulai agak menjauh "Terimakasih" aku menghela nafas ku ketika ia benar-benar menjauh.

"Kau belum menjawab pertanyaan ku, ya sudah lupakan. Kita pergi ke topik lain"

Ia mulai berbicara tentang masa kecilnya. Sangat menyedihkan. Aku tak boleh menangis.

Dia mengganti topik. Jungkook kali ini membuat diriku ingin tertawa. Kenapa ini sangat sulit? Ia melontarkan banyak guyonan lucu. Aku tidak tahan.

"Hahahaha.."kali ini aku benar-benar tertawa. Ini akan menjadi mimpi buruk.

Ketika aku benar-benar bisa mengontrol emosi tertawa Ini, aku lari menjauh meninggalkan Jungkook. Aku menghiraukan semua panggilan dari Jungkook.

Aku pergi ke hutan. Tak  mungkin disini orang bisa menemukanku. Aku sudah merasakan rasa ini di tubuhku sejak tadi.

Aku berhenti dari lariku. Badanku sakit.

Aku mendengar suara orang memanggilku. Oh tidak! Jangan!

Aku kembali berlari. Aku harus menjauh darinya. Siapapun itu.

Nafasku terengah-engah. Aku sudah tidak kuat lagi. Kakiku benar-benar lemas. Perubahan ini terjadi lebih cepat.

Bukk!!

Aku tersandung dan jatuh.

"Seulgi, berhentilah! Apa yang terjadi padamu?"

Jimin!!!??  Kenapa dia tau aku disini?

Jimin semakin mendekatiku. Langkahnya terhenti ketika........

Ia melihatku.

"Seulgi, apa yang terjadi padamu?"

"Pergilah selagi aku masih sadar!"

"Seluruh matamu menjadi merah! Seulgi, fisikmu..."

"Ya aku tahu!!! Hahahaha hahahaha...."

"Seulgi?"



I Want To Be Free [Seul-Min]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang