2.

67 19 1
                                    

Jimin, laki-laki yang baru saja aku temui. Dia orang yang baik sepertinya. Semoga begitu.

Dia mengajakku tinggal bersamanya. Tak masalah, setidaknya aku tidak dikurung sendirian.

"Ayo kita pergi. Sudah terlalu lama kita disini"ia berdiri dan mengulurkan tangannya kepadaku. Aku pun menerima uluran tangannya dan berdiri. Kita pergi dari sana dan aku masih memakai kain yang Jimin berikan.

Dengan memakan waktu sekitar 30 menit dengan berkuda, kita sampai di sebuah pemukiman penduduk. Desa kecil, penerangan minim, banyak persawahan, peternakan, rumah2nya pun kecil tapi tidak terlalu kumuh.
Apakah Jimin tinggal disini?

Setelah kita memasuki desa, kita turun dari atas kuda dan mulai berjalan kaki. Sangat sepi. Mungkin penduduknya telah tidur. Aku mendapati sebuah taman yang kupikir itu adalah pusat desanya. Dan disana juga sepi.

Jimin menghentikan langkahnya. Kenapa ia berhenti ditengah perjalanan? "Seulgi, sebaiknya kamu mengecilkan suara langkahmu. Dan jangan sampai membuat suara berisik. Kau mengerti?" Dia menatapku serius. Aku hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Kenapa tidak boleh berisik?

Sesuai perintahnya aku berjalan perlahan hampir seperti mengendap-endap. Dan aku mencoba untuk tidak berisik. Rasanya seperti saat mencoba kabur dari rumah dan mengendap-endap agar tidak ketahuan. Lalu kenapa kita berjalan seperti ini?

Kita berhenti di depan kandang kuda. Sepertinya Jimin ingin menaruh kudanya disana. Ia membuka perlahan pintu kandangnya dan membawa kudanya masuk. Ia kembali keluar dan menutup pintu dengan perlahan. Setelah pintu benar-benar tertutup ia menghela napas lega. Apakah sangat sulit memasukan seekor kuda kedalam kandang?

Perjalanan kita kali ini dia menggandeng tanganku erat. Seperti menggenggam suatu yang berharga yang tidak boleh sampai hilang.

Kita sampai di rumah yang tidak jauh beda dengan rumah-rumah lainnya. Kita memasuki rumah tersebut. Saat aku memasuki rumah itu, kulihat sebuah sofa tua panjang berwarna coklat gelap dengan meja kayu di depannya. Kedua benda itu menghadap ke arah jendela depan.

"Ayo masuk!" Jimin mengajakku masuk. Ia pergi kearah belakang sepertinya itu adalah dapur.  Dan sekarang, aku hanya duduk diam di sofa ruang tamu. Aku sedikit merasa bosan dan rasa kantuk ku datang. Hampir saja aku tertidur, Jimin datang membawakan ku cangkir berisi teh. Ia menaruhnya di atas meja "minumlah!" Jimin duduk disebelahku. Aku menyeruput teh itu.

"Disini hanya ada 1 kamar" aku melirik kearahnya di tengah kegiatan ku meminum teh.
"Kau tidurlah di kamarku. Aku tidur di sofa" aku meletakkan cangkirnya, belum aku berbicara ia langsung membawa ku  kedalam sebuah kamar. Disana hanya ada kasur, meja, dan lemari. Tidak ada yang spesial.

Aku masuk dan duduk di atas kasur. Kasurnya sangat keras. Bagaimana bisa dia tidur disini? Kasurnya tidak nyaman.

"Tidurlah disini. Kalau kau butuh sesuatu, bangunkan saja aku" aku hanya mengangguk. Dia hanya tersenyum. Ia mematikan lilin yang sebagai penerangan ruangan ini. aku membaringkan tubuhku, menarik selimut dan mencoba untuk tidur. Ia menutup pintunya. Sebelum benar-benar tertutup, samar-samar kulihat ia berbicara sesuatu kemudian tersenyum.

o0o

Aku duduk di kursi makan. Kali ini ditemani oleh seseorang. Yang tentu saja ia adalah Jimin. Sarapan kali ini juga sangat sederhana. Percayalah, sejak bangun tidur aku tidak berbicara sepatah kata pun dengan Jimin. Satu pun dari kita tidak ada yang memulai pembicaraan.

Sarapan pun selesai. Jimin terlihat sedang rapih-rapih. Dia mau kemana? Benar saja. Dengan bajunya yang biasa-biasa saja, ia membuka kenop pintu. "Kau mau pergi kemana?" Entah sengaja atau tidak, aku menahan tangan sebelahnya  -yang tidak memegang kenop pintu- Jimin yang melihatnya langsung melepaskan tanganku darinya "aku akan pergi dan aku akan pulang nanti sore. Jangan pergi kemanapun! Jangan juga membukakan pintu untuk orang lain! Makanan sudah tersedia. Jadilah anak baik. Jaga rumah ini dengan baik. Aku pergi" setelah menyelesaikan kalimatnya, ia pergi entahlah kemana. Apa aku harus sendirian lagi? Ayolah Jimin, cepatlah pulang.

o0o

Aku benar-benar bosan dirumah. Aku bingung ingin melakukan apa? Bisa kudengar suara anak2 kecil yang sedang bermain di luar sana. Mereka tertawa dengan sesuka hati. Pasti sangat menyenangkan bisa seperti itu. Sayangnya aku tidak bisa. Kasihan sekali diriku ini.

Aku pergi ke dapur. Berharap ada sesuatu yang dapat dikerjakan.

Ternyata percuma, piring kotor sudah dicuci oleh Jimin, makanan udah dimasak oleh Jimin, semua sudah diselesaikan olehnya. Mungkin, itu juga lebih baik.

Ada seseorang yang mengetuk pintu. Dia terus memanggil nama Jimin. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus diam saja?

Sudah setengah jam berlalu, ia tetap tidak pergi. Apakah aman jika aku membukakan pintu untuknya?

Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk membuka pintu. Aku membuka kuncinya dan kemudian pintunya. Kulihat seorang pria tinggi di depanku.

"Hai gadis cantik, siapa namamu?"

What?He's who the hell?



Akhirnya ditemukan Author yg sudah lama menghilang. Ditemukan ia sedang memakan nasi Padang bersama seekor singa di kandang buaya.

Sekian terima kasih....

I Want To Be Free [Seul-Min]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang