Indonesia

32 2 0
                                    

Kalisha dan Zachary pamit dengan tuan rumah. Sang tuan rumah memberikan bingkisan perbekalan kepada Kalisha dan Zachary.
"Terimakasih." Kata Zachary.
"Kalau kalian ada waktu, kalian bisa mengunjungiku lagi." Kata sang tuan rumah.
"Terimakasih banyak." Kata Kalisha. "Semoga kami bisa mengunjungimu lagi."
Zachary memeluk tuan rumah itu. Kalisha hanya tersenyum kepada tuan rumah. Mereka pun pergi meninggalkan rumah itu. Sang tuan rumah melambaikan tangan kepada mereka dan mereka membalas lambaian tangannya.

Kalisha dan Zachary masih belum bisa lega sekarang. Penjahat yang tadi Kalisha tembak masih hidup. Ia hanya kesakitan dan suatu saat nanti, mungkin Ia bisa mendatangi Kalisha dan Zachary. Tapi setidaknya, mereka bisa aman sampai ke bandara dan bisa terbang ke Indonesia dengan selamat. Setidaknya, sebelum Kalisha meninggal, ia bisa menginjak tanah kelahirannya lagi.

Kalisha lelah sekarang, ia pun menyender di bahu Zachary. Ia sangat bersyukur dapat dipertemukan dengan Zachary. Ia tidak bisa membayangkan dirinya hidup sampai sejauh ini tanpa Zachary yang terus melindunginya. Dan Zachary bersyukur hidupnya sudah tidak sendirian lagi. Zachary mengelus kepala Kalisha. Ia pun merangkul bahu Kalisha.
"Semua akan baik baik saja." Kata Zachary. "Percayalah padaku."
"Ya, aku percaya padamu." Kata Kalisha. "Asalkan kita masih bersama, aku tahu kita akan baik baik saja."
"Kita akan hidup bahagia di Indonesia" Kata Zachary. "Dan aku akan memastikan kau bisa menikah."
"Aku ingin kau datang ke pernikahanku dan menjadi saksinya." Kata Kalisha.
"Kenapa aku tidak menjadi lelaki yang berdiri di sampingmu saja nanti?" Tanya Zachary.
"Bagaimana dengan pacarmu? Kasihan dia ingin berdiri di sampingmu saat pernikahanmu." Tanya Kalisha balik.
"Kata siapa aku punya pacar? Aku tidak punya. Hanya kau satu satunya orang yang kumiliki sekarang. Dan, aku tidak benar benar memilikimu." Jawab Zachary.
Wajah Kalisha memerah sekarang. Ia tidak bisa berkata apa apa lagi. Zachary tertawa melihat Kalisha yang salah tingkah. Zachary pun mengelus punggung gadis itu lagi.

Setelah setengah jam perjalanan, mereka sampai di bandara. Sampai di bandara, mereka langsung bergegas menuju tempat imigrasi. Mereka berjalan lebih cepat daripada biasanya. Mereka takut ketinggalan penerbangan ini dan harus membeli tiket lagi. Zachary berlari sambil memegang tangan Kalisha. Dan karena hal itulah, jantung Kalisha tidak bisa berhenti berebar-debar. Rasanya, ia seperti hampir mati karena terlalu gugup. Ia memang sudah biasa dipegang tangannya oleh Zachary ketika berlari. Tapi kali ini, rasanya berbeda.

Mereka pun mengambil barang yang tadi dititipkan. Setelah itu, mereka bergegas menuju ruang tunggu karena takutnya ada pengumuman atau apapun yang penting. Di ruang tunggu, perut Kalisha berbunyi. Ia sejak tadi sampai di Hongkong belum makan. Ia harus membeli makanan sekarang. Ia pun mengeluarkan uang dari dompetnya dan berjalan meninggalkan Zachary. Tapi, Zachary langsung mencegahnya.
"Mau kemana?" Tanya Zachary.
"Aku laper, aku harus makan sekarang." Jawab Kalisha.
"Tunggu, sebentar lagi kita naik pesawat. Kau bawa makanan, kan di ranselmu?" Tanya Zachary.
Ah, Kalisha baru ingat sekarang bahwa ia menyimpan perbekalan di ranselnya. Ia pun mengeluarkan beberapa makanan dan langsung memakannya dengan lahap.
"Kau mau?" Tanya Kalisha.
Zachary menggeleng. "Aku tidak begitu lapar." Jawabnya.
"Tapi, kau belum makan sejak kita sampai di Hongkong." Kata Kalisha. "Makanlah, aku tidak ingin kau sakit." Kalisha memberikan sebuah roti kepada Zachary.
"Terimakasih." Kata Zachary.
"Apa yang kuperbuat sekarang belum sebanding dengan apa yang selama ini kau lakukan kepadaku." Kata Kalisha. "Aku yang seharusnya berterimakasih kepadamu."
"Kau sudah melakukan semua hal yang aku inginkan, kok." Kata Zachary.
"Memangnya, apa yang kau inginkan?" Tanya Kalisha.
"Aku inginkan seseorang yang kucintai berada di dekatku." Jawab Zachary. "Dan kau sudah mengabulkannya"

72 HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang