Masa Kritis

54 4 0
                                    

DOR! Suara tembakan peluru terdengar di masjid itu. Zachary ditembak oleh Steven di bagian perut. Ia mengeluarkan banyak darah saat itu. Steven hanya tersenyum melihatnya.
"Seseorang tolong hubungi ambulans!" Kata Papanya Kalisha.
Seorang polisi menelpon teman temannya dan menelpon ambulan. Saat itu, Steven masih berdiri dengan pistol di tangannya.
"Simpan pistol itu atau aku akan menembakmu!" Perintah polisi.
"Silahkan tembak aku!" Kata Steven. "Aku tidak takut kau tembak! Aku bahkan mungkin akan menembakmu dulu sebelum kau menembakku."
Kalisha menggendong tubuh Zachary yang masih berdarah darah karena ditembak oleh Steven. Kalisha menangis melihat calon suaminya yang sekarat sekarang.
"Tolong bertahanlah! Jangan tinggalkan aku!" Kata Kalisha. "Aku mencintaimu."
Zachary dengan mata sayunya melihat kearah Kalisha. "Aku mencintaimu."
Nicole secara diam diam mengambil pistol yang ada di saku polisi yang sedang menelpon dan melemparkannya pada Kalisha. Kalisha dengan cekatan menerima pistol itu. Ia membaringkan tubuh Zachary dan langsung berdiri. Ia langsung menodongkan pistol itu ke arah tubuh Steven.
"Oh, jadi sekarang seorang Kalisha sudah berani untuk membunuh orang, ya? Mana yang katanya siswi teladan di sekolah? Mana anak yang dapat beasiswa itu, hah? Apakah kau sudah lupa dengan jati dirimu sekarang?" Tanya Steven. Ia langsung mengarahkan pistol itu ke kepala Nicole. "Bila kau berani menembak aku, dia yang akan menjadi korban!"
Nicole melihat kearah Kalisha. Ia langsung menangis. "Tembak aja." Kata Nicole lirih.
Tapi, Kalisha tidak bisa begitu saja menembak Steven. "Mengapa kau mendekatiku kalau kau sudah dendam padaku?" Tanya Kalisha.
"Alasannya adalah kau harus bisa mengenal lebih dekat musuhmu agar kau bisa melumpuhkannya." Jawab Steven.
Kalisha sekarang semakin sebal kepada Steven. Ia dengan cepat menembak alat kelami Steven. Steven langsung jatuh dan melemparkan pistolnya. Nicole langsung mengambil pistol itu untuk mengamankannya.

Steven mengerang kesakitan setelah alat kelaminnya ditembak oleh Kalisha. Ia berusaha dengan susah payah untuk mengambil telepon genggamnya. Tapi, langsung ditahan oleh Kalisha. Kalisha sambil menangis menampar wajah lelaki itu.
"Pengkhianat!" Kata Kalisha sambil menangis.
"Silahkan panggil aku pengkhianat!" Kata Steven. "Seumur hidupku, aku akan selalu mengejarmu."
"Silahkan!" Kata polisi. "Karena kau akan dikembalikan ke negara asalmu dan akan direhabilitasi seumur hidup."

Suara sirine polisi dan mobil ambulans terdengar. Dua orang paramedis datang membawa tandu dan mengangkat Zachary untuk memindahkannya. Tandu itu pun dimasukkan ke dalam mobil ambulans dan ambulans pertama langsung berangkat menuju rumah sakit. Steven yang terluka diborgol terlebih dahulu sebelum Ia dimasukkan ke ambulans.

Kalisha langsung dihampiri oleh orangtuanya dan kemudian dipeluk. Mereka bertiga langsung menangis bahagia karena Kalisha sudah selamat dan aman sekarang. Nicole dan Mrs.Lerman juga datang dan memeluk Kalisha.
"Terimakasih telah menjaga putri saya selama dia sekolah di luar negri." Kata Mamanya Kalisha.
"Sama sama. Saya bersyukur Kalisha telah datang pada keluarga kami. Ia telah membuat Nicole tidak kesepian lagi." Kata Mrs.Lerman
"Ma, kita ke rumah sakit sekarang, ya?" Pinta Kalisha. "Aku ingin melihat Zachary. Aku khawatir kepadanya."

Mereka dengan baju yang sama langsung pergi ke rumah sakit. Kalisha dengan air mata yang masih mengalir di pipinya dirangkul oleh Nicole. Nicole terus berupaya untuk menenangkan Kalisha dengan mengatakan bahwa semuanya akan baik baik saja. Nicole terus menyugestikan Kalisha bahwa Zachary akan selamat dan mereka masih bisa bersama sama.

Mereka pun sampai di rumah sakit tempat Zachary dirawat. Mereka langsung bergegas menuju lantai tempat Zachary dioperasi. Kalisha dan yang lainnya menunggu di luar hingga operasi pengangkatan peluru dari perut Zachary selesai. Kalisha masih menangis di rangkulan Nicole.
"Sebentar lagi operasinya selesai, Kal." Kata Nicole. "Zachary akan baik baik saja. Aku yakin itu."
Kalisha mengangguk. "Aku sangat senang mendengar kata baik baik saja. Karena kata itulah yang selalu Zachary katakan."

72 HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang