Happy Reading!
*
CUT!
"Oke, kita break dulu bentar. Dan untuk Rino, tolong jangan terlalu kaku, dong. Anggep aja Zolla itu pacar sungguhan, kayak kemaren-kemaren gitu. Kenapa, sih, selama syuting 3 hari ini lo gak bersikap profesional?"
Sudah 3 hari ini setelah konferensi pers berakhir, Rino tidak bisa bersikap profesional. Ia terlihat sedikit kaku saat beradegan dengan lawan mainnya, Zolla. Entah apa penyebabnya. "Aduh, iya, Bang, maaf. Lagi banyak pikiran, nih. Butek banget otak gue. Janji, deh, nanti lebih bagus."
"Oke. Nanti kita ulang lagi beberapa adegan kalian berdua yang baper-baperan. Kalo masih sama hasilnya, kayaknya gue perlu nyiapin sebuah ruangan kosong, lalu gue kunci kalian disana semalaman." Canda Bang Rofiq mencoba agar terlihat santai, padahal dalam hati sedikit gondok melihat kerjaan Rino.
"Wah, wah, jangan, dong, Bang. Nanti kalo si Yoshi marah sama Ganda, dia makin gak profesional lho. Entar syutingnya gak kelar-kelar, jadwal tayang perdananya diundur. Buntutnya panjang, kan? Haha," Zolla menimpali candaan sang sutradara, mencoba membantu Rino dari keterpojokkan. "Hahaha, baguskan, malah? Gue bisa lama-lama sama lo terus jadinya."
Krik krik.
Hening.
Sepertinya Rino kelepasan bicara.
"Ahaha, kok pada diem? Becanda, becanda, yaelah."
Pluk!
Seorang cameraman menimpuk kepala Rino dengan gulungan kertas. "Seharusnya gue rekam ucapan lo tadi. Biar si Yoshi berubah jadi macan pas ketemu lo."
"Bener, bener. Apa mungkin Rino ini jadi gak profesional gara-gara mikirin Yoshi yang cemburu? Tapi kemaren-kemaren enggak, ya?" timpal Arfin, salah satu pemain film disana.
"Mungkin sensasinya beda, cemburu waktu backstreet sama enggak. Wkwk," Bang Rofiq semakin menjadi-jadi membully seorang Rino Sebastian, menimbulkan gelak tawa orang-orang.
Sialan. Kenapa malah gue kena bully?
Muka Rino semakin kusut, tapi ia mencoba terlihat santai. Zolla melirik kearah Rino dan paham suasana hatinya. "Eh, udah, udah. Kasian tau, anak orang. Nanti gue sama Ganda latian berdua lagi, deh, biar bagus. Lo juga, Gan, sekali-kali bawa Yoshi kesini, biar otak lo gak butek lagi."
"Wah, sarannya Zolla boleh juga, No, biar otak lo gak butek bawa Yoshi aja kesini." Ucapan Arfin menyetujui ide Zolla diberi anggukan oleh si cameraman dan sutradara, juga si Rino. Bedanya, Rino hanya mengangguk pasrah. "Hm, kapan-kapan."
"Udah, gue ada urusan bentar. Bang, kasih gue waktu break yang banyak, ya. Tob, bilangin sama Bang Onik nanti kalo nanyain gue, bilang gue pergi bentar ada urusan. Oke?" Tobi yang sedang menyantap makanan dibalik punggung Rino hanya mengangguk, karena mulutnya masih penuh dengan nasi yang belum tertelan.
"Eh, bocah! Udah gak pro, malah minta istirahat yang banyak. Dasar,"
Rino hanya melambaikan tangan ke udara menyahuti gerutuan sutradara filmnya itu.
,,,
"Maaf, lo tadi kesini sama Yoshi? Lo siapanya? Gue Gilang, pacarnya."
Cowok dihadapan Rino yang tadi sempat memanggil nama Yoshi ini mengaku sebagai pacar partner-nya yang tentu saja membuat Rino terkejut.
Sangat terkejut.
"Lo-lo beneran pacarnya Yoshi?" Rino tergugu saat bertanya. "Iya, dan lo?" cowok yang mengaku bernama Gilang balik bertanya, semakin membuat Rino gelagapan.
YOU ARE READING
Lie to Me
FanfictionYoshi, si gadis kpop yang suka berbicara bahasa campuran harus menanggung akibat dari tingkahnya yang menarik perhatian karena kepergok bersama dengan seorang artis muda yang sedang dalam masa puncak popularitas. Dia menjelma menjadi pacar seorang a...